Kualitas hidup merupakan jaminan kehidupan layak yang harusnya dapat diberikan pemerintah setiap negara bagi masing-masing warganya. Tidak hanya menyangkut akses makanan yang memadai, hunian yang layak, serta layanan kesehatan dan pekerjaan yang baik, kualitas hidup juga menyangkut hal-hal yang sering kali sulit diukur, seperti jaminan pekerjaan, kestabilan politik, kebebasan individu, dan kualitas lingkungan. Penduduk yang memiliki kualitas hidup yang baik merupakan bukti nyata upaya pemerintahan dalam menjaga dan merawat bangsanya. Sayangnya, tingkat kualitas hidup di seluruh dunia masih sangat beragam.
U.S. News melakukan penilaian terhadap kualitas hidup dari negara-negara di dunia. Kualitas hidup merupakan salah satu indikator dalam menentukan negara terbaik di dunia. Beberapa faktor yang digunakan dalam menilai kualitas hidup adalah keterjangkauan harga, pasar kerja yang baik, stabilitas ekonomi, lingkungan yang ramah bagi keluarga, kesetaraan upah, stabilitas politik, keamanan, sistem edukasi yang maju, dan layanan kesehatan yang maju.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, Singapura terpilih menjadi negara dengan kualitas hidup terbaik di 2024 di kawasan Asia Tenggara.
Secara global, Singapura meraih peringkat ke-23 dengan skor 53,1. Faktor dengan skor tertinggi diraih dari pasar kerja yang meraih skor nyari sempurna 81,8, disusul oleh faktor kestabilan ekonomi dengan 76,6 poin. Sementara itu, faktor dengan skor terendah ada pada keterjangkauan harga, di mana Singapura meraih skor 13.
Sebagai salah satu negara teraman di dunia dengan tingkat kejahatan yang sangat rendah, Singapura memberi jaminan keamanan bagi para penduduknya. Tegasnya penegakan hukum ditambah dengan kesadaran yang tinggi dari warga lokal turut mendorong tingginya keamanan di negara tersebut. Tidak hanya itu, layanan kesehatan yang berkualitas pun sangat mudah diakses, ditambah dengan standar pendidikan yang bermutu dan sistem layanan publik dan transportasi yang komprehensif dan terawat, membuat kualitas hidup di negara ini terus meningkat.
Posisi kedua negara dengan kualitas hidup terbaik di ASEAn dipegang oleh Malaysia dengan skor 30,1 poin, duduk di urutan ke-33 secara global. Faktor terbaik yang diraih Malaysia adalah keterjangkauan harga dengan 95,4 poin. Sementara itu, skor layanan kesehatan menjadi yang terendah dengan 2,9 poin, disusul oleh faktor kesetaraan upah dengan 5,8. Tingginya kualitas hidup di Malaysia kebanyakan didorong oleh harga barang yang terjangkau, lingkungan yang baik untuk keluarga, serta pasar kerja yang baik.
Thailand menyusul di urutan ketiga dengan skor kualitas hidup sebesar 27,3, bertengger di peringkat ke-35 dunia. Skor dari faktor keterjangkauan harga meraih nilai sempurna 100. Namun skor layanan edukasi dan kesetaraan upah menjadi yang terendah. Capaian ini menggambarkan masalah serupa yang dialami Malaysia, di mana layanan pendidikan, isu kesetaraan gender, dan layanan kesehatan masih harus terus ditingkatkan.
Indonesia sendiri berada di peringkat kelima ASEAn dengan skor kualitas hidup sebesar 21,5, membuatnya berada di posisi ke-39 global. Secara keseluruhan, Indonesia unggul di faktor keterjangkauan harga dengan skor sebesar 94,9 poin. Namun, beberapa faktor menunjukkan capaian skor yang sangat rendah, seperti layanan pendidikan yang hanya meraih skor 1,8, layanan kesehatan dengan 2,2, kesetaraan upah dengan 4,6, dan stabilitas ekonomi dengan 9,0.
Hal ini menggambarkan bahwa kualitas hidup masyarakat Indonesia baru bisa dinilai baik dari segi keterjangkauan harga. Dari faktor lain, seperti keamanan, stabilitas politik, layanan kesehatan dan pendidikan, serta kesetaraan gender, masih harus ada upaya yang dilakukan untuk perbaikan.
Di bidang pendidikan, pemerintah tengah berencana untuk mempercepat program wajib belajar 13 tahun, yang terdiri dari 1 tahun pendidikan prasekolah dan 12 tahun pendidikan dasar dan menengah. Tujuannya untuk membantu mencapai visi pendidikan Indonesia Emas 2045 sekaligus meningkatkan kualitas pendidikan. Beberapa indikator yang dinilai adalah naiknya skor PISA Indonesia, bertambahnya rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas (sebesar 9,13 tahun di 2023), hingga naiknya harapan lama sekolah (13,15 tahun di 2023).
Sementara itu, Myanmar tercatat meraih skor terendah di ASEAN dengan nilai 6,1. Faktor keterjangkauan harga meraih skor tertinggi dengan 42,3, sedangkan skor terendah ada pada layanan edukasi (0,8), layanan kesehatan (2,4), stabilitas politik (2,5), dan stabilitas ekonomi (3,3).
Baca Juga: Angka Harapan Hidup ASEAN 2024
Penulis: Agnes Z. Yonatan
Editor: Editor