Bencana alam tampaknya semakin sering terjadi di berbagai belahan dunia. Setiap tahunnya, sejak 2013, telah tercatat ada lebih dari 400 peristiwa bencana alam yang terjadi secara global. Pada tahun 2022 sendiri, terdapat 421 bencana alam yang dilaporkan, angka ini meningkat sebesar 23% dibandingkan tahun 2000.
Perubahan iklim dinilai menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi prevalensi bencana alam, mengingat peristiwa bencana alam yang berkaitan dengan iklim lebih sering terjadi dibandingkan bencana geofisika (gempa bumi dan letusan gunung berapi), yang bahkan menyebabkan hampir 80% dari seluruh bencana alam pada tahun 2022.
Menurut data dari EM-DAT, CRED sebagai database bencana berbasis internasional, pada tahun 2023, setidaknya tercatat terdapat 239 bencana alam yang terjadi secara global per September 2023.
Adapun banjir menjadi bencana alam yang paling sering terjadi dan disusul oleh cuaca ektrem.
Hal ini menjadi bukti bahwa secara umum tren bencana alam sebagian besar dapat dikaitkan dengan perubahan iklim dan dampaknya terhadap pola dan fenomena cuaca yang meningkatkan risiko terjadinya bencana alam.
Lebih lanjut, berdasarkan data hasil laporan World Risk Index 2023, jika ditilik dari negara yang memiliki indeks risiko bencana alam tertinggi di dunia, Filipina masih menduduki peringkat pertama, yang kemudia disusul oleh Indonesia dan India.
Sebaliknya, Andorra dan Monaco memiliki risiko bencana alam terendah di dunia, dengan masing-masing indeks risiko bencana sebesar 0,22 dan 0,24.
Indeks ini dihitung dengan mempertimbangkan tingkat keterpaparan suatu negara terhadap bencana alam dan seberapa rentan negara tersebut terhadap bencana.
Adapun tujuh negara yang masuk ke dalam daftar risiko tertinggi tersebut juga termasuk dalam sepuluh negara dengan tingkat paparan bencana alam tertinggi. Seperti tahun sebelumnya, tingkat keterpaparan Tiongkok merupakan yang tertinggi, diikuti oleh Meksiko dan Jepang.
Penulis: Anissa Kinaya Maharani
Editor: Iip M Aditiya