Sebagai bagian dari fase akhir pendidikan formal, seorang mahasiswa perguruan tinggi seringkali berhadapan dengan berbagai tekanan yang berujung pada timbulnya perasaan negatif. Perasaan negatif yang kian menumpuk ini yang pada akhirnya menghasilkan beban kekhawatiran dan stres.
Perjalanan perkuliahan yang sering kali berliku dan dipenuhi oleh berbagai tuntutan baik secara akademis maupun non-akademis yang tinggi bisa menjadi pemicu utama munculnya beban kekhawatiran dan stres dalam hidup mahasiswa.
Ditambah lagi dengan tanggung jawab yang harus diemban, tugas-tugas yang menumpuk, ujian yang menegangkan, dan faktor-faktor lainnya dari diri sendiri maupun lingkungan sosial yang dapat menjadi pemantik tambahan akan terjadinya beban kekhawatiran dan stres.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Gallup pada bulan Maret 2023, dengan melibatkan partisipasi dari 2.430 mahasiswa perguruan tinggi khususnya yang berada di Amerika dapat memberikan gambaran yang menarik tentang berbagai bentuk emosi yang dirasakan oleh para siswa sepanjang hari. Survei ini menggambarkan rentang emosi yang dialami oleh para siswa dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Sebagian besar dari mereka mengalami tingkat stres (66%) yang signifikan. Selain itu, ada perasaan khawatir yang dirasakan oleh sebagian besar (51%), dan juga terdapat perasaan kesepian yang dialami oleh sebagian (39%). Selain itu, beberapa di antara mereka juga merasakan sedih (36%) dan merasa marah (25%).
Bila dilihat dari perspektif gender, terdapat perbedaan signifikan dalam pengalaman emosi sehari-hari antara mahasiswi dan mahasiswa. Data ini mencerminkan perbedaan yang cukup jelas dalam respons emosional antara kedua kelompok gender di lingkungan perguruan tinggi.
Data melaporkan bahwa mayoritas mahasiswi mengalami tingkat emosi negatif yang lebih tinggi dibandingkan dengan rekan-rekan mahasiswa. Perbedaan yang paling mencolok tampak pada perasaan khawatir dan stres, di mana mahasiswi memimpin dengan selisih angka sebanyak 16%. Selain itu, perasaan sedih juga lebih mendominasi di kalangan mahasiswi, dengan perbedaan sekitar 12% dibandingkan dengan mahasiswa.
Ketidakseimbangan ini menggarisbawahi kompleksitas tantangan dan tekanan yang dihadapi oleh mahasiswi dalam perjalanannya di dunia pendidikan tinggi.
Dalam dinamika emosional mahasiswa, terutama dalam konteks gender, mayoritas mahasiswi mengalami tingkat emosi negatif yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa. Ini menekankan perlunya dukungan kesejahteraan mental dan sosial yang kuat di lingkungan pendidikan.
Penulis: Kurnia Elma Armavillia
Editor: Iip M Aditiya