Menikmati masa tua dengan nyaman setelah seumur hidup lelah bekerja tentu menjadi impian semua orang. Untuk itu, tidak heran jika banyak anak muda yang sudah mulai merencanakan masa pensiunnya sejak dini, salah satunya dengan menyiapkan tabungan khusus yang akan digunakan di usia yang sudah tidak produktif nantinya.
PT Bank HSBC Indonesia melakukan survei melalui HSBC Quality of Life 2024. Survei melibatkan 11.230 nasabah kaya berusia 25-69 tahun di 11 negara dunia pada 4-20 Maret 2024 secara daring. Adapun kriteria kekayaan responden di sini adalah nasabah yang setidaknya memiliki aset senilai US$100 ribu (Rp1,6 miliar) hingga US$2 juta (Rp32 miliar). 11 negara yang dilibatkan dalam survei adalah Hong Kong, India, Indonesia, China, Malaysia, Meksiko, Singapura, Taiwan, Uni Arab Emirat, Britania Raya, dan Amerika Serikat. Mayoritas responden merupakan milenial (usia 28-43 tahun) dan generasi X (usia 44-59 tahun).
Hasilnya, sebanyak 35% responden tercatat telah merencanakan semuanya untuk keperluan pensiun nantinya. Bahkan, 72% di antaranya telah memiliki rencana finansial yang menyeluruh untuk pensiun. Lebih lanjut, 77% responden tercatat sudah tahu dan sadar berapa besar biaya yang dibutuhkan untuk bisa pensiun dengan nyaman.
Menariknya, 494 responden Indonesia yang dilibatkan dalam survei mengungkapkan bahwa biaya ideal untuk pensiunnya adalah sebesar US$340 ribu, atau sekitar Rp5,5 miliar (asumsi kurs Rp16.200).
"Angka ini sederhana untuk nasabah kaya. Saya selalu bertanya ke nasabah saya, setiap bulan menghabiskan berapa rupiah? Saya menyimpulkan, sampai dengan pensiun pun mereka akan menghabiskan nominal yang sama tiap bulannya. Pada saat itu misalnya nasabah berusia 45 tahun, pada saat nanti usia pensiun di 55 tahun itu angka Rp5 miliar sudah berbeda lagi nilainya karena angka inflasi juga pasti bertambah," tutur Head of Network Sales and Distribution HSBC Indonesia Sumirat Gandapraja, Kamis (7/11/2024), mengutip CNBC.
Jumlahnya jadi yang terendah di antara 11 negara lain yang masuk survei. Amerika Serikat menjadi yang tertinggi, dengan kebutuhan sebesar US$1,13 juta untuk bisa pensiun dengan nyaman. Posisi kedua ada Hong Kong yang tercatat membutuhkan US$1,08 juta untuk pensiun, disusul Singapura dengan US$980 ribu.
Taiwan mengisi posisi keempat dengan rata-rata tabungan pensiun yang dibutuhkan adalah sebesar US$930 ribu, diikuti China degan US$870 ribu, dan Malaysia dengan US$830 ribu.
Ada beberapa hal yang memengaruhi perbedaan besaran di setiap negara, seperti biaya hidup, kondisi ekonomi, hingga karakteristik masing-masing responden. Biaya hidup yang cenderung lebih rendah di Indonesia membuat biaya pensiunnya pun tidak setinggi negara lain, meski nominal tersebut masih menjadi beban besar bagi mayoritas penduduk.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), rata-rata gaji di seluruh sektor pekerjaan per Agustus 2024 adalah sebesar Rp3,3 juta. Dengan asumsi hanya 1 sumber pemasukan, untuk bisa memiliki Rp5,5 miliar, dibutuhkan lebih dari 138 tahun bekerja. Belum lagi pengeluaran bulanan yang tidak dimasukkan dalam perhitungan. Hal ini menekankan pentingnya melakukan investasi dan mencari sumber pendapatan pasif, alih-alih bergantung penuh pada 1 sumber pendapatan saja.
54% Warga Indonesia Bakal Tetap Kerja Setelah Pensiun
Menurut survei yang sama, 54% responden Indonesia tercatat bakal tetap bekerja meski telah memasuki usia pensiun. Kebanyakan merasa akan bosan dan jenuh jika tidak melakukan apa-apa di masa tuanya, sehingga memilih untuk tetap produktif dengan bekerja. Tidak ada aturan yang melarang perusahaan untuk mempekerjakan pensiunan di Indonesia, sehingga mereka bebas memilih untuk tetap bekerja meski di usia senja.
Sementara itu, proporsi tertinggi diraih oleh Taiwan, di mana 60% respondennya tercatat akan tetap bekerja setelah pensiun nanti. Hal ini menunjukkan semangat kerja yang tinggi, didorong oleh lingkungan dan budaya yang mendukung bagi lansia untuk tetap produktif.
Singapura mengisi posisi ketiga dengan 59% respondennya yang berencana tetap bekerja setelah pensiun, diikuti Hong Kong dan India yang masing-masing meraih 58%.
Kesehatan Fisik jadi Kekhawatiran Utama Pasca Pensiun
Memasuki masa pensiun, 39% responden mengaku khawatir akan penurunan kapasitas dan kesehatan fisik. Kelompok lansia identik dengan kesehatan yang semakin memburuk dan penurunan kondisi fisik, sehingga tidak heran jika hal ini yang jadi kekhawatiran utama masyarakat dunia. Ditambah dengan budaya independen yang semakin berkembang saat ini, menghadapi masa tua seorang diri dengan kesehatan yang memburuk menjadi kekhawatiran banyak orang.
Sementara itu, 33% responden tercatat mengkhawatirkan biaya kesehatan yang semakin mahal. Pemeriksaan kesehatan menjadi hal kritis yang wajib dilakukan memasuki usia senja, mengingat ancaman penyakit cenderung lebih banyak menyerang mereka yang sudah lanjut usia.
Selain itu, 33% responden juga khawatir terhadap masalah inflasi. Fenomena kenaikan harga barang secara keseluruhan ini dikhawatirkan bakal memakan nilai tabungan pensiun. Hal inilah yang menyebabkan alih-alih menabung uang, kebanyakan orang memilih berinvestasi di aset tertentu seperti emas dan bangunan, yang nilainya cenderung takkan tergerus oleh inflasi.
Adapun 28% responden merasa perlu lebih banyak menabung untuk bisa memiliki masa pensiun yang nyaman. Ketika seseorang sudah tidak lagi produktif, mereka hanya bisa bergantung pada keluarga atau tabungan yang telah disiapkan sejak masa muda. Impian untuk bisa pensiun dengan nyaman bisa hancur tanpa adanya persiapan yang matang, terutama terkait finansial.
Terakhir, 25% responden mengaku khawatir akan penurunan kemampuan kognitif ketika memasuki masa pensiun nanti. Kemampuan ini berkaitan dengan kemampuan otak untuk berpikir, mengingat, bekerja, dan berkomunikasi. Berhenti bekerja membuat kemampuan kognitif tidak lagi terasah, sehingga banyak yang memilih untuk tetap bekerja meski telah memasuki masa pensiun.
Baca Juga: Indonesia Jadi Salah Satu Tujuan Favorit Pensiun Ekspatriat
Penulis: Agnes Z. Yonatan
Editor: Editor