Di era digital yang serba cepat ini, generasi muda Indonesia dihadapkan pada beragam pilihan dan tantangan dalam mengelola keuangan. Menabung, meskipun terkesan sebagai konsep konvensional, justru menjadi semakin relevan dan krusial bagi generasi muda dalam menghadapi dinamika ekonomi masa kini.
Lantas,, bagaimana sebenarnya kebiasaan menabung dan pengelolaan keuangan di kalangan anak muda Indonesia? Apakah mereka telah memiliki literasi dan kesadaran finansial yang memadai untuk menjadi generasi yang cerdas finansial?
Menanggapi pertanyaan tersebut, sebuah survei daring bertajuk Kebiasaan Menabung & Mengelola Keuangan Pribadi telah dilakukan. Survei ini merupakan bagian dari penugasan akhir program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) GNFI Batch 7.
Survei dilaksanakan dari 25 Oktober hingga 11 November 2024 melibatkan 289 responden. Mayoritas responden berusia 18-24 tahun (50,7%), diikuti oleh kelompok usia 25-30 tahun (36,1%), dan 31-35 tahun (13,2%). Responden berasal dari berbagai latar belakang pendidikan, pekerjaan, dan domisili di Indonesia, dengan dominasi responden berjenis kelamin perempuan (58,8%).
Tujuan Menabung Anak Muda Indonesia
Sebagian besar responden (88,5%) menyatakan telah memiliki tabungan, menunjukkan kesadaran akan pentingnya menabung di kalangan anak muda. Sebanyak 58,7% juga tercatat telah menabung secara rutin setiap bulan dan 67,8% di antaranya bahkan memiliki lebih dari satu rekening tabungan.
Lalu, apa tujuan anak muda menabung? Kebutuhan untuk dana darurat (56,2%), liburan (27,5%), dan pembelian besar (21,7%) menjadi tujuan utama, sedangkan sisanya lebih untuk pemenuhan segi pendidikan dan kesehatan.
Sebanyak 33,3% responden menyisihkan 10%-20% dari total pendapatannya untuk ditabung, sedangkan yang lainnya kurang dari 10% hingga yang terkecil yakni lebih dari 50%. Hal ini mengindikasikan bahwa mayoritas telah memiliki kesadaran yang penuh untuk menabung. Sebanyak 36,4% responden juga tercatat cukup konsisten dalam menabung untuk mencapai target yang telah ditetapkan.
Hal-hal seperti pengeluaran (48,8%), gaya hidup (48,8%), dan pendapatan (45%) menjadi faktor dominan yang memengaruhi anak muda dalam menabung.
Bank menjadi sarana andalan untuk menabung (57,2%) diikuti dengan dompet digital (33,3%) yang sejalan dengan cakupan kelompok usia dari generasi milenial dan gen Z yang ‘melek’ terhadap perkembangan teknologi dan hidup bersandingan dengan digitalisasi. Sementara responden lainnya menabung dalam bentuk investasi (21%), di celengan (15,9%), dan koperasi (4,3%).
Tantangan dalam Menabung
Meskipun telah memiliki kesadaran untuk menabung, masih banyak tantangan yang dihadapi anak muda Indonesia. Sikap kurang disiplin (37%) dan kebutuhan mendesak (29,4%) menjadi hambatan utamanya. Persentase yang cukup signifikan ini mengindikasikan bahwa kesadaran menabung saja tidak cukup, tapi juga perlu diimbangi dengan komitmen dan perencanaan keuangan yang matang.
Tantangan ini sejalan dengan realita yang ada. Generasi Z yang mayoritas masih berstatus mahasiswa, memiliki penghasilan terbatas sehingga kesulitan dalam mengalokasikan dana untuk menabung. Kondisi ini diperparah dengan sifat konsumtif yang melekat pada generasi ini, sehingga rentan tergoda untuk membelanjakan uangnya demi memenuhi gaya hidup.
Sementara itu, generasi milenial yang telah berkeluarga dihadapkan pada besarnya tanggungan dan kebutuhan rumah tangga. Pengeluaran untuk kebutuhan pokok, pendidikan anak, cicilan rumah, dan kebutuhan lainnya membuat mereka kesulitan menyisihkan dana untuk ditabung.
Alasan Tidak Menabung
Minimnya pengetahuan tentang cara menabung yang efektif (26,2%) menjadi alasan yang membuat generasi muda enggan untuk menyisihkan uangnya. Hal ini menunjukkan perlunya peningkatan literasi keuangan, agar generasi muda dapat memahami berbagai strategi dan instrumen menabung yang efektif.
Adapun alasan lainnya yaitu pendapatan yang tidak cukup (20,8%) dan kecenderungan untuk langsung membelanjakan uang (20,1%). Alasan lainnya mencapai 20,8% menunjukkan bahwa alasan seseorang tidak menabung cenderung bervariasi.
Pengelolaan Keuangan: Anggaran Bulanan dan Faktor Lainnya
Mayoritas responden (69,9%) menyatakan telah menyusun anggaran bulanan yang menunjukkan bahwa kesadaran dalam merencanakan dan mengelola keuangan termasuk tinggi di kalangan anak muda. Pembuatan anggaran tersebut dibagi menjadi beberapa kategori yang terdiri dari tabungan, makanan, hiburan, transportasi, dan kebutuhan lainnya. Dapat dilihat bahwa tabungan menjadi pertimbangan dalam pembagian anggaran yang menyiratkan adanya pemahaman mengenai pentingnya menabung.
Evaluasi keuangan menjadi salah satu aspek penting dalam pengelolaan keuangan. Sebanyak 46,7% responden menyatakan melakukan evaluasi keuangan dengan frekuensi setiap bulan, 21,8% responden melakukannya setiap minggu. 8,7% responden melakukannya setiap hari, dan 11,1% responden melakukannya setiap tahun.
Terlalu Rumit Jadi Kendala Terbesar Untuk Membuat Anggaran Bulanan
Mereka yang tidak membuat anggaran bulanan mengaku kesulitan karena terlalu rumit dan tidak ada waktu. Sementara itu, ada pula yang merasa tidak perlu untuk membuat anggaran bulanan.
Sebanyak 28,7% responden mengakui cukup kesulitan dalam menabung dan mengelola keuangan, sisanya merasa cukup mudah (24,6%) dan netral (21,8%). Kesulitan tersebut berasal dari beberapa faktor, antara lain penghasilan yang terbatas (37%) dan adanya kebutuhan mendesak (29,4%).
Perlu Variasi Program Pelatihan Mengenai Keuangan
Meskipun mayoritas responden telah memiliki kebiasaan menabung dan melakukan pengelolaan keuangan, masih banyak yang merasa perlu meningkatkan pengetahuan tentang menabung dan pengelolaan keuangan.
Pendidikan dan pelatihan keuangan (56,4%) serta program insentif menabung (41,2%) menjadi hal yang penting untuk meningkatkan literasi keuangan di kalangan anak muda. Tentunya dapat dikembangkan dengan inovasi-inovasi yang dikemas sedemikian rupa agar dapat menarik minat anak muda khususnya pada ranah media sosial.
Peran Media Sosial & Keluarga / Teman
Dengan rata-rata penggunaan media sosial selama 3 jam 11 menit per hari oleh masyarakat Indonesia, tidak mengejutkan apabila kanal media sosial memainkan peranan paling penting (54,7%) khususnya dalam mendapatkan informasi seputar praktik menabung dan pengelolaan keuangan di kalangan anak muda Indonesia. Hal ini didukung pula oleh peran dari keluarga dan teman (39,4%) yang menjadi bagian dari support system sehari-hari.
Berdasarkan hasil survei dan analisis data yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa generasi muda Indonesia sudah mulai menyadari pentingnya menabung dan mengelola keuangan. Hal ini terlihat dari tingginya persentase responden yang memiliki tabungan dan membuat anggaran bulanan. Namun, literasi finansial di kalangan anak muda masih perlu ditingkatkan agar dapat mengatasi berbagai tantangan dalam menabung, seperti kurangnya kedisiplinan, adanya kebutuhan mendesak, dan penghasilan terbatas.
Oleh karena itu, diperlukan upaya bersama untuk meningkatkan literasi keuangan generasi muda melalui program edukasi dan pelatihan yang inovatif dan menarik, terutama dengan memanfaatkan media sosial yang menjadi kanal informasi utama bagi mereka. Dengan demikian, diharapkan generasi muda Indonesia dapat menjadi generasi yang cerdas finansial dan mampu mencapai kemandirian finansial di masa depan.
Baca Juga: Proporsi Pengeluaran Indonesia 2024: Konsumsi Naik, Tabungan Turun
Penulis: JENNIFER RENATA ANGELIA
Editor: Editor