Belakangan ini, gerakan “No Buy Challenge 2025” menjadi viral di media sosial, sebagai bentuk dari resolusi warga dunia pada 2025, yakni berhemat. Di zaman di mana semua serba mahal dan pendapatan cenderung stagnan, challenge ini seolah menjawab keresahan masyarakat dalam menghadapi situasi perekonomian yang tak menentu pada tahun 2025 ini. Lantas, apa itu gerakan No Buy Challenge dan bagaimana respon masyarakat terhadap gerakan ini?
No Buy Challenge untuk Rem Belanja
Tren No Buy Challenge pertama kali viral di TikTok, di mana warganet mulai menyuarakan tantangan untuk tidak membeli barang-barang yang tidak penting dan tidak dibutuhkan selama tahun 2025 ini. Makanan, kebutuhan rumah tangga, dan kebutuhan pokok lainnya masih boleh dibeli, namun kebutuhan sekunder seperti skincare, tiket konser, bahkan sampai barang-barang yang tidak penting tapi tetap dibeli karena ada flash sale di e-commerce, itu yang harus dihindari.
Challenge ini pada dasarnya mengajak masyarakat buat lebih bijak dalam membelanjakan uang. Di TikTok, sudah banyak warganet yang membagikan pengalaman keberhasilan mereka melakukan tantangan ini. Banyak yang memanfaatkan uang hasil berhemat ini untuk hal-hal yang lebih bermakna, seperti bepergian hingga investasi.
Dengan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai menjadi 12% pada 2025, No Buy Challenge bisa membantu meringankan beban finansial. Walau pada akhirnya kenaikan ini hanya berlaku bagi barang-barang mewah tertentu, No Buy Challenge nampaknya masih digemari warga Indonesia hingga awal tahun 2025 ini.
Mayoritas Ikut No Buy Challenge
Menurut survei dari Snapcart, sebanyak 68% responden tercatat mengikut tantangan ini, sedangkan hanya 11% yang tidak ikut dan 21% masih ragu.
Alasan dibalik keikutsertaan ini pun beragam, mulai dari antisipasi ketidakpastian ekonomi pada 2025 hingga untuk menabung.
“Meskipun kebijakan baru pemerintah terkait kenaikan PPN menjadi salah satu alasan utama yang memunculkan challenge ini, survei Snapcart menunjukkan bahwa motivasi utama dibalik komitmen melakukan challenge ini untuk mayoritas warga Indonesia adalah untuk mempersiapkan diri menghadapi ketidakpastian ekonomi pada 2025, diikuti antisipasi terhadap regulasi pemerintah yang sering berubah,” ungkap Business Development dan Corporate marketing Associate dari Snapcart, Haifa, di Jakarta pada Selasa (15/1/2025).
Warga RI Mau Stop Beli Produk Viral
Ketika ditanya produk apa yang hendak dikurangi pembeliannya pada 2025, 34% responden menjawab akan mengurangi pembelian produk-produk viral seperti boneka labubu. Mengikuti tren viral yang hanya sesaat sering kali menguras dompet masyarakat, membuat kebutuhan yang penting justru jadi tidak terpenuhi.
Produk entertainment seperti layanan Netflix, Spotify, dan tiket konser juga jadi salah produk yang jadi korban puasa jajan pada tahun 2025 ini. Menariknya, 24% responden juga berencana mengurangi pembelian properti seperti rumah dan apartemen. Sisanya 24% responden bertekad mengurangi jajan makanan dan minuman kemasan dan 23% responden ingin meminimalisir pembelian produk otomotif.
Adapun survei ini dilakukan secara daring pada Januari 2025 dengan melibatkan 1.236 responden di seluruh Indonesia.
Baca Juga: Persiapan Dana Darurat Jadi Tujuan Utama Gen Z Menabung
Penulis: Agnes Z. Yonatan
Editor: Editor