Serangan Israel ke wilayah Palestina terutama di area Gaza sudah berlangsung sejak 7 Oktober 2023 sampai saat ini. Itu berarti konflik ini sudah terjadi selama 5 bulan hingga berita ini ditulis.
Hal ini menjadi kabar yang mengagetkan berbagai pihak, karena sejak Perang Yom Kippur di 1973, Israel untuk pertama kalinya mendeklarasikan perang secara resmi. Semenjak penerobosan perbatasan Gaza-Israel, Israel mekancarkan serangan per tanggal 9 Oktober 2023.
Menurut laporan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pada awal tahun 2024 telah terdapat 1,9 juta warga sipil telah mengungsi. Itu telah mencakup 85% dari total penduduk Gaza. Hal ini disampaikan oleh Wakil Sekretaris Jenderal Urusan Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan Darurat PBB Martin Griffiths.
“Semakin banyak orang yang berdesakan di lahan yang semakin sempit, hanya untuk menemukan lebih banyak kekerasan dan kekurangan, tempat tinggal yang tidak memadai, dan hampir tidak adanya layanan dasar,” kata Martin dalam pemberitaan PBB.
Korban jiwa naik dua kali lipat dalam 5 bulan
Sebuah data dirilis secara berkala oleh Palestinian Central Bureau of Statistics (PCBS) mengenai data jumlah korban jiwa warga Palestina di Gaza akibat serangan Israel. Dalam data tersebut, per tanggal 2 April 2024 terdapat 32.782 jiwa dinyatakan tewas.
Angka ini tercatat naik lebih dari dua kali lipat, terhitung sejak penghitungan di November 2023. Pada tanggal 19 November 2023, jumlah korban jiwa di Gaza berjumlah 13,2 ribu jiwa, kemudian naik tajam menjadi 19 ribu jiwa pada 14 Desember 2023.
Korban jiwa telah menyentuh lebih dari 20 ribu, atau tepatnya menembus 23,9 ribu jiwa pada 14 Januari 2024. Dua bulan kemudian, jumlah korban tewas melewati angka 30 ribu per 7 Maret 2024.
14 ribu korban jiwa adalah anak-anak
Dalam data dari PCBS tersebut, terdapat data rincian dari korban jiwa yang diakumulasikan. Dari 32 ribu korban jiwa, 14 ribu diantaranya berprofil anak-anak.
Kepala Komunikasi UNICEF di Palestina Jonathan Crick menyebut bahwa anak-anak menjadi korban perang yang paling sulit diidentifikasi, baik ketika ia luka, hilang, atau meninggal dunia.
"(Anak-anak) yang sangat kecil seringkali tidak bisa menyebutkan nama mereka dan bahkan yang lebih tua biasanya masih shock sehingga sangat sulit untuk mengidentifikasi mereka dan mempertemukan kembali dengan keluarga besar mereka," kata Jonathan mengutip BBC Indonesia.
Di sisi lain, setidaknya telah ada 9,2 ribu korban jiwa di Gaza berprofil wanita, serta 1049 korban jiwa merupakan korban berusia lanjut. Selain itu, terdapat 364 staf medis, 135 jurnalis, 246 staf pendidikan, 152 staf PBB, serta 48 petugas keamanan sipil yang dinyatakan meninggal dunia.
Dari sisi korban hilang, terdapat 7 ribu warga palestina dinyatakan belum ditemukan, dengan rincian 4,7 ribu diantaranya adalah anak-anak dan wanita.
Dari Indonesia, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam kesempatan Foreign Ministers' Meeting (FMM) G20 di Brasil menyatakan desakannya untuk segera memberikan usaha lebih untuk perlindungan bagi warga Palestina.
"Saya juga desak negara-negara G20 untuk meningkatkan dukungan bagi Palestina, termasuk untuk UNRWA dan justru bukan menghentikannya. Karena di saat inilah, Palestina memerlukan solidaritas dan bantuan kita," kata Retno dalam CNBC Indonesia.
Penulis: Pierre Rainer
Editor: Iip M Aditiya