Pertama Kalinya dalam 1 Dekade Terakhir, Dunia Mengalami Resesi Kemajuan Sosial

Sebanyak 138 negara mengalami resesi dan stagnasi kemajuan sosial di tahun 2023 menurut laporan Social Progress Imperative.

Pertama Kalinya dalam 1 Dekade Terakhir, Dunia Mengalami Resesi Kemajuan Sosial Ilustrasi resesi kemajuan sosial | Aset Manhattan Institute

Untuk pertama kalinya dalam 1 dekade terakhir, dunia mengalami resesi kemajuan sosial. Hal ini terungkap dalam laporan Social Progress Imperative bertajuk Indeks Kemajuan Sosial atau Social Progress Index (SPI) 2024, yang dirilis Rabu (24/1) lalu.

Di tahun 2023, SPI mengukur kinerja kemajuan sosial di 170 negara berdasarkan penilaian pada 57 indikator dari 12 komponen pada 3 dimensi yakni, kebutuhan dasar (basic needs), landasan kesejahteraan (foundation of wellbeing), dan kesempatan (opportunity).

“Hal ini membantu kita memahami kehidupan masyarakat di seluruh dunia, siapa saja yang tertinggal, dan bagaimana mempercepat kemajuan,” tulis SPI dalam laporannya, dikutip Senin (1/4).

Di tahun 2023, skor SPI dunia turun 0,31 poin dibanding tahun 2022. Penurunan ini utamanya disebabkan oleh memburuknya skor pada komponen akses terhadap informasi dan komunikasi (-2,20 poin), kesehatan (-1,70 poin), serta elemen hak dan suara (-0,51 poin).

Menurut negaranya, total 61 negara mengalami resesi kemajuan sosial yang signifikan di tahun 2023, 77 negara lainnya mengalami stagnasi, dan hanya 32 negara yang menunjukkan kemajuan.

Hal ini turut mengindikasikan bahwa 4 dari 5 orang di dunia saat ini tinggal di negara yang kemajuan sosialnya stagnan atau menurun.

Denmark, meski mengalami penurunan skor pada SPI 2024, mereka naik ke urutan pertama menggeser Norwegia yang mengalami kemunduran lebih signifikan.

Posisi ketiga masih ditempati oleh Finlandia yang juga menunjukkan penurunan skor, diikuti Islandia di posisi keempat, dan Swedia di posisi kelima.

Di posisi 20 besar (tier 1), tercatat hanya Luksemburg (peringkat ke-7), Australia (peringkat ke-8), dan Slovenia (peringkat ke-20) yang menunjukkan peningkatan kemajuan sosial yang signifikan pada tahun lalu.

Sama halnya di posisi 10 terbawah (tier 6), juga terdapat 3 negara yang menunjukkan kemajuan cukup signifikan yakni Niger (peringkat ke-161), Eritrea (peringkat ke-165), dan Sudan Selatan (peringkat ke-170).

Di posisi terbawah, Sudan Selatan mengalami kenaikan skor pada SPI 2024, meski belum mampu menggeser posisi Rep. Afrika Tengah yang berada di atasnya.

Kemudian Chad masih bertengger di posisi ketiga terbawah, ditempel Afghanistan yang semakin rapuh akibat instabilitas sosial-politik, dan Somalia yang naik 1 peringkat meski turut mengalami penurunan skor.

Sementara itu untuk kawasan Asia Tenggara, secara regional mengalami kenaikan skor 0,15 poin menjadi 64,87 pada SPI 2024.

Di tahun lalu, Singapura bersama 4 negara lain di kawasan yakni Thailand, Vietnam, Indonesia, dan Laos, masing-masing menunjukkan peningkatan skor SPI.

Di sisi lain, Myanmar dan 4 negara lainnya, yakni Malaysia, Filipina, Timor-Leste, dan Kamboja justru mengalami penurunan skor.

Hal ini menyebabkan ketimpangan kemajuan sosial antara Singapura di urutan teratas dan Myanmar di urutan terbawah menjadi semakin lebar dengan jarak skor 33,02 poin, meningkat dari 32,30 poin di tahun 2022.

Berdasarkan dimensi penilaiannya, Singapura mencatatkan skor tertinggi pada dimensi kebutuhan dasar  dengan 95,19 poin, menjadi yang tertinggi di kawasan maupun di tingkat global.

Di Myanmar, skor tertinggi juga diperoleh pada dimensi kebutuhan dasar dengan 70,14 poin, dan skor terendah didapat pada dimensi kesempatan dengan 30,24 poin.

Hal yang sama juga terjadi di Indonesia, di mana skor tertinggi didapat pada dimensi kebutuhan dasar dengan 83,23 poin, dan skor terendah didapat pada dimensi kesempatan dengan 54,07 poin.

Penulis: Raka B. Lubis
Editor: Iip M Aditiya

Konten Terkait

Avatar: The Last Airbender Mendominasi Netflix sebagai Serial Paling Banyak Ditonton

Beragamnya preferensi penonton, menunjukkan bahwa Netflix mampu memenuhi keinginan dan kebutuhan beragam penonton.

Indeks Persepsi Korupsi 2023: Terjadi Stagnasi dan Kemunduran Pemberantasan Korupsi di 125 Negara

Rata-rata skor IPK global stagnan di angka 43. Melemahnya supremasi hukum dinilai jadi tantangan terbesar dalam upaya pemberantasan korupsi saat ini.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

Dengan melakukan pendaftaran akun, saya menyetujui Aturan dan Kebijakan di GoodStats

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook
Student Diplomat Mobile
X