Prabowo Subianto resmi melakukan reshuffle pertama dalam Kabinet Merah Putih pada Rabu (19/2/2025). Brian Yuliarto, guru besar yang pernah mencalonkan diri sebagai rektor di ITB pada 2025-2030, diangkat menggantikan Satryo Soemantri Brodjonegoro sebagai Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi pada Rabu sore di Istana Negara. Prabowo juga meminta Brian Yuliarto untuk menjadi Menteri Pendidikan TInggi, Sains, dan Teknologi pada Kabinet Merah Putih selama sisa jabatan yang ada.
“Memutuskan, menetapkan, mengangkat Profesor sebagai Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Kabinet Merah Putih dalam sisa masa jabatan periode 2024-2029,” ujar Prabowo pada upacara pelantikan tersebut.
Reshuffle yang dilakukan oleh Prabowo ini bisa dibilang cukup cepat. Jika dibandingkan dengan presiden ke-7 Joko Widodo, pada periode pertamanya, Jokowi melakukan reshuffle 10 bulan setelah pelantikannya. Pada periode kedua, Jokowi melakukan reshuffle 14 bulan setelah dilantik menjadi presiden. Kali ini, Prabowo mencopot Satryo Soemantri Brodjonegoro dari posisi menteri kurang dari 4 bulan sejak masa pemerintahannya berjalan.
Kenapa Kena Reshuffle?
Ada sejumlah alasan yang membuat Satryo kena reshuffle oleh Prabowo. Menurut pengamat politik Ray Rangkuti, perbedaan pandangan politik hingga polemik yang menimpa Satryo ditengarai menjadi alasan Prabowo mencopot dirinya dari jabatan menteri pendidikan.
“Pertama itu karena peristiwa yang sebelumnya (demo ASN Kemendiktisaintek), yang kedua mungkin dianggap gagal untuk menahan gerakan mahasiswa ‘Indonesia Gelap’, yang ketiga boleh jadi cara pandang beliau (Satryo) memang agak beda dengan Prabowo,” ujar Ray pada Rabu (19/2/2025), mengutip Tempo.
Menurut Ray, Satryo memiliki pandangan yang berbeda terkait kebebasan akademik. Satryo cenderung mendukung, berbeda dengan Prabowo dalam memandang kebebasan akademik.
“Pak Prabowo inginnya sejak dari kampus sudah nggak ada demo-demo. Sementara Menteri yang sekarang merasa itu kan kebebasan ekspresi, kebebasan akademik. Di luar demo ASN, cara pandang (Satryo) terhadap dunia pendidikan itu justru bagus,” lanjutnya.
Kapan Sebaiknya Evaluasi Menteri Dilakukan?
Meski reshuffle yang dilakukan Prabowo dinilai cepat, nyatanya mayoritas publik berpandangan serupa. Sebanyak 38,7% responden berpendapat bahwa waktu ideal bagi presiden untuk menilai kinerja menteri adalah dalam 100 hari pertama pemerintahan. Sementara itu, 29,1% lain menilai 6 bulan pertama menjadi waktu yang cocok untuk evaluasi menteri, 22,6% responden memberi waktu hingga 1 tahun pertama, sedangkan hanya segelintir yang memberi waktu lebih dari 1 tahun.
Lebih lanjut, survei Litbang Kompas juga menyebutkan 77,1% responden ingin pengganti menteri nantinya ditunjuk sesuai bidang keahliannya. Ada pula 17,6% responden yang ingin pengganti menteri memiliki latar belakang politik.
Adapun survei ini melibatkan 529 responden yang dipilih secara acak pada 10-13 Februari 2025 melalui wawancara telepon. Diperoleh margin of error sebesar 4,22% dengan tingkat kepercayaan sebesar 95%.
Baca Juga: Siapakah Presiden yang Paling Sering Melakukan Reshuffle?
Penulis: Agnes Z. Yonatan
Editor: Editor