Survei CSIS: Tingkat Ketertarikan Politik Kaum Muda Masih Rendah

Survei CSIS menyebut mayoritas kaum muda tidak memiliki keinginan akan pencalonan politik baik dalam hal eksekutif maupun legislatif.

Survei CSIS: Tingkat Ketertarikan Politik Kaum Muda Masih Rendah Potret surat suara Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden RI 2019 | Yulius Satria Wijaya/ANTARA

Suara kaum muda di Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 mendatang disebut cukup vital. Sebab, proporsi pemilih muda (berusia 17-39 tahun) diprediksi mendekati angka 60 persen. Data tersebut diungkapkan oleh Centre for Strategic and International Studies (CSIS) dalam surveinya yang bertajuk “Pemilih Muda dan Pemilu 2024: Dinamika dan Preferensi Sosial Politik Pascapandemi.”

Dalam latar belakang surveinya, CSIS memproyeksikan jumlah pemilih muda dalam Pemilu 2024 berada pada proporsi mayoritas, yakni di angka 54 persen dibanding jumlah pemilih di atas 40 tahun yang berada di angka 46 persen. Hal tersebut dihitung berdasarkan konversi basis jumlah pemilih dengan catatan perbandingan sensus penduduk 2010 dan 2020 di mana jumlah penduduk Indonesia mengalami peningkatan dari 237 juta menjadi 270 juta penduduk.

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, CSIS melakukan survei pada 8-13 Agustus lalu untuk mengetahui bagaimana arah dan preferensi politik pemilih muda ke depan, termasuk di antaranya preferensi mereka terhadap calon presiden dan partai politik. Survei menarik sampel sebanyak 1.200 responden dengan metode multistage random sampling untuk mempertimbangkan proporsi sampel.

Yang menarik, pada bagian "Partisipasi Politik Pemilih Muda", CSIS turut menggali seberapa besar ketertarikan politik kaum muda dalam hal pencalonan diri sebagai anggota eksekutif maupun legislatif. Bagian tersebut diturunkan melalui pertanyaan "Bila memiliki kesempatan, apakah Anda memiliki keinginan untuk mencalonkan diri sebagai anggota legislatif atau kepala daerah?"

Tingkat ketertarikan pencalonan politik kaum muda menurut survei CSIS | GoodStats

Hasilnya, mayoritas responden survei tidak memiliki keinginan akan kedua hal tersebut. Hal tersebut dibuktikan dengan angka tidak memiliki keinginan mencalonkan diri sebagai anggota DPR/DPRD sebanyak 84,7 persen dan sebagai kepala daerah sebanyak 85,2 persen.

Hanya 14,6 persen responden yang memiliki keinginan mencalonkan diri sebagai anggota legislatif dan 14,1 persen responden yang memiliki keinginan menjadi kepala daerah. Selain itu, terdapat masing-masing 0,7 persen responden yang tidak ingin menjawab.

Dalam bagian yang sama, CSIS juga menanyakan seberapa besar tingkat keikutsertaan kaum muda dalam organisasi terkait politik. Hasilnya, hanya 21,6 persen responden yang mengikuti organisasi kepemudaan; 16,8 persen mengikuti organisasi masyarakat; 14,1 persen mengikuti organisasi pelajar atau mahasiswa; dan hanya 1,1 persen yang mengikuti partai politik atau organisasi sayap politik.

“Animo pemilih muda untuk aktif dalam politik formal seperti mencalonkan diri dalam pemilu legislatif dan kepala daerah lumayan baik (hampir 15 persen). Namun, belum tersedia mekanisme politik di internal partai yang memungkinan mereka untuk berpartisipasi aktif, seperti masih rendahnya ketertarikan mereka menjadi kader/anggota partai,” tulis CSIS dalam laporan surveinya (26/9).

“Ke depan, partai politik perlu memberikan kuota pencalonan khusus bagi pemilih muda,” sambung CSIS.

Penulis: Raihan Hasya
Editor: Iip M Aditiya

Konten Terkait

Program Makan Siang Gratis Dapat Dukungan dari China, Indonesia Bukan Negara Pertama

Langkah ini tidak hanya mengatasi permasalahan gizi, tetapi juga menjadi bagian dari upaya global untuk memerangi kelaparan dan mendukung pendidikan.

Survei GoodStats: Benarkah Kesadaran Masyarakat Akan Isu Sampah Masih Rendah?

Survei GoodStats mengungkapkan bahwa 48,9% responden tercatat selalu buang sampah di tempatnya, 67,6% responden juga sudah inisiatif mengelola sampah mandiri.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook