Krisis Literasi di Indonesia, Masih Perlu Ditingkatkan Lagi

Indonesia menempati peringkat ke 71 dari 77 negara, atau merupakan 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah

Krisis Literasi di Indonesia, Masih Perlu Ditingkatkan Lagi Meningkatkan kebiasaan membaca. (Sumber: Kemenkeu)

Berdasarkan survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang di rilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2018, Indonesia menempati peringkat ke 71 dari 77 negara, atau merupakan 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah.

PISA adalah studi untuk mengevaluasi sistem pendidikan yang diikuti oleh lebih dari 70 negara di seluruh dunia. Setiap 3 tahun, murid-murid berusia 15 tahun dari sekolah-sekolah yang dipilih secara acak, menempuh tes dalam mata pelajaran utama yaitu membaca, matematika dan sains.

Sementara UNESCO menyebutkan minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001persen. Artinya dari 1.000 orang Indonesia hanya 1 orang yang gemar membaca.

Hasil riset berbeda bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca, persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61). Padahal, dari segi penilaian infrastuktur untuk mendukung membaca, peringkat Indonesia berada di atas negara-negara Eropa.

Data di atas menunjukkan persoalan literasi masih menjadi hal yang harus dibenahi di Indonesia. Padahal Buku memegang peranan sangat vital bagi kehidupan manusia. Hanya bangsa dengan minat baca yang tinggi menjadi prasyarat menuju masyarakat informasi yang merupakan ciri dari masyarakat modern. Sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni sangat diperlukan jelang Indonesia Emas pada tahun 2045.

Masyarakat Indonesia gemar bermain media sosial

Padahal sebanyak 60 juta penduduk Indonesia memiliki gadget, atau urutan kelima dunia terbanyak kepemilikan gadget. Lembaga riset digital marketing Emarketer memperkirakan pada 2018 jumlah pengguna aktif smartphone di Indonesia lebih dari 100 juta orang. Dengan jumlah sebesar itu, Indonesia akan menjadi negara dengan pengguna aktif smartphone terbesar keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika.

Ironisnya, meski minat baca buku rendah tapi data wearesocial per Januari 2017 mengungkap orang Indonesia bisa menatap layar gadget kurang lebih 9 jam sehari. Tidak heran dalam hal kecerewetan di media sosial orang Indonesia berada di urutan ke 5 dunia.

Dua kota di Indonesia jadi kota yang jumlah postingannya paling banyak

Semiocast, perusahaan analis data yang berpusat di Paris, Perancis, mengeluarkan data jumlah user (pengguna) Twitter dan jumlah posting per kota.

Mashable, yang merilis hasil studi Semiocast, hanya menyebutkan jumlah pengguna Twitter secara keseluruhan, tanpa jumlah per kota, tapi tersedia data jumlah posting per kota di dunia.

Dari daftar tersebut terlihat bahwa Jakarta merupakan kota dengan jumlah posting terbanyak di dunia dan Bandung di nomor enam.

Jakarta, ibu kota Indonesia, adalah rumah bagi “tweeps” dan “twitterian” paling aktif di dunia menurut sebuah studi yang dilakukan oleh Semiocast. Hal ini menjadikan Jakarta sebagai kota teratas untuk tweet di dunia, melampaui New York, Tokyo, London, dan São Paulo.

Tak hanya itu, Jakarta juga menduduki peringkat kedua kota top dunia di Facebook, diikuti Bangkok di peringkat pertama. Dengan demikian, bisa dikatakan masyarakat Jakarta sangat aktif di media sosial.

Warga Jakarta tercatat paling cerewet menuangkan segala bentuk unek-unek di Twitter lebih dari 10 juta tweet setiap hari. Di posisi kedua peringkat dunia kota teraktif di Twitter ialah Tokyo. Menyusul di bawah Negeri Sakura ada warna Twitter di London, Sao Paulo dan New York yang juga gemar membagi cerita.

Bahkan Kota Bandung juga masuk ke jajaran kota teraktif di Twitter di posisi enam mengalahkan Paris dan Los Angeles. Dengan demikian, Indonesia memiliki rekor dua kota yang masuk dalam daftar riset tersebut.

Penulis: Adel Andila Putri
Editor: Iip M Aditiya

Konten Terkait

Melihat Kesiapan Anak Muda Menghadapi Perubahan Teknologi dalam Dunia Kerja

Survei menunjukan bahwa 91% anak muda siap menghadapi perubahan teknologi dalam dunia kerja.

Simak Preferensi Bacaan Gen Z 2024

Faktor kenyamanan menjadi kunci utama populernya physical book di era digitalisasi.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook