Cacar monyet, atau monkeypox, adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh virus yang pertama kali ditemukan di Afrika Tengah dan Barat. Penyakit ini umumnya ditemukan pada hewan-hewan liar, seperti monyet dan tikus, tetapi dapat menular ke manusia.
Sejak pertama kali diidentifikasi pada tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo, cacar monyet telah menjadi masalah kesehatan yang signifikan di beberapa negara di Afrika, di tengah berbagai wabah yang terjadi secara sporadis.
Belakangan ini, laporan mengenai peningkatan kasus cacar monyet di beberapa negara Afrika menunjukkan bahwa penyakit ini semakin menyebar di wilayah tersebut. Sistem kesehatan yang kurang baik menjadi salah satu penyebabnya.
Sistem kesehatan di banyak negara Afrika masih menghadapi tantangan besar, termasuk minimnya fasilitas medis, kurangnya vaksin, dan terbatasnya pengetahuan tentang penyakit ini, yang memperburuk pengendalian dan pencegahan wabah.
Faktor lain yang turut berkontribusi adalah pergerakan manusia dan hewan yang lebih bebas serta peningkatan kontak antara hewan liar dan manusia. Di banyak komunitas pedesaan di Afrika, interaksi manusia dengan satwa liar merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari, baik untuk berburu maupun untuk perdagangan satwa. Hal ini memperbesar risiko penularan cacar monyet.
Data terbaru dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa dari 1 Januari 2022 hingga 30 Juni 2024, jumlah kasus cacar monyet terus bertambah di berbagai negara di Afrika.
Republik Demokratik Kongo mencatat jumlah kasus tertinggi dengan 2.999 kasus, menunjukkan bahwa negara ini masih menjadi pusat utama penyebaran virus cacar monyet di Afrika.
Negara-negara lain seperti Nigeria dan Ghana juga menunjukkan angka penularan yang signifikan, masing-masing dengan 895 dan 127 kasus. Hal ini mengindikasikan bahwa wabah cacar monyet tidak terbatas pada satu wilayah saja tetapi menyebar ke beberapa bagian Afrika, termasuk di Afrika Barat.
Nigeria, sebagai negara dengan populasi besar dan mobilitas tinggi, menghadapi tantangan khusus dalam mengontrol penyebaran virus ini. Sedangkan Ghana, meskipun dengan jumlah kasus yang lebih rendah, juga perlu meningkatkan kewaspadaan dan upaya pencegahan untuk mencegah penyebaran yang lebih luas.
Selain itu, beberapa negara seperti Republik Afrika Tengah, Kamerun, Kongo, Liberia, dan Afrika Selatan melaporkan jumlah kasus yang lebih kecil, berkisar antara 68 hingga 21 kasus.
Meskipun jumlahnya lebih rendah dibandingkan dengan Republik Demokratik Kongo dan Nigeria, tetap diperlukan perhatian khusus dan upaya perlindungan kesehatan masyarakat yang serius untuk mencegah peningkatan kasus di masa mendatang.
Negara-negara seperti Benin dan Mozambik melaporkan kasus yang sangat sedikit, masing-masing dengan 3 dan 1 kasus. Namun, keberadaan kasus ini saja sudah menggambarkan bahwa virus cacar monyet memiliki potensi untuk menyebar lebih jauh di Afrika, bahkan ke negara-negara yang sebelumnya tidak memiliki riwayat kasus yang signifikan.
Jumlah kasus cacar monyet di benua Afrika diperkirakan lebih banyak dari yang dilaporkan. Sampai sekarang, masih banyak negara yang belum melaporkan jumlah terbaru kasus cacar monyet di negaranya.
Penyebaran kasus cacar monyet di seluruh Afrika ini menyoroti perlunya upaya kolektif dari seluruh negara di benua tersebut untuk memperkuat sistem kesehatan, meningkatkan kesadaran masyarakat, dan mengimplementasikan strategi pencegahan yang efektif.
Hanya dengan kerja sama regional yang kuat dan respons yang cepat, wabah cacar monyet ini dapat dikendalikan dan dampaknya terhadap kesehatan masyarakat dapat diminimalkan.
Baca Juga: Jumlah Kasus Cacar Monyet di Indonesia 2024
Penulis: Brilliant Ayang Iswenda
Editor: Editor