Kehadiran wisatawan asing di dalam negeri memberikan banyak manfaat, khususnya di bidang ekonomi. Perputaran uang yang dilakukan wisatawan asing di dalam negeri berpotensi untuk meningkatkan pendapatan ekonomi negara. Apalagi, jika wisatawan asing tersebut menetap di daerah wisata dalam waktu yang cukup lama.
Akan tetapi, menarik wisatawan asing agar tinggal dan menetap di tempat wisata dengan waktu yang cukup lama merupakan suatu tantangan tersendiri. Berbagai aspek, khususnya strategi 3A pariwisata harus disusun dan diterapkan. 3A tersebut adalah Atraksi, Akses, dan Amenitas.
Atraksi merupakan aspek utama yang menjadi tujuan para wisatawan. Apa yang dapat dilihat dan dinikmati dalam wisata, baik pemandangan, pertunjukan budaya, sarana permainan dan hiburan, serta tempat-tempat bersejarah merupakan bagian dari atraksi.
Kemudian, akses merupakan hal yang berkaitan dengan sarana dan prasarana agar para wisatawan dapat sampai ke tujuan dengan mudah. Hal ini berkaitan dengan akses dan kondisi jalan yang baik serta sarana transportasi yang tersedia cukup memadai dan mudah ditemukan.
Aspek yang ketiga ialah amenitas yang mencakup fasilitas di luar akomodasi, seperti rumah makan, restoran, toko cinderamata, dan fasilitas umum seperti sarana ibadah, kesehatan, taman, dan lain-lain.
Selain ketiga aspek tersebut, akomodasi juga menjadi hal yang cukup krusial dalam pariwisata. Ketersediaan tempat untuk beristirahat dan menginap yang nyaman dapat menjadi faktor wisatawan asing merasa puas bahkan ingin memperpanjang masa liburannya. Lama tinggal menetapnya wisatawan di suatu negara ini disebut dengan Length of Stay (LoS).
Badan Pusat Statistik melalui Statistik Indonesia 2023 merilis data tentang rata-rata lama tinggal wisatawan asing. Lama tinggal wisatawan asing di Indonesia pada 2022 mencapai 9,88 hari. Angka ini merupakan rekor tertinggi Average Length of Stay (ALoS) selama 5 tahun berturut-turut.
Dari data tersebut, tampak peningkatan yang signifikan rata-rata lama tinggal wisatawan asing di tahun 2022, yakni dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Salah satu faktor anjloknya ALoS di tahun 2021 ialah kondisi Indonesia yang sedang mengalami proses bangkit setelah keterpurukan di masa Covid-19. Sedangkan, di tahun sebelumnya, ALoS wisatawan asing di Indonesia dipengaruhi oleh kebijakan lock down yang menyebabkan terganggunya perjalanan wisatawan asing.
Hal ini juga berpengaruh terhadap jumlah kedatangan wisatawan asing. Merujuk data dari BPS, jumlah wisatawan asing atau wisatawan mancanegara di Indonesia pada 2021 hanya mencapai 1,55 juta. Angka tersebut kemudian mengalami kenaikan drastis dengan jumlah wisatawan yang mencapai 5,47 juta pada 2022.
Jumlah tersebut melebihi target yang ditentukan, sebesar 3,3 juta wisatawan.
“Target pemerintah sendiri 3,3 juta kunjungan, ini sudah terlampaui,” kata Kepala BPS, Margo Yuwono, dikutip dari Bisnis.com .
Peningkatan jumlah kunjungan wisman ini diiringi dengan kenaikan tingkat hunian kamar hotel klasifikasi bintang yang hampir mencapai 57% atau 5,33 poin dibandingkan tahun 2021.
“Ini juga diikuti dengan rata-rata lama menginap tamu (wisman) yang tercatat 1,62 hari naik dibandingkan tahun sebelumnya (2021),” ucap Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, dikutip dari Antara.
Lama wisatawan asing tinggal di Indonesia juga didukung oleh akomodasi yang semakin terjangkau. Masih berdasarkan data BPS, jumlah akomodasi hotel nonbintang di Indonesia tahun 2022 meningkat 6% persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Sementara itu, jumlah akomodasi hotel berbintang meningkat dua kali lipat, yakni 12% dibandingkan tahun 2021.
Meski durasi tinggal wisatawan asing terlama terjadi pada tahun 2022, jumlah kunjungan wisatawan asing terbanyak terjadi di tahun 2019. Saat itu, lebih dari 16 juta wisatawan atau tiga kali lipat wisman di 2022 mengunjungi Indonesia. Rata-rata lama tinggal wisatawan asing di tahun 2019 ialah 8,87 hari.
Penulis: Aslamatur Rizqiyah
Editor: Iip M Aditiya
