Riset World Risk Report (WRR) tahun 2023 mengklaim bahwa sejak tahun 2022 telah terjadi total 421 bencana alam di seluruh dunia. Jumlah ini meningkat 23% dibandingkan tahun 2000.
Dari total seluruh bencana alam tersebut, 80% di antaranya tergolong tren bencana yang berkaitan dengan perubahan iklim.
Hal ini berdampak pada pola dan fenomena cuaca ekstrem tidak menentu.
Sedangkan, 20% sisanya merupakan bencana geofisika yang meliputi gempa bumi dan letusan gunung berapi.
Tipe bencana ini cenderung berpotensi memakan korban jiwa lebih masif.
Dalam laporannya, WRR menempatkan Indonesia sebagai negara dengan risiko bencana alam tertinggi kedua sedunia.
Indonesia tercatat memiliki world risk index (WRI) sebesar 43,5 dari 100. Selisih yang cukup tipis jika dibandingkan dengan Filipina pendahulunya di angka 46.86.
WRI merupakan hasil perhitungan indeks risiko bencana yang dilakukan oleh WRR berdasarkan tingkat keterpaparan dan kerentanan suatu negara terhadap bencana alam.
Mengapa Banyak Risiko Bencana Alam Terjadi di Indonesia?
Secara geografis, Indonesia terletak di Cincin Api Pasifik, pertemuan lempeng tektonik yang aktif. Cincin Api Pasifik adalah area berbentuk tapal kuda yang mengelilingi Samudra Pasifik.
Di area ini, terdapat banyak gunung berapi dan patahan lempeng tektonik yang menjadi sumber gempa bumi dan tsunami.
Wilayah Indonesia terletak dikelilingi pertemuan tiga lempeng tektonik utama, yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik.
Pergerakan dan interaksi lempeng-lempeng ini menghasilkan aktivitas tektonik yang tinggi, seperti gempa bumi, letusan gunung berapi, dan tsunami.
"Kepulauan Indonesia terbentuk dari proses evolusi yang sangat panjang, yakni akibat pergerakan tektonik selama beberapa puluh juta tahun hingga akhirnya membentuk konfigurasi kepulauan Indonesia yang rawan bencana." ungkap Adi Maulana, Dosen Universitas Hasanuddin melansir CNN Indonesia.
Indonesia juga memiliki topografi yang beragam dengan didominasi lanskap pegunungan dan perbukitan curam. Kondisi ini membuat negara rentan terhadap bencana tanah longsor dan banjir bandang.
Pegunungan dan perbukitan curam memiliki kemiringan yang tinggi, sehingga air hujan mudah mengalir deras dan membawa material tanah.
Hal ini dapat menyebabkan tanah longsor dan banjir bandang, terutama di daerah yang memiliki vegetasi yang minim.
Selain itu, Indonesia termasuk salah satu negara beriklim tropis dengan curah hujan yang tinggi.
Curah hujan yang tinggi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti angin muson, El Nino, dan La Nina, sehingga berpotensi menyebabkan tanah jenuh air dan memicu terjadinya tanah longsor.
Di sisi lain, masifnya penebangan hutan yang tidak terkendali atau deforestasi di negeri ini mampu menyebabkan hilangnya vegetasi yang berperan penting dalam menjaga keseimbangan alam dan mencegah erosi tanah.
Hutan Indonesia memiliki fungsi penting dalam menjaga keseimbangan alam, termasuk mencegah erosi tanah dan mengatur aliran air.
Deforestasi ekstrem dapat menyebabkan hilangnya vegetasi, sehingga tanah menjadi mudah tererosi dan air hujan mudah mengalir deras, yang dapat menyebabkan banjir dan tanah longsor.
Tidak dapat dipungkiri pula, Indonesia masih menghadapi problematika pertumbuhan penduduk yang pesat.
Fenomena ini ditandai dengan masifnya populasi masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana.
Pemukiman yang berkembang di daerah pesisir pantai, bantaran sungai, dan lereng gunung berpotensi meningkatkan jumlah korban jiwa dan kerugian ekonomi ketika bencana alam melanda di daerah-daerah itu.
Penulis: Christian Noven Harjadi
Editor: Iip M Aditiya