Tak dapat dipungkiri, kasus bunuh diri hingga saat ini masih menunjukkan angka yang sangat mengkhawatirkan. Banyak alasan yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan bunuh diri atau suicide mulai dari masalah asmara, himpitan ekonomi hingga depresi yang berlebihan. Terkadang, kondisi lingkungan di suatu wilayah atau negara juga dapat mendorong warganya untuk mengambil jalan pintas bunuh diri.
World Health Organization (WHO) melaporkan setiap detik terdapat satu orang yang melakukan bunuh diri di seluruh dunia. Angka orang yang kehilangan nyawa akibat bunuh diri bahkan lebih parah dibanding jumlah orang yang terbunuh dalam perang. WHO memperkirakan setiap tahunnya, tindakan bunuh diri berhasil merenggut nyawa lebih dari 800 ribu orang di seluruh dunia.
Tren bunuh diri termasuk kedalam 20 besar penyebab kematian di dunia. Kasus bunuh diri di setiap negara jumlahnya bervariasi, ada beberapa negara yang memiliki insiden bunuh diri lebih tinggi dibandingkan dengan negara lainnya.
Salah satu negara yang terletak di bagian selatan Benua Afrika, Lesotho, menjadi negara dengan tingkat bunuh diri tertinggi di dunia pada 2023, sebanyak 72 orang dari 100.000 orang tewas akibat percobaan bunuh diri. Sebanyak 2,1 juta jiwa populasinya, hampir setengah dari total populasinya terjebak dalam jurang kemiskinan.
Guyana, negara yang terletak di Amerika Selatan ini memiliki tingkat bunuh diri tertinggi kedua di dunia. Negara berpenduduk 800 ribu jiwa ini memiliki tingkat bunuh diri sebesar 40 orang per 100 ribu penduduk. Meskipun pada tahun 2017 dan 2018 Guyana memiliki tingkat bunuh diri yang rendah, namun jika di rata-rata dalam sepuluh tahun terakhir Guyana memiliki angka indeks bunuh diri yang sangat tinggi bahkan melebihi Korea Selatan dan Jepang.
Negara yang memiliki tingkat bunuh diri tertinggi ketiga adalah Eswastini atau dikenal dengan Swaziland. Negara bagian selatan Afrika ini memiliki populasi 1,1 juta jiwa dan tiap 100 ribu penduduk disana, setidaknya hampir 29 orang meninggal akibat bunuh diri. Faktor budaya di Eswatini yang menuntut laki-laki agar terlihat kuat dan logis juga memengaruhi tingkat depresi yang dapat menuntun ke arah pikiran bunuh diri.
Penulis: Adel Andila Putri
Editor: Iip M Aditiya