Kebakaran di Los Angeles yang terjadi sejak Selasa (7/1/2025) masih terus berlanjut hingga saat ini (14/1). Menurut situs resmi Cal Fire, per 14 Januari 2025 masih terdapat 3 insiden yang aktif dari 8 insiden yang muncul. Insiden yang masih aktif adalah Palisades Fire, Eaton Fire, dan Hurst Fire. Total area yang terbakar mencapai 40.588 hektare atau hampir setara dengan luas Jakarta Selatan.
Palisades Fire menjadi insiden terbesar dengan luas mencapai 23.713 hektare. Hingga saat ini, total area yang dapat dipadamkan hanya 14% dari total area yang terbakar. Di posisi kedua terdapat Eaton Fire dengan luas mencapai 14.117 hektare. Total area yang berhasil dipadamkan masih 33%.
Akibat insiden kebakaran beruntun ini, diperkirakan terdapat 12.300 bangunan rusak karena terbakar, 10 ribu di antaranya berasal dari Palisades Fire dan Eaton Fire. Kedua insiden tersebut sekaligus dinobatkan pada peringkat ketiga dan keempat dari 10 kebakaran hutan paling merusak selama 35 tahun terakhir di California.
Cal Fire mencatat per 10 Januari 2025, Palisades Fire merusak 5.316 bangunan. Sementara itu, Eaton Fire merusak lebih dari 5.000 bangunan. Bangunan yang terhitung termasuk rumah, properti komersil, serta bangunan tambahan seperti lumbung, gudang, dan garasi.
Insiden kebakaran ini ditetapkan sebagai bencana dengan kerugian terbesar sepanjang sejarah Amerika Serikat. AccuWeather memperkirakan bahwa kerugian ekonomi yang ditimbulkan mencapai US$250 miliar hingga US$275 miliar atau setara dengan Rp4 triliun sampai Rp4,4 triliun.
Mengapa Sulit Dihentikan?
Para ahli mengatakan ada beberapa faktor utama yang menghambat penghentian kebakaran, termasuk penyebaran tata kota, resistensi masyarakat untuk membersihkan vegetasi di sekitar rumah, serta sistem air yang kurang mendukung. Selain itu, kondisi kekeringan akibat perubahan iklim juga memperparah insiden kebakaran ini.
"Banyak hal yang sebenarnya bisa dan seharusnya dilakukan, jauh sebelum kita mengetahui tentang perubahan iklim, kita sudah tahu bahwa penyebaran perkotaan seperti ini adalah risiko besar," kata Timothy Ingalsbee, Direktur Eksekutif Firefighters United for Safety, Ethics, and Ecology Amerika Serikat, dikutip dari The Washington Post.
Kesalahan Tata Kota dan Masyarakat yang Tidak Taat Aturan
Menurut analisis The Washington Post, 70% area yang terbakar di Los Angeles berada pada zona yang berisiko tinggi terkena kebakaran. Zeke Lunder, ahli pemetaan kebakaran hutan di California, mengatakan bahwa secara desain lingkungan, Palisades berada di antara Topanga State Park dan Samudra Pasifik. Lokasi ini menyebabkan Palisades sejajar dengan angin Santa Ana sehingga membuatnya sangat rentan terhadap kebakaran, bahkan hampir tidak mungkin dihindari.
“Rumah-rumah itu sejajar sempurna dengan arah angin Santa Ana yang bertiup dari timur laut. Sudah terlambat memikirkan hal ini setelah kota dibangun,” ungkap Zeke.
Pemerintah Los Angeles sebenarnya telah memasukkan risiko kebakaran sebagai salah satu persyaratan saat melakukan tinjauan rencana pembangunan rumah baru. Namun, bangunan yang berada di area Palisades telah dibangun sejak sebelum tahun 1990, pada saat berbagai persyaratan ini belum diberlakukan.
Selain itu, para ahli juga menyarankan untuk membersihkan rumput dan semak-semak yang rawan menjadi bahan bakar api. Di California, orang yang tinggal di area berisiko mengalami kebakaran diwajibkan untuk menerapkan “five-foot rule”, yaitu menjaga area sejumlah 5 kaki dari bangunan supaya bebas dari vegetasi.
Namun pada kenyataannya, aturan ini tidak diterapkan oleh masyarakat secara konsisten. Banyak pemilik rumah yang enggan melepas pagar kayu, memangkas cabang-cabang pohon pinus, dan membersihkan gulma.
“Banyak orang kesal (dengan aturan ini), (mereka) mengatakan ‘Apa yang harus saya lakukan dengan pagar saya, dengan tanaman yang saya suka,’” ujar Ken Pimlott, mantan kepala Cal Fire.
Kekurangan Pasokan Air
Sistem air di Los Angeles tidak pernah dirancang untuk mengatasi kebakaran hutan secara masif. Sistem air hanya dirancang untuk mengatasi kebakaran yang terjadi di tingkat bangunan besar dan beberapa rumah saja, bukan untuk area besar, apalagi yang terjadi secara bersamaan. Hal ini menyebabkan petugas pemadam kebakaran kewalahan.
"Tidak ada sistem air perkotaan yang direkayasa dan dibangun untuk melawan kebakaran hutan. Tangki-tangki tersebut tidak bisa terisi ulang dengan cepat untuk memenuhi permintaan besar dari upaya pemadaman kebakaran yang luar biasa," ungkap Michael McNutt, juru bicara Las Virgenes Municipal Water District.
Kondisi ini diperparah dengan ditutupnya reservoir Santa Ynez, yang menjadi tempat penampung air berkapasitas 117 juta galon. Reservoir Santa Ynez yang tidak beroperasi ini menyebabkan tidak adanya pasokan air yang mengalir pada hydrant lokal. Los Angeles Department of Water and Power selaku pengelola reservoir ini memberikan keterangan bahwa penutupan reservoir ini dilakukan karena adanya renovasi.
Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi
Max Moritz, spesialis kebakaran hutan dari University of California, Santa Barbara mengungkapkan bahwa perubahan iklim menyebabkan pola hujan berubah sehingga kekeringan menjadi lebih intens.
Di California, bulan Desember hingga Februari biasa mengalami musim hujan. Akan tetapi, California bagian selatan telah mengalami kekeringan luar biasa selama 8 bulan terakhir. Los Angeles mencatat curah hujan terakhir dengan intensitas lebih dari 2,5 mm terjadi pada awal Mei 2024. US Drought Monitor bahkan menetapkan California bagian selatan mengalami kekeringan dengan tingkat moderat hingga parah.
“Kita tidak mendapatkan hujan yang signifikan selama ratusan hari,” ungkap Max Moritz, dikutip dari NBC News.
Kondisi ini diperparah dengan kombinasi angin kencang Santa Ana, kelembaban rendah, dan melimpahnya vegetasi kering sehingga menciptakan kondisi “sempurna” untuk memantik terjadinya kebakaran.
“National Weather Service mendefinisikan kondisi cuaca kebakaran ini ‘sangat kritis’ dengan angin yang terus menerus berhembus (dengan kecepatan) lebih dari 30 mph (48 km/jam), kelembaban relatif kurang dari 10%, dan suhu yang lebih hangat dari 70°F (21°C). Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah bahwa kriteria ini terpenuhi secara bersamaan di Amerika Serikat pada bulan Januari,” ungkap ahli meteorologi dan jurnalis iklim, Eric Holthaus, dikutip dari Earth.
Baca Juga: 5 Kebakaran Hutan Paling Mematikan Sepanjang Sejarah
Penulis: Yazid Taufiqurrahman
Editor: Editor