Batubara saat ini menjadi sumber pembangkit listrik terbesar sekaligus merupakan bahan bakar energi paling terjangkau di dunia. Di saat pasokan energi rendah karbon mengalami kesulitan untuk memenuhi permintaan listrik dunia, batubara digunakan untuk memenuhi kekosongan sumber energi listrik tersebut.
Tak dapat dipungkiri, batubara memiliki tingkat permintaan yang tinggi pada tahun 2021 berkat pulihnya kondisi dunia secara perlahan pasca terdampak pandemi Covid-19 pada tahun sebelumnya. Konsumsi batubara secara global meningkat sebanyak 450 juta ton atau sekitar 6 persen sepanjang 2021.
International Energy Agency (IEA) dalam laporan bertajuk “Coal 2021” memproyeksi perkiraan akan permintaan, persediaan, serta perdagangan batubara di dunia hingga tahun 2024.
Menurut IEA, permintaan batubara di dunia diprediksikan akan mencetak rekor baru dalam 2 tahun ke depan. Apabila meninjau tren saat ini, permintaan batubara secara global diproyeksikan bertumbuh ke angka 8.025 juta ton pada tahun 2022 diikuti pula oleh produksinya yang akan ditingkatkan untuk menutupi kekurangan pada tahun sebelumnya.
Konsumsi batubara di Asia Tenggara terus bertumbuh, Indonesia konsumen terbesar
Penggunaan batubara di Asia Tenggara mencapai 357 juta ton sepanjang tahun 2020 yang mana menyamai penggunaan pada tahun 2019. Hal ini menunjukkan resiliensi akan kebutuhan batubara meskipun terdampak krisis pandemi Covid-19.
Indonesia merupakan negara dengan konsumsi batubara terbesar di Asia Tenggara yang memiliki persentase sekitar 40 persen. Disusul Vietnam dengan persentase sebesar 25 persen yang mana juga mengalami peningkatan konsumsi sebesar 4,5 persen.
Berdasarkan kuatnya harapan pertumbuhan sektor ekonomi di Asia Tenggara dan adanya beberapa proyek baru pembangkit listrik tenaga batubara khususnya di Indonesia dan Vietnam, serta didukung harga pasokan batubara yang terjangkau di Indonesia, IEA memprediksikan tingkat pertumbuhan konsumsi batubara tahunan di Asia Tenggara ialah sekitar 4,3 persen.
Sementara itu, dengan rata-rata pertumbuhan 4,3 persen per tahun, konsumsi batubara di kawasan Asia Tenggara diperkirakan akan mencapai angka 420 juta ton pada tahun 2024. Tidak hanya itu, Indonesia akan berinvestasi dalam kapasitas ekspor baru untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sehubungan dengan ekspektasi permintaan batubara.
Produksi batubara akan kembali meningkat pada 2022 seiring tingginya permintaan
Total produksi batubara di seluruh dunia menurun sebesar 8,4 persen ke angka 7.560 juta ton pada 2020 akibat dan diestimasikan dapat berkembang sebesar 4,5 persen pada tahun 2021 ke angka 7.889 juta ton. Namun realisasinya terhambat oleh sejumlah permasalahan seperti kondisi cuaca buruk, gangguan rantai pasokan, serta pembatasan mobilitas akibat pandemi.
Hal ini tidak sebanding dengan tingkat permintaan terhadap batubara dunia yang jauh lebih cepat dibandingkan dengan produksi. Sehingga mengakibatkan stok yang menumpuk pada tahun 2020 habis pada tahun 2021.
Di Indonesia sendiri, produksi batubara jatuh sebesar 6 persen menjadi 564 juta ton pada tahun 2020 dengan mayoritas sebesar 99 persen memproduksi jenis batubara termal. Pada tahun 2021, produksi batubara di Indonesia diekspektasikan tumbuh sebesar 2,2 persen menjadi 576 juta ton meskipun perusahaan pertambangan batubara mengalami kesulitan meningkatkan produksi oleh karena rendahnya ketersediaan alat berat.
Selain itu, hujan deras yang terus mengguyur dan bencana banjir yang dialami khususnya pada kuartal ke-3 tahun 2021 mengekang produksi batubara dan beberapa eksportir terpaksa menyatakan force majeure.
Dalam rangka untuk mengatasi kekurangan pasokan batubara, negara dengan tingkat produksi batubara yang tinggi seperti China, India, Indonesia, dan Rusia diharapkan dapat meningkatkan upaya untuk mengembangkan jumlah produksi batubara.
IEA memperkirakan bahwa pasokan batubara secara global akan meningkat sekitar 125 kali dan menghasilkan total 8.014 juta ton batubara pada tahun 2024. Sementara itu pada tahun 2022 diprediksikan produksi batubara akan melonjak ke angka 8.111 juta ton.
Di samping itu menurut prediksi IEA pada tahun 2024, China tetap menjadi negara produsen batubara terbesar di dunia dengan persentase sebesar 50 persen. Artinya separuh pasokan batubara di dunia berasal dari pertambangan di China.
Sementara itu, India berada di posisi ke-2 yang menyumbang 12 persen total produksi batubara di dunia. Sementara itu, Indonesia berada di posisi ke-3 dengan persentase sebesar 7 persen. Posisi ke-4 dan 5 secara berurutan diisi oleh Amerika Serikat dan Australia dengan persentase masing-masing sebesar 6 persen.
Kemudian di posisi ke-6, Rusia menyumbang 5 persen total produksi batubara di dunia. Uni Eropa berada di posisi ke-7 dengan persentase sebesar 3 persen, dan sisanya sebesar 11 persen berasal dari negara-negara lainnya.
Adanya perkiraan penurunan produksi batubara sebesar 0,4 persen per tahun di Indonesia kemudian menghasilkan prediksi bahwa Indonesia akan menghasilkan 570 juta ton batubara pada tahun 2024.
Penulis: Diva Angelia
Editor: Iip M Aditiya