Tren Influencer Terus Meningkat, Apakah Semua Orang Harus Jadi Influencer?

Memberi peluang yang menjanjikan, 4,23% nano influencer kini menguasai Instagram. Lantas, apakah kini semua orang harus beralih menjadi influencer?

Tren Influencer Terus Meningkat, Apakah Semua Orang Harus Jadi Influencer? Potret Influencer | Forbes

Tren influencer semakin meningkat di Indonesia. Sebagian besar generasi, baik milenial maupun generasi Z, memiliki ketertarikan terhadap pekerjaan influencer sebagai peluang kerja yang menjanjikan. Mengutip dari BBC, beberapa perusahaan pun bergantung pada influencer untuk memasarkan produk mereka. Namun, bagaimana jika fenomena ini terus berkembang, dan apakah kini semua orang harus terjun sebagai influencer?

Apa Itu Influencer?

Secara istilah, influencer berasal dari bahasa Inggris yang artinya pemberi pengaruh. Seseorang yang memiliki pengaruh tentunya dapat dipercaya oleh publik atau dalam konteks ini, disebut sebagai pengikut/followers

Perbedaan Influencer dengan Content Creator

Istilah influencer juga biasa dikenal sebagai content creator. Keduanya sering kali dianggap serupa, tetapi sebenarnya tidak. Seorang content creator berfokus pada pembuatan konten dengan berbagai tujuan, seperti informasi, edukasi, dan hiburan. Berbeda dengan influencer yang membuat konten untuk engagement dan membangun audiens. 

Singkatnya, seorang influencer sudah pasti merupakan seorang content creator, tetapi seorang content creator belum tentu dapat disebut sebagai influencer. Sebab, tidak semua content creator melakukan promosi produk dan berbagi ulasan mengenai produk atau layanan sesuai followers-nya. Dengan demikian, setiap influencer cenderung berpengaruh besar karena memiliki kedekatan terhadap audiensnya.

Jenis-jenis Influencer 

Melihat perkembangan saat ini, media sosial menjadi wadah terbesar bagi masyarakat dalam mengakses informasi. Keterbukaan media sosial turut memberi peluang dan kesempatan bagi siapa pun yang ingin menjadi seorang influencer atau content creator.

Walaupun semakin banyak influencer lahir, kini daya tarik mereka dapat dibedakan dari jumlah pengikutnya. Mengutip dari Daily Social, terdapat beberapa jenis influencer, yakni sebagai berikut.

1. Nano Influencer

  • Mempunyai 1.000-10.000 followers 
  • Rate card relatif lebih murah 
  • Lebih banyak berinteraksi dengan para pengikutnya 
  • Lebih autentik dan relatable bagi audiens 
  • Jangkauan audiens bisa lebih beragam

2. Mikro Influencer

  • Memiliki sekitar 10.000 - 100.000 pengikut
  • Digunakan secara efektif untuk promosi produk
  • Memiliki keterlibatan dengan pengikutnya

3. Makro Influencer

  • Memiliki lebih dari 100.000 pengikut
  • Telah dikenal luas, meski tak setenar selebritis
  • Dapat mempromosikan produk pada lebih banyak orang
  • Dapat membuat suatu produk atau merek terlihat eksklusif

Tingkat Keterlibatan Influencer di Media Sosial

Berdasarkan penjelasan di atas, terdapat data median tingkat keterlibatan influencer di media sosial yang memperlihatkan kehadiran para influencer di beberapa media sosial.

Di bawah ini, terdapat Instagram dengan jumlah nano influencer terbanyak sebesar 4,23%, dibandingkan TikTok 2,92%, YouTube 1,5%, dan Facebook 0,31%.

Instagram memiliki jumlah nano influencer terbanyak sebesar 4,23%, dibandingkan TikTok 2,92%, YouTube 1,5%, dan Facebook 0,31%.
Instagram memiliki jumlah nano influencer terbanyak sebesar 4,23%, dibandingkan TikTok 2,92%, YouTube 1,5%, dan Facebook 0,31% | GoodStats

Lanjut pada jenis mikro influencer, nyatanya masih dimenangkan oleh Instagram dengan jumlah 3,18%. Angka tersebut berbeda tipis 0,38% dengan jumlah mikro influencer TikTok sebesar 2,8%. Selain itu, masih terdapat YouTube dan Facebook dengan persentase jumlah mikro influencer sebesar 1,1% dan 0,13%.

Angka 2,13% pada jumlah makro influencer di TikTok menunjukkan bahwa mereka mampu menyaingi Instagram. Di bawahnya, terdapat Instagram dengan jumlah 1,49%, YouTube 0,95%, dan Facebook 0,08%.

Tren Influencer Saat ini

Apabila melihat data di atas, perkembangan tren influencer berhubungan erat dengan perkembangan media sosial saat ini. Sebagian besar gaya hidup masyarakat dapat dilihat dari hasil konten para influencer atau content creator, mulai dari penampilan/kecantikan, hobi/entertainment, hingga makanan.

Tidak hanya itu, berbagai persoalan hidup telah tersedia di media sosial melalui konten influencer. Hal ini memperlihatkan bahwa seorang influencer lahir dari latar belakang yang berbeda. Mereka memproduksi sebuah konten menyesuaikan target pasar/audiensnya berdasarkan minatnya. Dengan demikian, konten yang dihasilkan dapat tersampaikan dengan baik. 

Baca Juga: 48% Orang Gunakan Pay Later untuk Fashion, Apakah Kamu Salah Satunya?

Apakah Saat Ini Semua Orang Harus Menjadi Influencer?

Namun, dari berbagai macam jenis konten yang tersebar di media sosial, apakah kini semua orang harus menjadi influencer? Nyatanya, tidak harus demikian. Meskipun perkembangan saat ini memperlihatkan eksistensi influencer/content creator terlihat sangat mudah, tentu terdapat perjuangan di baliknya.

Menjadi seorang influencer memang memiliki berbagai kelebihan, seperti jam kerja fleksibel, pendapatan yang besar, bebas berkreasi, dan sebagainya. Namun, setiap orang tentu memiliki intensi yang berbeda. Hal itu membuktikan bahwa apapun kondisi/jabatan/posisi seseorang saat ini, tidak memengaruhi indeks kebahagiaan seseorang. 

Jadi, adanya peningkatan tren influencer yang semakin naik, tidak mengharuskan setiap orang untuk menjadi influencer saat ini. Namun, seseorang dapat mengambil pembelajaran dari fenomena ini, yakni penyebaran pengaruh positif dari seorang influencer.

Dengan semakin banyak influencer, tentu akan ada banyak audiens yang menjadi dampaknya. Dengan demikian, seseorang dapat mengambil benang merahnya, yakni saling menyebar luas kebaikan dan pengaruh positif di tengah maraknya disinformasi demi keamanan dan kenyamanan bersama.

Penulis: Zakiah machfir
Editor: Editor

Konten Terkait

Melihat Kesiapan Anak Muda Menghadapi Perubahan Teknologi dalam Dunia Kerja

Survei menunjukan bahwa 91% anak muda siap menghadapi perubahan teknologi dalam dunia kerja.

Simak Preferensi Bacaan Gen Z 2024

Faktor kenyamanan menjadi kunci utama populernya physical book di era digitalisasi.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook