Dalam rangka menciptakan akses pendidikan yang unggul dan merata, Presiden Prabowo telah membentuk dua program unggulan yakni Sekolah Rakyat dan Sekolah Garuda. Meski sama-sama bertujuan mencerdaskan bangsa, keduanya punya tujuan dan prioritas yang berbeda.
Sekolah Rakyat berfokus menciptakan akses pendidikan gratis bagi masyarakat kurang mampu, mulai jenjang Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Tujuan utamanya adalah untuk memutus rantai kemiskinan ekstrem yang terjadi.
Sementara itu, Sekolah Garuda berfokus pada optimalisasi potensi siswa/i di jenjang SMA terutama di bidang Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM) agar memiliki daya saing global.
Kabar terkini, kedua program telah mulai berjalan sejak beberapa bulan lalu. Netizen di berbagai media sosial dan media online ramai menanggapinya dengan berbagai sentimen dan emosi. Lantas bagaimana sentimen dan emosi publik terhadap kedua program ini?
Keduanya Punya Sentimen Positif yang Tinggi
Menurut Analisis yang dilakukan Drone Emprit, program Sekolah Rakyat memiliki sentimen positif yang tinggi dengan perolehan 96%. Sentimen positif ini terbentuk karena Sekolah Rakyat dianggap mengutamakan hak rakyat dalam memperoleh jenjang pendidikan. Jaminan beasiswa juga semakin memperkuat kesan positif program ini.
Sementara itu, sentimen negatifnya hanya sebesar 3%. Sentimen ini dilatarbelakangi mundurnya ratusan siswa dan guru Sekolah Rakyat, penggunaan fasilitas Sekolah Luar Biasa, serta anggapan bahwa program tak sentuh akar permasalahan.
Beberapa waktu lalu muncul narasi penggusuran gedung Sekolah Luar Biasa Nasional (SLBN) A di Bandung untuk pembangunan Sekolah Rakyat. Narasi ini memicu sentimen negatif dari warganet. Menanggapi hal ini, Menteri Sosial, Saifullah Yusuf mengatakan bahwa semua yang terjadi hanyalah kesalahpahaman.
“Itu cuma sekolahnya mau direnovasi sebentar. Kalau ada murid di situ, dikhawatirkan tidak hanya mengganggu proses belajar-mengajar tapi juga keselamatan murid,” tutur Saifullah mengutip Antara (23/5/2025).
Lebih lanjut, 1% sisanya merupakan sentimen netral yang didorong oleh laporan faktual perkembangan operasional Sekolah Rakyat.
Di sisi lain, program Sekolah Garuda juga dominan memperoleh sentimen positif sebanyak 84%. Tingginya sentimen ini didorong oleh antusiasme siswa, kurikulum internasional, dan adanya beasiswa penuh. Kurikulum internasional diterapkan oleh pemerintah karena memang murid-muridnya dipersiapkan untuk bersaing secara global.
Selanjutnya, sentimen negatif juga diperoleh dengan besaran yang sama yaitu 3%. Sentimen ini muncul dipicu anggapan akan terciptanya kesenjangan pendidikan baru, penyerapan anggaran yang besar, dan ketidakjelasan kewenangan kementerian.
Lalu 13% lainnya adalah sentimen netral yang kemunculannya didorong oleh laporan peluncuran program secara serentak.
Bagaimana Emosi Publik terhadap Kedua Program?
Hasil analisis menunjukkan bahwa emosi gembira mendominasi percakapan publik di 3.900 unggahan untuk program Sekolah Rakyat dan 541 unggahan untuk Sekolah Garuda. Nampak selisih jumlah unggahan keduanya terpaut sangat jauh.
Setelahnya, emosi terbanyak kedua yang dirasakan adalah percaya, termuat dalam 1.800 unggahan untuk Sekolah Rakyat dan 311 unggahan untuk Sekolah Garuda. Temuan ini menandakan Program Sekolah Rakyat jauh lebih banyak dibicarakan publik dibanding Sekolah Garuda.
Lebih lanjut, emosi lain publik terhadap Sekolah Rakyat yakni takut (163), terkejut (690), sedih (721), muak (219), diikuti marah (150), dan antisipasi (1.100).
Sementara itu, emosi terhadap Sekolah Garuda yaitu takut (27), terkejut (117), sedih (15), muak (15), disusul marah (50), dan antisipasi (102).
Adapun analisis dilakukan oleh Drone Emprit bersumber dari media sosial X, Facebook, Youtube, Tiktok, dan berita online selama 20 Oktober 2024 - 20 Oktober 2025.
Baca Juga: Analisis Emosi Warga Indonesia terhadap Konflik Iran vs Israel
Sumber:
https://x.com/DroneEmpritOffc/status/1984204636455363037?t=sPTBLnMeIkrwQaOsn6ereA&s=08
https://www.antaranews.com/berita/4853573/mensos-tanggapi-renovasi-slb-negeri-a-pajajaran-jadi-sekolah-rakyat
Penulis: NAUFAL ALBARI
Editor: Editor