Presiden AS Trump berencana buat menutup Lembaga Pembangunan Internasional Amerika Serikat atau biasa dikenal sebagai USAID. Penutupan ini sejalan dengan pengumuman di laman resmi USAID, yang menyebutkan bahwa seluruh staf USAID diliburkan sejak Jumat (7/2/2025), kecuali personil di sektor-sektor tertentu. Mereka yang bekerja di luar AS juga diimbau untuk kembali dalam 30 hari terhitung sejak tanggal 7 Februari kemarin.
Penutupan lembaga bantuan ini membawa goncangan bagi dunia internasional, tak terkecuali Indonesia yang secara rutin menerima sumbangan dana dari USAID. Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI menyebutkan bahwa pemerintah saat ini sudah melakukan persiapan jika kebijakan penutupan USAID ini terbukti berdampak pada kerja sama Indonesia dengan AS. Sejauh ini, belum ada informasi tentang program USAID yang kena dampak kebijakan Trump tersebut.
Masih belum jelas apakah USAID akan ditutup permanen atau hanya ditangguhkan sementara waktu. Trump mengaku ingin menggabung lembaga tersebut dengan Departemen luar Negeri dengan tujuan untuk memperkecil tenaga kerja dan menyesuaikan pengeluaran dengan kebijakan America First.
Apa Itu USAID?
USAID sejatinya merupakan lembaga bantuan yang didirikan oleh Presiden John F. Kennedy pada 1961, pada puncak Perang Dingin. Lembaga ini bertujuan untuk mengatur bantuan luar negeri, yang juga menjadi dasar dari kebijakan luar negeri AS.
Sekarang, USAID mengoordinasikan 60% dari total bantuan luar negeri AS. Terdapat 10 ribu staf dan dua pertiga di antaranya ditempatkan di luar negeri untuk membantu 130 negara.
USAID berkomitmen membantu negara-negara yang sedang berkonflik, berupaya untuk memberantas kemiskinan, penyakit, dan menyediakan kebutuhan kemanusiaan. Lembaga ini turut membantu mendukung pertumbuhan ekonomi negara berkembang dan mendorongnya untuk masuk ke dalam perdagangan dunia.
Bantuan USAID ke Indonesia
USAID telah lama menjadi donor utama bagi beberapa lembaga di tanah air, menyokong berjalannya sejumlah program strategis. Sejak 2001, dukungan biaya yang diberikan tak pernah di bawah US$100 juta, menunjukkan komitmen dan hubungan kuat antara kedua negara.
Pada 2024 lalu, USAID memberi bantuan dana sebesar US$153,5 juta, naik dibanding 2023 yang sebesar US$151,6 juta. Bantuan tertinggi diterima pada 2011, yang jumlahnya mencapai US$279,4 juta, naik 45,6% dibanding bantuan tahun sebelumnya.
Dengan demikian, pembekuan dukungan dana dari USAID ini sangat memengaruhi sederet program di Indonesia, salah satunya di sektor kesehatan. USAID banyak membantu program pengentasan HIV dan TBC di tanah air, yang menjadi penyakit mematikan setelah pandemi Covid-19 berakhir.
Selain ke Indonesia, USAID juga banyak menyuntikan dana ke sejumlah negara lain. Pada 2023 lalu, USAID terbanyak memberi bantuan ke Ukraina, totalnya mencapai US$16,0 triliun, diikuti Ethiopia (US$1,7 triliun) dan Yordania (US$1,2 triliun). Jumlah yang diterima Indonesia memang tergolong jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara penerima lain. USAID lebih banyak memberi bantuan dana pada negara yang dilanda konflik.
Rincian Dananya Buat Apa?
Pada 2024, dari total US$153,3 juta yang diberikan USAID pada Indonesia, mayoritas digunakan untuk bantuan pembangunan (development assistance), mencapai US$66,7 juta. Secara keseluruhan, bantuan USAID untuk Indonesia dibagi ke dalam 2 kategori, yakni biaya bantuan dan biaya operasional. Bantuan pembangunan termasuk dalam kategori biaya bantuan.
Selain bantuan pembangunan, USAID turut membantu US$10,3 juta untuk ekonomi dan US$6,9 juta untuk bantuan bencana internasional. Sebanyak US$11,8 juta merupakan biaya operasional dan sisanya digelontorkan untuk pekerja USAID yang bukan warga negara Amerika.
Baca Juga: Apa Pengaruh Bergabungnya Indonesia dengan BRICS?
Penulis: Agnes Z. Yonatan
Editor: Editor