Sektor pariwisata memegang peran penting dalam mendukung perekonomian Indonesia. Sektor ini memiliki karakteristik unik yang menjadikannya penggerak ekonomi lintas sektor. Peranannya sebagai multiplier effect memiliki arti bahwa aktivitas di sektor ini mampu mendorong pertumbuhan di berbagai sektor lain secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, daya tarik wisata Indonesia dari mancanegara menjadi hal penting dalam mendongkrak perekonomian pada sektor ini.
Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara
Sektor pariwisata Indonesia mencatat dinamika yang cukup tajam selama satu dekade terakhir, sebagaimana tergambar dalam grafik kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) dari tahun 2015 hingga 2024. Data fluktuasi yang tajam dalam kurun waktu satu dekade ini tidak hanya menggambarkan naik-turunnya performa sektor pariwisata, tetapi juga mengindikasikan ketahanan sektor ini dalam menghadapi krisis dan kemampuannya untuk bangkit kembali.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kunjungan wisatawan mancanegara mengalami penurunan yang sangat drastis pada tahun 2020 hingga 2021. Jumlah kunjungan wisman pada tahun 2020 sebesar 4,05 juta atau mengalami penurunan yang dalam sebesar 74,84% dari tahun sebelumnya.
Penurunan jumlah kunjungan juga masih terjadi pada tahun 2021 yang turun hingga mencapai 1,56 juta kunjungan wisman atau menurun sebesar 61,57% dari tahun 2020. Turunnya jumlah kunjungan wisman pada tahun tersebut merupakan dampak dari pandemi berupa pembatasan perjalanan dan kebijakan lockdown yang diterapkan oleh berbagai negara yang menyebabkan penutupan destinasi wisata.
Seiring pelonggaran pembatasan, kunjungan wisman mulai naik hampir empat kali lipat pada tahun 2022 yaitu mencapai 5,89 juta kunjungan. Kenaikan ini selain dipicu oleh relaksasi pembatasan perjalanan juga disebabkan oleh berbagai kebijakan pemerintah dalam mendorong stimulus pada sektor pariwisata. Tren kenaikan ini terus berlanjut hingga tahun 2024 yang mencapai 13,90 juta kunjungan.
Wisman Sumber Devisa Negara
Selain berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi, sektor pariwisata juga menjadi salah satu kontributor dalam perolehan devisa negara. Terlihat dari tren kenaikan kunjungan wisman, jumlah devisa yang diterima pun terus mengalami tren kenaikan. Menurut data Kementerian Pariwisata, nilai devisa sektor pariwisata mengalami kenaikan yang pesat dari masa pandemi hingga tahun 2024 yang mencapai US$16,71 miliar.
Devisa dari sektor pariwisata dapat masuk ke suatu negara melalui berbagai cara, salah satunya melalui investasi asing di sektor pariwisata seperti hotel, resort dan infrastruktur yang mendukung pariwisata. Selain itu, belanja langsung wisman berupa akomodasi, makanan, transportasi, souvenir juga menjadi pintu masuknya devisa dari sektor pariwisata.
Dengan kekayaan alam dan budaya di Indonesia yang melimpah, pariwisata memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan pendapatan dari luar negeri. Devisa yang diperoleh dari wisman menjadi sumber penting dalam meningkatkan neraca pembayaran Indonesia. Hal tersebut bermanfaat dalam menambah cadangan devisa negara dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sehingga dapat meningkatkan ketahanan ekonomi nasional.
Untuk memahami pentingnya cadangan devisa, ibaratkan Indonesia adalah sebuah toko yang menjual berbagai macam barang dan jasa. Ketika turis asing datang dan belanja barang seperti souvenir hingga makanan dan minuman dengan dolar Amerika, maka toko (Indonesia) mendapatkan uang asing. Uang asing tersebut bisa disimpan untuk impor atau membayar utang luar negeri. Semakin banyak uang asing yang masuk, maka toko (Indonesia) tidak perlu pinjam ke tetangga (negara lain) dan harga barang (nilai tukar rupiah) tetap stabil.
Pengeluaran Wisman
Menurut data BPS, pada tahun 2024 rata-rata pengeluaran wisman per kunjungan mencapai US$1.391,85. Sebagian besar wisman menghabiskan 37,21% pengeluaran untuk keperluan akomodasi atau rata-rata sekitar US$517,97. Kemudian, untuk pengeluaran makan minum sebesar 19,85% atau sekitar rata-rata US$276,35. Selain itu, wisman juga melakukan pengeluaran untuk belanja dan cinderamata yang cukup tinggi yaitu sekitar rata-rata US$158,35.
Setiap rupiah yang dibelanjakan oleh wisatawan memiliki kemampuan untuk menggerakkan berbagai sektor ekonomi lainnya, seperti penyediaan akomodasi, makanan dan minuman, industri kreatif, transportasi, jasa pariwisata, serta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Oleh karena itu, sektor pariwisata memiliki efek berganda (multiplier effect) yang signifikan terhadap roda perekonomian Indonesia.
Selain mendorong aktivitas ekonomi, pariwisata juga berkontribusi terhadap masuknya aliran dana asing yang tercatat sebagai cadangan devisa. Cadangan devisa ini memainkan peran penting dalam menjaga kestabilan ekonomi nasional, termasuk dalam menstabilkan nilai tukar rupiah dan memperkuat ketahanan ekonomi terhadap tekanan global.
Baca Juga: Wisatawan Asing Betah di Indonesia, Ini Negara Asal dan Lama Tinggalnya
Penulis: Katamso Noto Santoso
Editor: Editor