Penyakit jantung, merujuk pada kondisi di mana bagian jantung (pembuluh darah, selaput jantung, katup jantung, hingga otot jantung) mengalami gangguan yang mengakibatkan adanya penyempitan, peradangan, hingga infeksi. Di Indonesia, penyakit didapuk menjadi penyebab kematian tertinggi.
"Penyebab kematian tertinggi di Indonesia adalah penyakit strok dengan 19,42% dan jantung iskemik (serangan jantung) dengan 14,38%," ungkap Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Eva Susanti, mengutip laman resmi Dinas Kesehatan Provinsi Aceh.
Tidak hanya di Indonesia, 16,17% kematian di dunia juga diakibatkan oleh penyakit jantung. Bahaya dari penyakit jantung harus diwaspadai, terutama bagi kelompok lansia.
Menghimpun data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 dari Kementerian Kesehatan, prevalensi penyakit jantung Indonesia adalah sebesar 0,85% di tahun 2023. Survei tersebut turut menggambarkan bahwa semakin tua seseorang, maka semakin tinggi pula risiko terkena penyakit jantung.
Kelompok umur di atas 75 tahun memiliki prevalensi penyakit jantung tertinggi, mencapai 4,6%, dilanjut kelompok usia 65-74 tahun (4,05%), usia 55-64 tahun (2,65%), dan usia 45-54 tahun (1,34%).
Adapun kelompok usia dengan prevalensi penyakit jantung terendah ada pada kelompok usia 5-14 tahun dan 15-24 tahun, dengan prevalensi sebesar 0,11%. Prevalensi sendiri diperoleh berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk semua umur.
Aparatur Negara Paling Sering Kena Penyakit Jantung
Jika dilihat berdasarkan pekerjaannya, maka sektor pekerja pemerintahan seperti PNS/TNI/Polri/BUMN/BUMD memiliki prevalensi penyakit jantung tertinggi, mencapai 2,04%.
Menariknya, mereka yang tidak bekerja juga memiliki prevalensi penyakit jantung yang cukup tinggi, lebih tinggi dibanding angka nasional, yakni sebesar 1,42%.
Selain itu, wiraswasta (1,05%), buruh/sopir/pembantu rumah tangga (0,9%), petani/buruh tani (0,86%), hingga pegawai swasta (0,68%) juga turut masuk ke dalam daftar.
Meski terlihat tidak berhubungan, keterkaitan antara penyakit fisik dengan pekerjaan tidak bisa dipandang sebelah mata. Lingkungan pekerjaan yang kurang baik dapat meningkatkan stres yang mengakibatkan gaya hidup kurang sehat. Hal inilah yang berbahaya bagi kesehatan, karena dapat meningkatkan risiko penyakit jantung.
Tinggal di Kota Meningkatkan Risiko Penyakit Jantung?
Lebih lanjut, survei tersebut mengungkapkan bahwa penduduk yang tinggal di perkotaan lebih banyak terkena penyakit jantung ketimbang penduduk yang tinggal di pedesaan. Adapun angka prevalensi penyakit jantung di pedesaan adalah 0,53%, sedangkan di perkotaan angkanya lebih dari 2 kali lipatnya, sebesar 1,08%.
Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat kota lebih sering terkena penyakit jantung ketimbang masyarakat desa. Pengaruh gaya hidup menjadi faktor penting yang mempengaruhinya. Ini menjadi indikasi bahwa gaya hidup masyarakat perkotaan masih harus terus ditingkatkan.
Penyakit jantung dapat diminimasi dengan membiasakan gaya hidup sehat. Eva melanjutkan bahwa edukasi terhadap penduduk terkait 7 kampanye utama hingga saat ini masih aktif disuarakan. Ketujuh kampanye tersebut adalah imunisasi, gizi seimbang, olahraga, anti rokok, sanitasi dan kebersihan lingkungan, screening penyakit, hingga kepatuhan pengobatan.
Baca Juga: Pola Makan yang Buruk Sumbang 12 Juta Kematian Orang Dewasa di 2018
Penulis: Agnes Z. Yonatan
Editor: Editor