Tantangan kesehatan mental remaja telah banyak menarik perhatian. Nyatanya, guncangan kesehatan mental remaja tidak hanya disebabkan oleh faktor eksternal, namun orang tua yang berperan dalam pengasuhan anak pun ikut terlibat dalam memengaruhi kecemasan dan depresi pada remaja.
Kebanyakan orang tua tidak siap menghadapi permasalahan emosional anak remaja atau dewasa mereka. Bukan hanya tak siap, orang tua juga bahkan mengalami gangguan kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan.
Harvard Graduate School of Education melakukan survei pada tahun 2022 untuk mengenali pengaruh kesehatan mental dengan hubungan orang tua dan anak. Survei dilakukan dalam 2 tahap, pertama terhadap responden remaja dan berikutnya terhadap orang tua atau pengasuh.
Hubungan Orang Tua dengan Anak
Ketika remaja mengalami depresi atau kecemasan, maka kemungkinan besar mereka memiliki orang tua yang juga mengalami masalah gangguan kesehatan mental yang sama, walaupun faktor yang melatarbelakanginya cenderung berbeda. Orang tua dan remaja dapat saling membantu satu sama lain dengan berbagai cara, atau malah memperburuk keadaan dengan saling melukai satu sama lain.
Walaupun kebanyakan orang tua sudah peka terhadap kondisi emosional dan perspektif anak remaja mereka, masih ada orang tua yang kesulitan membaca buah hati mereka. Hal ini terjadi karena adanya perasaan tidak nyaman dari anak untuk terbuka pada orang tua merek
Alasan utama remaja tidak bercerita dengan orang tua mereka adalah karena yakin orang tua takkan paham hal-hal yang dilalui anak, dan apabila anak menceritakannya, mereka merasa orang tua tidak dapat memberi bantuan berharga.
Selain itu, banyak juga yang merasa orang tua mereka kurang berempati dan cenderung sibuk dengan masalah atau stres yang mereka alami sendiri. Respons yang berlebih juga mendorong anak untuk enggan terbuka dengan orang tuanya.
Remaja yang mengalami depresi dan kecemasan cenderung lebih sering berbicara dengan teman daripada orang tua mengenai masalah emosional. Semakin besar rasa khawatir dan cemas seorang remaja, maka semakin tak nyaman mereka untuk menghubungi atau memulai percakapan dengan orang tua.
Pengaruh Orang Tua dengan Gangguan Kecemasan & Depresi terhadap Anak
Orang tua sejatinya juga mengalami kecemasan dan depresi pada tingkat yang hampir sama dengan remaja, dengan alasan kekhawatiran berlebih atas masalah akademis anak, masalah emosional, fisik, ekonomi, dan lain-lain. Orang tua yang memiliki gangguan kesehatan jiwa seperti depresi dan kecemasan atau anxiety tetap bisa menjadi orang tua yang hebat meskipun terkadang ada tantangan emosional yang mereka hadapi.
Berdasarkan data di atas, gangguan kecemasan tertinggi dialami oleh mereka yang menyandang status ibu dengan persentase sebanyak 20%, sedangkan gangguan kecemasan pada ayah tercatat sebesar 15%. Secara umum, 18% responden orang tua mengalami gangguan kecemasan.
Tidak hanya itu, ibu juga tercatat mengalami depresi tertinggi, dengan raihan 16%, cukup jauh dari ayah yang sebesar 10%. Secara keseluruhan, 10% responden orang tua tercatat mengalami depresi.
Kecemasan dan Depresi pada Anak Remaja
Remaja yang mengalami depresi kemungkinan memiliki orang tua yang juga mengalami depresi. Sedangkan untuk kecemasan, kemungkinannya naik tiga kali lipat lebih besar.
Secara umum, remaja yang memiliki gangguan kecemasan dan depresi ada sebanyak 18%, dan 15%. Tingkat kecemasan dan depresi remaja perempuan mencapai angka tertinggi di antara yang lain, yakni masing-masing 24%, dan 22%. Berbeda dengan remaja perempuan, tingkat kecemasan dan depresi remaja laki-laki hanya sebanyak 12%, dan 8%.
Strategi untuk Membangun Hubungan Anak & Orang Tua
Strategi yang dapat dilakukan untuk membentuk hubungan yang baik antara anak dan orang tua adalah dengan mencari bimbingan mengenai keterampilan mendengarkan dengan empati yang baik, terutama bagi orang tua, yang dapat memberikan bantuan terhadap anak. Orang tua harus bisa mewujudkan perannya sebagai pendengar dan penasehat yang bijak bagi anaknya.
Selain itu, orang tua juga diimbau untuk meningkatkan pentingnya kesehatan mental, termasuk kesehatan mental pribadi, sehingga bisa menemukan cara yang tepat untuk mengkomunikasikan masalah emosional diri sendiri dan anak remaja mereka.
Terakhir, orang tua dapat membantu anak remajanya menumbuhkan makna, tujuan, dan harapan dalam kehidupan. Sebanyak 36% remaja pada survei mengaku tak memiliki tujuan hidup. Dengan bantuan dan peran orang tua, remaja diharapkan dapat tumbuh di lingkungan yang stabil, baik secara emosional maupun mental.
Baca Juga: Simak Kiat Remaja Hadapi Gangguan Kesehatan Mental
Penulis: Vhebedyzarel Putri
Editor: Editor