Mayoritas Orang Indonesia Gunakan E-Wallet untuk Bayar Makanan

Pembayaran menggunakan e-wallet jadi favorit masyarakat Indonesia ketika membeli makanan, baik dine in maupun untuk delivery.

Mayoritas Orang Indonesia Gunakan E-Wallet untuk Bayar Makanan Ilustrasi Seseorang Sedang Makan | Alodokter

Perkembangan teknologi digital yang masif membuat kehidupan manusia menjadi semakin mudah. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menyebutkan bahwa jumlah pengguna internet Indonesia tahun ini bahkan mencapai 221 juta dari total 278 juta penduduk. Hal ini berarti, tingkat penetrasi internet di Indonesia berada di angka 79,5%.

Dari tahun ke tahun, tingkat penetrasi internet di tanah air terus meningkat, menunjukkan semakin terintegrasinya pengaruh internet dan teknologi digital di kalangan masyarakat.

Salah satu produk teknologi digital yang banyak digunakan adalah dalam sektor finansial. Kini, sudah banyak produk finansial berbasis digital, sebut saja dompet digital (e-wallet), digital banking, sistem BNPL (buy now, pay later), dan masih banyak lagi. Sederet produk financial technology (fintech) ini telah membuat kehidupan masyarakat menjadi semakin mudah.

Dari segi metode pembayaran, kini hampir seluruh merchant memberlakukan pembayaran cashless. Metode ini lebih menghemat waktu dan efisien dibanding metode pembayaran menggunakan uang tunai.

Metode Pembayaran Makanan Favorit

Mengusung survei Jakpat, e-wallet menjadi metode pembayaran yang paling banyak digunakan ketika sedang makan di tempat. Sebanyak 84% responden memilih menggunakan e-wallet untuk membayar makanan. 

Metode pembayaran untuk membeli makanan secara dine in.
Metode pembayaran untuk membeli makanan secara dine in | GoodStats

Menariknya, tidak hanya untuk makanan, warga Indonesia juga lebih gemar menggunakan dompet digital ketika belanja online. Penggunaannya bahkan lebih populer ketimbang penggunaan bank. 

Sebanyak 39% responden dalam laporan We Are Social memilih e-wallet sebagai metode pembayaran di e-commerce, mengalahkan metode transfer bank (27%), kartu debit dan kredit (17%), dan cash on delivery atau COD (11%).

Beberapa dompet digital yang banyak digunakan di Indonesia antara lain adalah OVO, DANA, ShopeePay, LinkAja, hingga GoPay.

Bank Indonesia (BI) mendefinisikan dompet digital sebagai aplikasi elektronik yang memiliki fungsi sebagai penyimpanan dan menjadi alternatif sistem pembayaran yang dibuat untuk memudahkan penggunaannya dalam melakukan transaksi. Penggunaannya yang praktis, aman, dan juga menguntungkan membuatnya menjadi pilihan utama masyarakat Indonesia.

Tidak hanya untuk makan di tempat, hal serupa juga terjadi ketika membeli makanan melalui aplikasi pesan antar. Sebanyak 92% responden mengaku menggunakan e-wallet untuk membayar delivery makanannya.

Metode pembayaran untuk membeli makanan delivery.
Metode pembayaran untuk membeli makanan delivery | GoodStats

Di urutan kedua, selain e-wallet, penggunaan mobile banking juga semakin digemari di Indonesia. Sebanyak 60% responden menggunakan mobile/internet banking untuk membayar makanan di tempat, sedangkan 69% responden menggunakannya untuk membayar makanan delivery. 

Selain dompet digital dan mobile banking, metode pembayaran lain yang cukup populer adalah dengan sistem pay later. Sebanyak 29% responden memilih menggunakan pay later untuk membayar makanan di tempat dan 38% untuk membayar makanan delivery. 

Pengguna pay later di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun, menunjukkan besarnya antusiasme dan ketergantungan masyarakat terhadap sistem ini. Meski namanya terdengar lebih mewah, sistem pay later tidak berbeda dari utang yang harus dibayarkan di masa mendatang.

Jumlah kontrak pembiayaan pay later Indonesia.
Jumlah kontrak pembiayaan pay later Indonesia | GoodStats

Di Indonesia sendiri, jumlah kontrak pembiayaan pay later mencapai 79,92 juta pada 2023 lalu. Jumlah tersebut naik sangat tinggi dibanding tahun 2019, di mana ketika itu pay later belum terlalu digemari seperti sekarang ini. Ketika itu, tercatat jumlah kontrak pembiayaannya hanya sebesar 4,63 juta.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) turut menyebutkan bahwa nilai penyaluran perusahaan pembiayaan (PP) untuk pay later naik 33,64% secara tahunan, mencapai Rp6,81 triliun di Mei 2024 lalu.

“Total penyaluran piutang pembiayaan PP BNPL per Mei 2024 meningkat 33,64 persen yoy menjadi sebesar Rp6,81 triliun,” ucap Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML) OJK Agusman, mengutip Antara.

Meski begitu, hingga saat ini masih belum ada aturan khusus yang mengatur terkait sistem pay later ini. Aturan ini masih dalam proses, Agusman berharap aturan ini dapat melindungi konsumen dan perusahaan dari ancaman yang ada, terutama berkaitan dengan serangan siber.

Masifnya pengguna produk ekonomi berbasis digital di tanah air menunjukkan tingginya potensi pasar yang bisa terus dikembangkan di masa mendatang. Selama penggunaan masih dalam ranah yang sesuai dan dengan bijaksana, produk-produk fintech ini niscaya dapat membantu mempermudah aktivitas sehari-hari masyarakat.

Baca Juga: Pengguna Pay Later Indonesia Tumbuh 17 Kali Lipat dalam 5 Tahun Terakhir

Penulis: Agnes Z. Yonatan
Editor: Editor

Konten Terkait

Dipangkas Rp1,1 Triliun, Ini Nominal Subsidi Energi 2025

Pemangkasan nominal subsidi energi 2025 disesuaikan dengan estimasi perubahan kurs rupiah terhadap dolar AS.

Indonesia Alami Penurunan Harga Pangan, Dorong Deflasi 4 Bulan Berturut-turut

Indonesia mengalami deflasi selama 4 bulan berturut-turut, diduga disebabkan oleh penurunan harga pangan di sejumlah wilayah.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook