Kunjungan wisatawan di Indonesia kompak mencatatkan kenaikan pada 2024, baik dari wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. Hal ini menjadi bukti bahwa sektor pariwisata Indonesia semakin dilirik warga dunia dan lokal, mendorong adanya dukungan lebih dari pemerintah terkait peningkatan infrastruktur sektor. Dipengaruhi oleh momen libur panjang akhir tahun, geliat pariwisata Indonesia berhasil tersenyum di pengujung tahun lalu.
Lebih dari 13 Juta Kunjungan Wisatawan Mancanegara
Pada Desember 2024, Indonesia mencatatkan 1,24 juta kunjungan wisatawan mancanegara (wisman), naik 13,95% ketimbang bulan sebelumnya dan 8,72% jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah perjalanan wisman pada Desember lalu menorehkan rekor tertinggi kedua sepanjang 2024, di mana yang tertinggi diraih pada bulan Oktober yang sebesar 1,3 juta kunjungan.
Jika dilihat dari asal negaranya, Malaysia menyumbang wisatawan terbanyak dengan total 221,04 ribu kunjungan wisman pada Desember 2024, setara dengan 17,76% dari total kunjungan. Masih di kawasan ASEAN, Singapura duduk di urutan kedua dengan total 175,54 ribu kunjungan wisman (14,11%), diikuti oleh Australia dengan 148,32 ribu kunjungan (11,92%), dan China dengan 82,39 ribu kunjungan, sekitar 6,62%.
Rata-rata wisman yang mengunjungi Indonesia pada Desember 2024 tinggal selama 6,98 malam di Indonesia. Wisman asal ASEAN tercatat punya rata-rata lama tinggal paling rendah, sekitar 3,71 malam. Sebaliknya, wisman asal benua yang jauh seperti Afrika, rata-rata menghabiskan 14,02 malam di Indonesia. Dilihat dari kebangsaannya, Yaman mencatatkan angka tertinggi. Wisatawan negara tersebut rata-rata tinggal selama 36,14 malam, sedangkan terendah dari Thailand yang hanya 2,75 malam.
Lebih dari 1 Miliar Kunjungan Wisatawan Nusantara
Selain wisman, wisatawan nusantara (wisnus) juga tercatat meningkat. Sepanjang 2024, terdapat 1,02 miliar perjalanan wisnus, naik 21,61% dibanding tahun lalu yang sebanyak 839,67 juta perjalanan.
Pada Desember 2024, terdapat 101,08 juta perjalanan wisnus, naik 25,40% dibanding November 2024 dan 11,63% dibanding periode yang sama tahun lalu. Hal ini menunjukkan tingginya minat warga Indonesia terhadap wisata-wisata lokal, yang tidak kalah menarik dari wisata yang ditawarkan di luar negeri.
Mayoritas wisatawan berasal dari Pulau Jawa pada Desember tahun lalu, proporsinya bahkan mencapai 66,45%. Ditinjau dari provinsinya, Jawa Timur mencatatkan jumlah tertinggi pada bulan tersebut, mencapai 18,83 juta perjalanan, kontribusinya sekitar 18,62%. Masih dari Jawa, Jawa Barat dan Jawa Tengah turut mencatatkan jumlah wisnu yang tinggi, masing-masing sebesar 18,48 juta (18,28%) dan 11,93 juta (11,80%). Namun, pertumbuhan tertinggi jumlah wisnus ditorehkan oleh Nusa Tenggara Barat yang jumlahnya naik 69,32% dibanding tahun lalu.
Untuk daerah tujuannya, mayoritas warga Indonesia senang berlibur ke Jawa, mencapai 67,42 juta perjalanan pada Desember 2024. Jawa Timur menjadi favorit dengan total 20,30 juta perjalanan, diikuti Jawa Barat (17,34 juta perjalanan), dan Jawa Tengah (12,26 juta perjalanan). Lagi-lagi, pertumbuhan tertinggi dicatat oleh Nusa Tenggara Barat yang jumlah kunjungannya naik 63,90%.
Ambisi Pariwisata Indonesia 2025
Meningkatnya kunjungan wisatawan, baik dari luar maupun dalam negeri, harus dapat dimanfaatkan pemerintah untuk lebih menggenjot potensi sektor pariwisata. Dengan target pertumbuhan ekonomi di angka 8% dalam 5 tahun ke depan, sektor pariwisata sangat diharapkan menjadi salah satu pilar pendukung utama.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), target untuk kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) terus meningkat, mulai dari 4,6% pada 2025 hingga menjadi 5% pada 2029. Tidak hanya itu, target devisa dari sektor ini juga ditetapkan di angka US$32 miliar 5 tahun mendatang.
Jika dibandingkan dengan negara tetangga, maka target ini sebenarnya sangat bisa untuk dicapai. Vietnam menargetkan kontribusi pariwisata di atas 15% terhadap PDB nasional, sedangkan Filipina menetapkan 8,6% dan Thailand 7,24%.
Wisman dengan rata-rata pengeluaran US$1.200 per wisatawan, mampu mengumpulkan devisa sebesar US$15,6 miliar per tahun. Untuk itu, guna mencapai US$32 miliar pada 2029, maka butuh setidaknya 20 juta wisman yang menghabiskan rata-rata US$1.600 per kunjungan. Dengan rerata 13 juta kunjungan wisman per tahun, masih ada PR besar dari Indonesia untuk terus mendorong pariwisata Indonesia di panggung internasional.
Meski begitu, untuk mendukung penuh ambisi pertumbuhan ekonomi 8%, maka dibutuhkan setidaknya US$250 miliar kontribusi selama 5 tahun, yang jauh lebih tinggi dibanding target yang disusun Kementerian pariwisata tersebut.
Guna menjadi sektor unggulan dan strategis, pariwisata harus bisa menyesuaikan kualitas infrastruktur dengan pengeluaran. Bisa pulih dari pandemi merupakan upaya yang tidak mudah, begitu pula dengan ambisi baru untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8%. Dibutuhkan kerja sama intensif lintas sektor untuk menyukseskan target ini.
Baca Juga: 7 Rekomendasi Wisata di Kota Pelajar Yogyakarta dan Sekitarnya
Penulis: Agnes Z. Yonatan
Editor: Editor