Menilik Preferensi Fesyen Anak Muda Indonesia

Berdasarkan hasil survei Goodstats mengenai preferensi fesyen anak muda 2022, gaya kasual mendominasi gaya andalan para generasi muda dalam berbusana.

Menilik Preferensi Fesyen Anak Muda Indonesia Ilustrasi fesyen anak muda | Unsplash

Tren fesyen selalu berubah mengikuti perkembangan zaman. Beragam model busana hadir dari mulai atasan, outfit bawahan, hingga aksesoris yang senantiasa mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Gaya fesyennya pun selalu ramai mengikuti perkembangan hasrat berbusana para milenial.

Setiap orang tentu ingin tampil semenarik mungkin dalam berbagai kegiatan. Namun, hal itu tentu tak cukup. Di samping itu, sebagian orang juga menginginkan gaya busana yang nyaman dan tidak mengganggu kegiatan beraktivitas.

Mode fesyen yang berkembang pesat ini banyak dikemudikan oleh media sosial. Maraknya inspirasi gaya berpakaian oleh para influencer atau selebriti membuat mode fesyen semakin beragam. Adapun, Goodstats telah merilis hasil survei teranyar mengenai preferensi gaya fesyen anak muda. Periode survei dilaksanakan pada tanggal 5-16 Agustus 2022 dan diisi oleh sebanyak 261 responden.

Lebih lanjut, berikut ini adalah rincian hasil survei Goodstats terkait preferensi fesyen anak muda 2022.

Dari banyaknya opsi berbusana, mana yang jadi mayoritas andalan anak muda?

Keragaman jenis gaya dalam dunia fesyen terkadang membuat beberapa orang bingung dalam menentukan gaya yang cocok untuk digunakan. Pilihan gaya berbusana ini kemudian bisa disesuaikan pada selera dan kenyamanan dari masing-masing orang. Selain itu, hal ini juga harus disesuaikan dengan tempat atau lokasi beraktivitas.

Preferensi gaya fesyen anak muda 2022 | Goodstats

Terkait gaya andalan dalam berbusana, sebagian besar responden atau sekitar 62,5 persen memilih gaya kasual sebagai gaya andalan fesyen mereka. Sementara, sejumlah 11,1 persen responden lebih menyukai gaya vintage. Di samping itu, ada juga responden yang lebih memilih gaya fesyen syar'i (10 persen), gaya formal (9,2 persen), serta gaya sporty (7,3 persen).

Beberapa responden mengaku lebih menyukai gaya simpel karena nyaman dan minimalis. Selain itu, pakaian yang dibeli bisa secukupnya serta fleksibel jika ingin dipadu padankan. Mereka juga beranggapan bahwa tren fesyen di jaman sekarang mengikuti tren yang berkembang ditengah masyarakat.

Sementara, sebagian besar responden survei atau sekitar 74,7 persen mengaku lebih sering membeli baju ketika berbelanja barang fesyen. Diikuti oleh celana sebanyak 6,9 persen, sepatu sejumlah 6,1 persen, hijab 6,1 persen, jaket sebanyak 4,6 persen, serta lainnya seperti tas atau gamis sebanyak 1,6 persen responden.

Anggaran anak muda dalam berbelanja barang fesyen tahun 2022 | Goodstats

Dari sisi budgeting atau anggaran, mayoritas sekitar 64,4 persen menjawab, mereka biasa mengeluarkan budget di bawah 500 ribu untuk satu kali kesempatan membeli barang fesyen. Sedangkan, yang lain atau 30,7 persen mengaku sering menghabiskan anggaran senilai 500 ribu hingga satu juta rupiah. Sisanya, sebanyak 5 persen responden menjawab sering mengeluarkan anggaran di atas kisaran satu juta rupiah dalam satu kali kesempatan berbelanja barang fesyen.

Adapun, mayoritas responden atau 55,9 persen menyatakan bahwa mereka tak acuh terhadap jenis brand atau merek pakaian yang dikenakan ketika berbusana. Adapun, sebagian lainnya sebanyak 40,2 persen menyebut lebih memilih untuk memakai merek lokal dan sisanya atau 3,8 persen responden menyukai produk luar negeri.

Beberapa masyarakat menyebut, merek dalam dunia fesyen tidak terlalu penting karena semuanya tergantung pada diri masing-masing. Jika percaya diri, maka busana yang dipakai akan terlihat menarik. Sementara, kualitas produk juga berperan penting dalam pemilihan dalam berbusana.

Kebanyakan responden pernah membeli barang fesyen tiruan

Bersumber dari hasil survei fesyen Goodstats, kebanyakan responden atau sekitar 51 persen mengaku pernah membeli produk fesyen tiruan. Sedangkan, sisanya sebanyak 49 persen responden mengaku tidak pernah membeli barang tiruan atau palsu.

Persentase anak muda yang pernah berbelanja barang fesyen tiruan atau palsu tahun 2022 | Goodstats

Sebagian masyarakat menganggap banyaknya produk tiruan atau palsu sebagai fenomena sosial dari merebaknya tren fesyen kalangan atas yang tidak mampu dijangkau oleh kalangan bawah. Sehingga, kemudian banyak yang memodifikasi barang-barang dari merek ternama dan dijual dengan harga miring agar masyarakat kelas bawah bisa merasakan membeli atau memiliki merek mahal.

Selaras dengan ramainya animo masyarakat terhadap merek fesyen lokal, sebagian besar responden atau 27,6 persen menyukai produk Erigo. Adapun, sebagian lagi atau 23,8 persen memilih merek 3Second sebagai andalan mereka. Sementara, sejumlah 10,7 persen dan 10,3 persen responden masing-masing lebih menyukai produk dari merek Hijup serta Roughneck.

Selain itu, sisanya sebanyak 27,6 persen memilih beragam jawaban. Mulai dari Eiger, Nimco, Preppstudio, Luckdecree, Jiniso, Elzatta, Mayoutfit, Benhill, Wadezig, Everbest, Koolastuff, Heymale, dan banyak lainnya.

Sehubungan dengan merek fesyen, produk luar negeri juga banyak menginspirasi gaya berpakaian masyarakat. Produk dari H&M mendominasi hasil survei atau 38,9 persen responden. Ada pula merek Levis dengan 16,6 persen, Zara sebanyak 15 persen, Uniqlo dengan 10,1 persen, serta Balenciaga sejumlah 3,6 persen. Sedangkan, sisanya sebanyak 15,8 persen menyukai beragam merek dari produk luar negeri. Misalnya, Adidas, Nike, Skechers, Miniso, Airwalk, Converse, dan lainnya.

Melihat maraknya fenomena thrifting di kalangan anak muda

Secara istilah, thrift artinya menghemat nominal uang yang dikeluarkan untuk membeli suatu barang. Sehingga, dapat dikatakan bahwa thrifting ialah aktivitas membeli atau mencari barang-barang bekas untuk dipakai kembali. Belakangan, thrifting menjadi cukup beken di kalangan anak muda dan banyak pelaku bisnis yang kemudian membuka usaha ini.

Persentase anak muda yang melakukan thrifting tahun 2022 | Goodstats

Menurut data survei, mayoritas responden atau sekitar 49,4 persen mengaku pernah membeli barang fesyen bekas dari hasil thrifting. Sementara, sejumlah lainnya sekitar 34,5 persen mengaku belum pernah mencoba thrifting. Sedangkan, sisanya sebanyak 16,1 persen memilih untuk tidak akan pernah mencoba membeli barang hasil thrifting.

Adapun, dalam usaha thrifting, tidak hanya barang bekas bermerek dan ternama saja yang bisa diperjual-belikan kembali. Namun, apabila barang bekas tersebut masih berfungsi dengan baik serta kualitasnya masih layak, maka barang itu boleh dijual. Ini bisa jadi salah satu solusi bagi orang-orang yang ingin bergaya dan memiliki barang bermerek namun bisa didapat dengan harga murah.

Sehubungan dengan tempat untuk mendapatkan barang fesyen, mayoritas 46,4 persen menjawab bahwa mereka membeli pakaian atau produk fesyen di website dan aplikasi online shopping. Adapun, sebagian yang lain atau 42,5 persen mengaku membeli barang fesyen mereka di pusat perbelanjaan. Sementara, ada pula sejumlah responden atau 9,2 persen yang mengaku memperoleh barang-barang fesyen dari media sosial. Sedangkan, sisanya sebanyak 1,9 persen membeli barang-barang fesyen mereka di toko.

Sejumlah responden juga mengaku sering mencari diskon ketika berbelanja barang fesyen. Sebagian lagi beranggapan bahwa lokasi untuk membeli barang fesyen bukanlah masalah asalkan produk yang ditawarkan memiliki kualitas yang baik.

Penulis: Nada Naurah
Editor: Editor

Konten Terkait

Survei GoodStats: Benarkah Kesadaran Masyarakat Akan Isu Sampah Masih Rendah?

Survei GoodStats mengungkapkan bahwa 48,9% responden tercatat selalu buang sampah di tempatnya, 67,6% responden juga sudah inisiatif mengelola sampah mandiri.

Dukungan Presiden di Battle Ground Pilkada Jawa Tengah

Bagaimana elektabilitas kedua paslon di Jawa Tengah hingga membutuhkan dorongan besar Presiden RI?

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook