Kesehatan mental menjadi satu hal penting yang harus menjadi perhatian nasional. Survei dari Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) tahun 2022 menyatakan bahwa satu dari tiga remaja (setara dengan 15,5 juta remaja) di Indonesia memiliki masalah kesehatan mental.
Masalah dan gangguan kesehatan mental ini berupa depresi, kecemasan, stres-pasca trauma, masalah perilaku, dan hiperaktivitas. Prevalensi depresi yang dialami remaja berumur 10-17 tahun angkanya mencapai 5,3%.
Dilansir dari laman Kemenkes, depresi merupakan suatu gangguan suasana hati yang dapat memengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku seseorang. Penderita depresi akan mengalami perasaan atau mood yang berubah-ubah dan tidak biasa, kehilangan minat pada aktivitas yang biasanya disukai, muncul perasaan tidak berharga, hingga timbulnya pemikiran negatif tentang diri sendiri, kehidupan, dan kematian. Jika dibiarkan, depresi dapat menurunkan taraf hidup penderitanya.
Pada 2023, prevalensi depresi masyarakat Indonesia yang berumur lebih dari 15 tahun mencapai 1,4% atau sekitar 938 ribu remaja di Indonesia mengalami depresi. Data tersebut merupakan hasil dari Survey Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan RI. Selain itu, SKI 2023 juga mengurutkan provinsi dengan prevalensi depresi pada penduduk berumur lebih dari 15 tahun di Indonesia.
Jawa Barat merupakan provinsi dengan prevalensi depresi tertinggi di Indonesia, angkanya sebesar 3,3%. Menyusul Jawa Barat, Kalimantan Timur berada di peringkat kedua dengan prevalensi depresi sebesar 2,2%. Urutan ketiga diisi oleh Banten dan Sulwesi Selatan yang prevalensi depresinya sama-sama 1,7%.
Provinsi Sulawesi Tengah, Daerah Khusus Jakarta, dan Daerah Istimewa Yogyakarta juga berada di urutan atas dengan prevalensi depresi sebesar 1,5%, diikuti Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Barat, dan Sumatera Utara masing-masing sebesar 1,4%, 1,3%, dan 1,2%.
Angka prevalensi yang tinggi ini menunjukkan bahwa masalah kesehatan mental khususnya depresi menjadi satu hal serius yang harus ditangani bersama. Seseorang yang mengalami depresi membutuhkan tenaga profesional untuk membantu mengontrol perasaannya. Maka dari itu, peran psikolog dan psikiater dalam kasus masalah kesehatan mental menjadi sangat penting.
Seorang penderita masalah kesehatan mental sebaiknya mencari bantuan psikolog ketika merasa bahwa masalah yang sedang dihadapi mengganggu kehidupan sehari-hari, mengalami ketakutan luar biasa dan cemas berlebih, hingga dalam kasus berat merasa tidak memiliki harapan dan memikirkan untuk mengakhiri hidup.
Per tahun 2024, Ikatan Psikolog Klinis Indonesia (IPK Indonesia) tercatat sebanyak 4.109 psikolog klinis dengan anggota aktif sebanyak 3.067 orang. Jumlah ini tersebar dari Sabang hingga Merauke dengan jumlah psikolog klinis per provinsi masih menunjukkan ketimpangan.
Di Jawa Barat tercatat ada sekitar 762 psikolog klinis. Angka ini menjadi yang terbanyak dibandingkan dengan provinsi lainnya. Daerah Khusus Jakarta juga memiliki jumlah psikolog klinis yang besar, mencapai 529 psikolog. Provinsi dengan psikolog klinis terbesar lainnya adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Banten dengan jumlah psikolog klinis masing-masing sebesar 479, 466, 348, dan 255 psikolog.
Sementara itu, Bali, Sumatera Utara, Riau, dan Kalimantan Timur memiliki psikolog klinis yang jumlahnya tak mencapai 200. Psikolog klinis di Bali hanya ada sekitar 114 psikolog, diikuti Sumatera Utara, Riau, dan Kalimantan Timur yang masing-masing hanya memiliki 93, 93, dan 89 psikolog klinis.
Jika dibandingkan dengan data prevalensi depresi per provinsi, masyarakat Jawa Barat dengan gangguan kesehatan mental baik depresi maupun jenis lainnya dapat mengakses psikolog klinis relatif lebih mudah. Jumlah psikolog klinis yang banyak membuat tidak terjadinya penumpukan antrean dan keleluasaan untuk memilih psikolog klinis yang akan dituju.
Berbanding terbalik dengan Jawa Barat, Kalimantan Timur dengan prevalensi depresi tertinggi kedua justru hanya memiliki 89 psikolog klinis. Hal ini menjadi sebuah ketimpangan yang harus dibenahi.
Tidak hanya itu, provinsi lainnya di daerah Sulawesi seperti Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Utara yang menduduki peringkat teratas dengan angka depresi tertinggi, nyatanya tidak memiliki jumlah psikolog klinis yang seimbang. Ketiga provinsi tersebut bahkan hanya memiliki masing-masing 65, 27, dan 17 psikolog klinis. Hal yang sama juga berlaku untuk NTB dan Sumatera Utara.
Saat ini, BPJS Kesehatan telah menyediakan layanan konsultasi kesehatan mental dengan psikolog klinis. Layanan ini ditanggung dalam program Jaminan Kesehatan Nasional sehingga kebutuhan layanan kesehatan fisik dan mental masyarakat Indonesia bisa terpenuhi.
Meski demikian, jika sebaran psikolog klinis di Indonesia masih tidak merata, masyarakat di daerah terluar harus menempuh perjalanan panjang untuk mengakses layanan tersebut. Hal ini juga disampaikan oleh Ella Titis Wahyuniansari selaku psikolog klinis RSJ Menur Surabaya.
"Di puskesmas-puskesmas sekarang sudah ada psikolog klinis yang praktik, jadi pemerintah itu sudah memberikan layanannya. Namun, yang perlu menjadi perhatian, masih banyak keluhan dari masyarakat utamanya di daerah terpencil yang masih harus menempuh jarak jauh untuk mengakses layanan psikolog," kata Ella seperti dilansir dari Antara.
Pemerintah diharapkan dapat memperluas akses layanan kesehatan mental di tempat-tempat terdepan, terluar, dan terpencil (3T). Masyarakat juga diharapkan lebih waspada terhadap kesehatan mental dan segera konsultasikan dengan psikolog ketika merasakan gangguan mental. Untuk mengakses layanan psikolog dengan BPJS, masyarakat bisa mengunjuki fasilitas kesehatan tingkat pertama untuk kemudian dirujuk ke profesional.
Penulis: Nadhifa Aurellia Wirawan
Editor: Editor