Lebaran, atau Idul Fitri, merupakan salah satu momen paling dinanti-nanti oleh umat Muslim di seluruh dunia. Setelah sebulan penuh berpuasa, Lebaran menjadi saat yang ditunggu untuk merayakan kemenangan atas diri sendiri dalam menjalankan ibadah.
Tradisi ini tidak hanya membawa makna religius, tetapi juga budaya yang kental, di mana keluarga berkumpul, silaturahmi dipererat, dan kebahagiaan terpancar di setiap sudut rumah.
Namun, seperti halnya koin yang memiliki dua sisi, Lebaran juga membawa dampak positif dan negatif bagi masyarakat.
Di satu sisi, suasana kegembiraan dan persaudaraan yang terasa begitu kental selama Lebaran dapat meningkatkan solidaritas dan kebersamaan di tengah masyarakat. Tradisi saling bermaafan dan memberikan maaf juga menguatkan ikatan sosial antarindividu.
Namun, di sisi lain, dampak negatif Lebaran juga tidak bisa diabaikan. Lonjakan harga barang kebutuhan pokok, kemacetan lalu lintas yang parah, dan peningkatan tingkat kecelakaan menjadi beberapa contoh dampak negatif yang sering kali terjadi menjelang dan saat Lebaran.
Selain itu, banyaknya sampah dan polusi udara akibat tradisi pelepasan lampion dan petasan juga menjadi perhatian serius bagi lingkungan.
Harga Barang Pokok Naik
Berdasarkan survei Litbang Kompas pada 25-29 Maret 2024 melalui wawancara telepon, sebanyak 29,8% responden mengungkapkan bahwa lonjakan harga barang pokok menjelang Lebaran sering kali menjadi beban tersendiri bagi masyarakat.
Kenaikan harga ini dapat disebabkan oleh peningkatan permintaan yang tidak diimbangi dengan pasokan yang memadai, serta praktik-praktik tidak sehat seperti penimbunan barang oleh pedagang. Hal ini membuat biaya hidup menjadi lebih tinggi, sehingga menyebabkan kekhawatiran akan kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Jalanan Macet
Kemacetan lalu lintas yang parah menjelang Lebaran menjadi momok bagi 24,4% masyarakat. Peningkatan jumlah kendaraan yang melintasi jalan-jalan utama, serta perjalanan pulang kampung secara massal, seringkali menyebabkan kemacetan yang memperlambat pergerakan dan menambah tingkat stres.
Hal ini dapat membuat perjalanan menjadi melelahkan dan memakan waktu lebih banyak, terutama bagi mereka yang harus menempuh perjalanan jauh untuk berkumpul dengan keluarga.
Pengeluaran Tinggi
7,3% dari responden mengungkapkan bahwa Lebaran identik dengan periode di mana pengeluaran meningkat secara signifikan. Persiapan untuk menyambut tamu, membeli baju baru, memberikan uang THR, dan berbagai kebutuhan lainnya dapat menimbulkan beban finansial yang cukup besar bagi sebagian masyarakat.
Tingginya pengeluaran ini dapat menimbulkan kekhawatiran akan kondisi keuangan di masa mendatang, terutama jika tidak diimbangi dengan perencanaan keuangan yang matang.
Ditanyai Hal Pribadi
Pertanyaan-pertanyaan pribadi yang seringkali dilontarkan oleh kerabat atau tetangga saat berkumpul di momen Lebaran. Hal ini menjadi sumber ketidaknyamanan bagi 5,8% responden.
Pertanyaan-pertanyaan ini dapat berupa pertanyaan mengenai status pernikahan, pekerjaan, atau hal-hal pribadi lainnya yang dianggap sensitif dan dapat membuat beberapa individu merasa terganggu atau tidak nyaman. Hal ini juga dapat memicu perasaan tekanan sosial atau ekspektasi yang tidak diinginkan.
Harga Angkutan Umum Naik
Kenaikan harga angkutan umum menjelang Lebaran juga menjadi beban tambahan bagi 5,2% responden. Naiknya harga tiket transportasi umum seperti bus, kereta api, atau pesawat terbang dapat membuat biaya perjalanan menjadi lebih mahal dari biasanya.
Hal ini dapat menyulitkan bagi mereka yang tidak memiliki kendaraan pribadi atau alternatif transportasi lainnya, sehingga menambah beban finansial mereka.
Tempat Wisata Padat
Bagi sebagian masyarakat, Lebaran juga menjadi momen untuk berlibur atau mengunjungi tempat-tempat wisata bersama keluarga. Namun, padatnya tempat wisata dan antrian panjang dapat mengurangi kenikmatan liburan tersebut.
Hal ini diungkapkan oleh 1,9% responden. Keramaian yang berlebihan dan sulitnya mendapatkan tempat parkir dapat membuat pengalaman liburan menjadi kurang menyenangkan dan melelahkan.
Interaksi dengan Keluarga
Meskipun Lebaran dianggap sebagai momen untuk berkumpul bersama keluarga, bagi 0,7% responden, interaksi dengan anggota keluarga bisa menjadi hal yang tidak menyenangkan.
Perbedaan pendapat, konflik keluarga yang belum terselesaikan, atau dinamika hubungan antar anggota keluarga bisa menjadi faktor-faktor yang membuat beberapa individu merasa tidak nyaman atau tertekan saat berkumpul bersama keluarga.
Tidak Ada dan Tidak Tahu
Sebagian masyarakat mungkin tidak memiliki alasan spesifik yang menyebabkan mereka tidak menyukai momen Lebaran. Hal ini bisa disebabkan oleh preferensi personal atau pengalaman yang berbeda-beda dalam merayakan Lebaran.
Ada juga sebagian masyarakat yang mungkin tidak mengetahui alasan atau faktor yang membuat mereka tidak menyukai momen Lebaran secara spesifik. Hal ini bisa disebabkan oleh kurangnya refleksi atau pemahaman akan pengalaman pribadi mereka selama momen Lebaran.
Dengan demikian, Lebaran merupakan momen yang kompleks dengan beragam dampak bagi masyarakat. Meskipun menyimpan kegembiraan dan makna religius yang mendalam, tidak bisa dipungkiri bahwa Lebaran juga membawa tantangan tersendiri bagi masyarakat secara keseluruhan.
Penting bagi kita untuk terus mengapresiasi nilai-nilai positif Lebaran dan berupaya untuk menghindari atau mengurangi dampak negatifnya. Sehingga, momen Lebaran dapat dirayakan dengan penuh sukacita dan harmoni bagi semua.
Penulis: Brilliant Ayang Iswenda
Editor: Iip M Aditiya