Serba-Serbi Pengguna Dating Apps, Waspada Motif Penipuan!

Sebanyak 14% pengguna dating apps berhasil menikah. Akan tetapi, laporan penipuan yang terjadi melalui aplikasi kencan online juga mengalami kenaikan.

Serba-Serbi Pengguna Dating Apps, Waspada Motif Penipuan! Ilustrasi penggunaan dating apps │ Freepik

Keberadaan aplikasi kencan online semakin eksis. Kemudahan dan fleksibilitas menjadi faktor penarik utama banyaknya pengguna yang aktif di dating apps. Hingga saat ini, diperkirakan terdapat lebih dari 8.000 situs kencan online atau dating apps yang tersebar di seluruh dunia.

Di tahun 2022, jumlah unduhan terhadap dating apps mencapai 256,2 juta unduhan. Unduhan tersebut dilakukan oleh setidaknya 337,3 juta pengguna di tahun yang sama. Terbaru, sebanyak 6 juta unduhan dating apps telah dilakukan oleh masyarakat di berbagai dunia per-Juli 2023.

Dari berbagai aplikasi kencan online yang tersedia di internet, Tinder menjadi salah satu aplikasi yang populer. Aplikasi tersebut menduduki dating apps dengan pendapatan terbanyak, yakni 1,79 miliar dolar AS pada 2022.

Sementara itu, situs Match dan eHarmony memiliki pendapatan rata-rata per pengguna tertinggi. Hal ini disebabkan keduanya mengenakan biaya akses yang lebih mahal dibandingkan dengan situs lain.

Merujuk data dari Cloudwards, preferensi pengguna terhadap jenis aplikasi kencan berbeda-beda, tergantung dari usia pengguna. Manusia dengan kelompok usia 18 hingga 29 tahun memiliki preferensi terhadap aplikasi Tinder. Sementara itu, orang-orang yang berusia 30 hingga 64 tahun lebih memilih menggunakan Match.co.

Apakah Dating Apps Berhasil Pertemukan Jodoh?

Berbagai usia, latar belakang pengguna, hingga motif menggunakan dating apps dapat ditemui untuk menemukan kecocokan. Data dari Cloudwards menunjukkan, sebanyak 42% pengguna menginginkan hubungan yang serius hingga ke jenjang pernikahan. Menariknya, 14% dari seluruh pengguna aplikasi kencan berhasil menikah dengan seseorang yang ditemui di situs atau aplikasi kencan.

Meski demikian, motif ingin menjalin hubungan yang lebih serius bukan menjadi alasan utama seseorang bermain dating apps. Faktanya, sebanyak 26% pengguna situs atau aplikasi kencan online tidak mencari komitmen. Mereka hanya ingin mencari teman baru untuk mengobrol.

Dari data di atas, dapat diketahui pola hubungan yang dihasilkan dari aplikasi kencan bermacam-macam. Sebanyak 23,7% pengguna hanya mengobrol dengan orang yang ditemuinya selama 1-2 hari. Pola ini sering dilakukan oleh pengguna dating apps.

Sementara itu, sebanyak 14,7% pengguna telah berhubungan selama lebih dari satu tahun dan lebih dari 13,6% pengguna memutuskan untuk menikah.

Waspada Penipuan (Swindler) di Dating Apps

Tidak semua pengguna aplikasi kencan online mengungkapkan dirinya yang sebenarnya. Oleh karena itu, menerapkan sikap berhati-hati sangat penting untuk dilakukan ketika berkenalan dengan seseorang. Dari data yang diperoleh, sebanyak 38% pengguna laki-laki dan 30% pengguna perempuan memalsukan identitas mereka atau catfishing.

Catfishing merupakan aktivitas menipu di mana pengguna berpura-pura menjadi seseorang yang bukan dirinya dengan memalsukan gambar dan informasi pribadi. Tidak hanya itu, penipuan ini berlanjut bahkan hingga merugikan materiel seseorang.

Di tahun 2016, penipuan melalui aplikasi kencan online telah merugikan pengguna sebesar 75 juta dolar AS. Angka tersebut terus meningkat hingga di tahun 2020 kerugian pengguna akibat penipuan mencapai 304 juta dolar AS.

Peningkatan laporan penipuan yang terjadi melalui aplikasi kencan online paling signifikan terjadi pada kelompok usia 20 hingga 29 tahun. Jumlah laporan di dunia meningkat dua kali lipat dari tahun 2019 hingga 2020. Meski demikian, korban penipuan juga dialami oleh kelompok usia 40 hingga 70 tahun.

Di Indonesia, penipuan melalui dating apps kembali ramai di media sosial. Terbaru, Polda Metro Jaya menerima laporan dari dua wanita yang mengaku ditipu oleh seseorang yang mereka temui di aplikasi kencan. Wanita tersebut mentransfer uang senilai ratusan juta rupiah kepada sosok yang baru ditemui tersebut dengan iming-iming akan dijadikan sebagai modal bisnis.

"Iming-iming, rayuan, mengelabui korban untuk menyerahkan sejumlah uang yang merupakan janji dari pelaku ini membuat bisnis baru dan sebagainya,” ujar Direktur Reskrimsus Polda Metro Jaya Polda Metro Jaya, Kombes Ade Safri Simanjuntak, Selasa (22/8/2023), dikutip dari Detik.

Sosok yang ditemui oleh wanita tersebut  melakukan catfishing dengan mengaku sebagai orang Chinese-Malaysia, duda tanpa anak, anak tunggal dari orang tua kaya raya, memiliki jabatan executive chef di salah satu hotel.

"Awalnya mengaku sebagai executive chef di salah satu hotel, tapi dia dapat promosi dan naik jabatan jadi ke manajemen," ujar wanita yang berprofesi sebagai guru tersebut, dikutip dari CNBC Indonesia.

Ternyata, wanita tersebut bukan satu-satunya korban dari sosok yang ditemui di aplikasi kencan online. Setelah ditelusuri, didapati 26 korban lainnya dari sosok tersebut dengan modus yang sama. Total kerugian yang dialami dari 27 wanita tersebut mencapai Rp3 miliar.

Penulis: Aslamatur Rizqiyah
Editor: Iip M Aditiya

Konten Terkait

Indeks Persepsi Korupsi di Indonesia Kembali ke Angka 10 tahun Lalu

Meski sempat mengalami fluktuasi, Indeks Persepsi Korupsi di Indonesia pada 2023 kembali ke angka yang sama seperti 2014.

Dari Sekian Kota Besar Dunia, Udara Jakarta Paling Berpolusi

Meskipun bukan lagi hal asing, polusi udara Jakarta dan kota lain di Indonesia masih perlu menjadi perhatian.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

Dengan melakukan pendaftaran akun, saya menyetujui Aturan dan Kebijakan di GoodStats

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook