Indonesia telah menerima penghargaan dari International Rice Research Institute (IRRI) terkait keberhasilan dalam ketahanan pangan, khususnya swasembada beras. Dalam kesempatan ini, Presiden RI Joko Widodo juga menyebut bahwa Indonesia telah berhasil untuk tidak mengimpor beras selama tiga tahun selama periode 2019-2021.
Sejalan dengan hal ini, Food and Agriculture Organization (FAO) telah menetapkan keputusan sejak tahun 1999, yang berisi bahwa suatu negara dapat dikatakan swasembada jika produksinya sudah mencapai 90 persen dari kebutuhan nasional.
“Untuk beras konsumsi, kira sudah tidak lagi impor dalam tiga tahun terakhir. Pembangunan bendungan dan irigasi telah mendukung peningkatan produktivitas nasional,” kata Jokowi pada Minggu, (14/8) lalu.
Jokowi melanjutkan, Indonesia telah konsisten memproduksi beras sebanyak 31,3 juta ton per tahunnya terhitung dari tahun 2019 hingga 2021. Sementara, menurut Badan Pusat Statistik (BPS), stok beras pada periode akhir April 2022 sudah mencapai 10,2 juta ton.
-
Meski dikatakan sudah tidak mengimpor beras untuk konsumsi (beras medium), namun Indonesia masih mengimpor beras untuk keperluan industri. Adapun, merujuk pada data BPS, jumlah impor beras pada tahun 2021 mencapai 407,7 ribu ton. Angka ini naik dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 356,2 ribu ton.
-
Volume impor beras Indonesia selama periode tahun 2019-2021 pun lebih rendah dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Seperti yang tertera pada grafik diatas, volume impor beras di tahun 2018 merupakan yang tertinggi dalam tujuh tahun terakhir mencapai 2,25 juta ton.
Sementara itu, impor beras nasional paling banyak berasal dari India pada tahun 2021. Rinciannya adalah sebanyak 215,3 ribu ton dari India, 69,3 ribu ton dari Thailand, 65 ribu ton dari Vietnam, 52 ribu ton dari Pakistan, 3 ribu ton dari Myanmar, 230 ton dari Jepang, 42 ton dari China, serta sejumlah negara lainnya sebanyak 760,1 ton.
Melansir CNBC Indonesia, Departemen Pertanian AS (USDA) merilis proyeksi impor beras RI pada periode 2021/2022. Dikatakan bahwa impor beras nasional pada tahun ini dipangkas menjadi 500 ribu ton dari sebelumnya yang mencapai 750 ribu ton. Sedangkan, periode tahun berikutnya atau 2022/2023 diprediksi stagnan di angka 500 ribu ton.
“Meski produksi beras RI tahun 2021/2022 diprediksi turun, dengan level stok saat ini dan harga yang stabil, terpantau tidak ada kecenderungan pemerintah Indonesia memerintahkan Bulog untuk mengimpor beras medium,” berikut bunyi laporan USDA seperti yang dikutip dari CNBC Indonesia pada Senin, (15/8) lalu.
Penulis: Nada Naurah
Editor: Iip M Aditiya