Dukungan masyarakat dunia terhadap Palestina mengalir deras di berbagai ruang. Tak hanya di media sosial, tapi juga dimanifestasikan dalam aksi konkret seperti penggalangan dana, unjuk rasa, hingga pemboikotan terhadap produk-produk terafiliasi Israel.
Seperti diketahui, konflik Israel-Hamas yang berlangsung sejak Oktober 2023 lalu telah memanaskan situasi di Jalur Gaza.
Biro Pusat Statistik Palestina/Palestinian Central Bureau of Statistics (PCBS) mencatat ada sebanyak 40.188 warga Palestina yang tewas akibat agresi Israel ke wilayah Palestina, terhitung sejak 7 Oktober 2023 hingga 4 Agustus 2024.
Hasil survei GoodStats bertajuk “Sikap dan Perilaku Masyarakat terhadap Aksi Boikot Produk Terafiliasi Israel” mengungkap pola pendirian serta pandangan publik di Indonesia secara spesifik mengenai aksi boikot terhadap produk-produk terafiliasi Israel.
Menurut hasil survei ini, hampir seluruh responden (95,3%) mengaku aware/mengetahui tentang aksi boikot terhadap produk yang terafiliasi Israel.
Mayoritas Warga Indonesia Mendukung Aksi Boikot
Menurut survei GoodStats, mayoritas responden (70,2%) menyatakan mendukung gerakan boikot produk terafiliasi Israel.
Sebaliknya, hanya ada sedikit responden (12,8%) yang mengaku kontra terhadap aksi boikot ini. Sementara sebagian kecil lainnya (17%) mengaku netral.
“Tak cuma mendukung, aksi boikot produk-produk terafiliasi Israel secara konkret juga saat ini diakui tengah dilakukan oleh sebanyak 77,2% responden dalam kesehariannya,” jelas Managing Editor GoodStats, Iip M. Aditiya, Selasa (6/8).
Bagi mereka yang melakukan boikot, motif solidaritas terhadap Palestina (68,1%) dan ingin memberikan tekanan kepada Israel (55,3%) jadi alasan utamanya menurut survei ini.
Selain itu, sebanyak 30% responden juga menjadikan agama/keyakinan sebagai alasan untuk ikut dalam gerakan boikot.
Produk Makanan & Minuman Jadi Sasaran Utama Boikot
Produk makanan dan minuman (81,5%) jadi sasaran utama produk yang diboikot masyarakat dalam aksi boikot terhadap produk terafiliasi Israel.
“Dibandingkan pakaian atau produk elektronik, makanan dan minuman jadi jenis produk paling banyak kena boikot,” tutur Iip.
Dalam hal ini, survei GoodStats juga menangkap pola preferensi masyarakat Indonesia terkait pilihan produk alternatif untuk menggantikan produk yang mereka boikot menurut sejumlah kategori.
Untuk kategori makanan cepat saji misalnya, Hoka-Hoka Bento (24,2%) dan Richeese Factory (22,1%) ada di urutan teratas sebagai produk pengganti pilihan masyarakat.
Kemudian di kategori kedai kopi, Kopi Kenangan (27,5%) jadi produk yang paling banyak dipilih sebagai pengganti, diikuti Fore Coffee (22,5%).
Sementara itu Le Minerale (47,4%), jadi produk alternatif utama masyarakat untuk menggantikan produk yang diboikot pada kategori air mineral.
Aksi Boikot Efektif Hentikan Agresi Israel?
Merujuk kembali pada latar belakangnya, gerakan boikot produk terafiliasi Israel timbul sebagai respons publik atas rentetan serangan dan upaya okupansi Israel di teritori Palestina.
Berkaitan dengan ini, sebagian besar responden (55,1%) dalam survei GoodStats yakin bahwa gerakan boikot yang dilakukan akan efektif untuk menekan/menghentikan aksi agresi Israel tersebut.
Terdapat pula 15,8% responden yang menyatakan bahwa aksi boikot ini tak akan efektif dalam meredam agresi Israel terhadap Palestina. Sedangkan 30,1% responden lainnya merasa tak yakin/ragu akan hal ini.
Tentang Survei
Pengumpulan data dalam survei GoodStats ini dilakukan secara daring menggunakan 1.000 sampel responden dengan profil tersegmentasi yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Kriteria usia responden dalam survei ini ada di rentang 18-58 tahun, dengan proporsi responden terbanyak (41,2%) ada di kelompok usia 18-25 tahun, dan 26-34 tahun (37,2%).
Managing Editor GoodStats Iip M. Aditiya menyebut hasil survei ini cukup memberi gambaran soal ketegasan masyarakat Indonesia dalam mempromosikan perdamaian.
“Hasil survei ini secara umum cukup menegaskan bahwa masyarakat merasa punya peran krusial dalam upaya kolektif untuk mempromosikan perdamaian, salah satunya melalui aksi boikot,” tutur Iip.
Baca Juga: Lonjakan Impor Indonesia dari Israel di Tengah Isu Boikot
Penulis: Raka B. Lubis
Editor: Editor