Perdamaian menjadi salah satu tujuan utama bagi suatu negara secara keseluruhan dan juga dalam tatanan kehidupan masyarakat.
Dalam mencapai perdamaian, suatu negara seringkali dihadapi berbagai tantangan yang timbul baik secara internal maupun eksternal. Meski demikian, banyak negara yang berhasil menangani hal tersebut dan mencapai tingkat perdamaian yang tinggi.
Menurut data Global Peace Index, terdapat 23 indikator dari tiga domain utama dalam menilai tingkat perdamaian suatu negara, yaitu tingkat keamanan dan keselamatan masyarakat, luasnya konflik domestik dan internasional yang berkelanjutan, serta tingkat militerisasi.
Rentang indeks perdamaian yaitu berada pada 1-5. Semakin kecil angka yang diperoleh, maka negara tersebut semakin damai.
Urutan pertama negara paling damai ditempati oleh Islandia dengan indeks 1,112. Kemudian, disusul Irlandia dengan perolehan indeks 1,303. Beda tipis dengan Irlandia, Austria memiliki indeks perdamaian sebesar 1,313.
Pindah ke negara tetangga Australia, Selandia Baru mendapati indeks perdamaian pada 1,323. Singapura menjadi perwakilan pertama dari Asia yang berhasil mencapai lima besar. Singapura berhasil memiliki tingkat perdamaian sebesar 1,339.
Lanjut, negara yang terkenal akan destinasi wisata saljunya, Swiss, memiliki indeks perdamaian dengan angka 1,35. Posisi ketujuh ditempati oleh negara asal Cristiano Ronaldo, Portugal, dengan indeks perdamaian 1,372. Kemudian, negara dengan ibu kota Copenhagen, Denmark, menyusul Portugal dengan perolehan indeks sebesar 1,382.
Slovenia berada pada urutan selanjutnya dengan indeks yang diperoleh yaitu 1,395. Terakhir, negara yang terkenal dengan Petronas Twin Towers, Malaysia, berhasil menempati top 10 dengan indeks perdamaian 1,427.
Dalam skala global, Indonesia berada pada urutan ke-48 dari 163 negara dengan indeks perdamaian sebesar 1,857. Diketahui, tingkat perdamaian rata-rata global tahun ini menurun sebesar 0,56%. Penurunan telah terjadi selama 5 tahun berturut-turut.
Mayoritas negara dengan tingkat perdamaian tinggi berasal dari Eropa. Kendati demikian, domain tingkat militerisasi mengakibatkan penurunan tingkat perdamaian di Eropa sebesar 0,24%. Hal tersebut imbas dari konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina. Banyak negara di Eropa melakukan peninjauan kembali terkait pengeluaran militer untuk mempersiapkan untuk berperang.
Dua domain lainnya, tingkat keamanan dan keselamatan masyarakat serta luasnya konflik domestik dan internasional yang berkelanjutan, mengalami peningkatan angka secara perlahan.
Islandia menjadi negara paling damai di dunia. Akan tetapi, indeks kedamaian negara tersebut mengalami penurunan angka sebesar 1,55% dibanding tahun lalu karena pernah terjadi demonstrasi berujung kekerasan.
Upaya Eropa dalam Menjaga Perdamaian
Terdapat beberapa faktor yang mendorong tingginya tingkat perdamaian di Eropa. Pertama, hadirnya Uni Eropa dalam wilayah tersebut berkomitmen untuk menjaga perdamaian melalui berbagai tindakan pencegahan konflik, mediasi, dan stabilisasi. Kemudian, upaya lain yang dilakukan Uni Eropa termasuk terlibat dalam misi manajemen krisis di wilayah yang rentan.
“Uni Eropa berkomitmen untuk mendukung penyelesaian konflik kekerasan melalui cara-cara damai. Mencegah konflik, membangun perdamaian, dan memperkuat keamanan internasional terkadang juga memerlukan langkah-langkah koersif. Di era persaingan strategis dan ancaman keamanan yang kompleks, Uni Eropa membentuk European Peace Facility (EPF), yang memperluas kemampuannya untuk memberikan dukungan militer kepada mitra-mitranya sesuai dengan hukum hak asasi manusia internasional dan hukum humaniter internasional,” mengutip European Union External Action.
Dalam cakupan yang lebih luas lagi, Uni Eropa membentuk Organization for Security and Co-operation in Europe (OSCE) sebagai organisasi penyelesaian konflik, salah satunya konflik Rusia dan Ukraina.
“Situasi genting yang terjadi di wilayah ini perlu dihadapi dengan tekad yang kuat dengan mendorong aksi dan komitmen pada keterlibatan yang efektif, nyata, dan berkelanjutan,“ terang Ketua OSCE, Ian Borg, pada Jumat, (19/4), dalam United Nations.
Baca Juga: Indeks Perdamaian dan Keamanan Wanita Global: Bagaimana Posisi Indonesia?
Penulis: Aisyah Fitriani Arief
Editor: Editor