Mengutamakan gizi dalam pangan merupakan sebuah usaha yang baik dari setiap kehidupan. Mengusahakan bahwa asupan nutrisi mencukupi kebutuhan harian diyakini mampu membawa kebaikan bagi peradaban sebuah negara. Berbagai kampanye dilakukan oleh berbagai pemerintahan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan diversifikasi pangan untuk peningkatan kesehatan sebuah negara.
Hal ini juga terjadi di Indonesia. Berbagai kampanye dilakukan oleh berbagai pihak untuk mendukung terjadinya asupan makanan dengan gizi maupun nutrisi yang seimbang. Kampanye seperti ini dilakukan untuk memperbaiki keadaan fisik dan kesehatan masyarakat Indonesia.
Sebagai negara berkembang, tentunya terdapat berbagai tantangan yang dihadapi dalam meningkatkan asupan gizi yang baik bagi setiap manusianya. Salah satu gizi yang penting adalah protein. Protein dapat ditemukan di berbagai makanan seperti daging-dagingan, maupun telur ayam.
Dengan konsumsi telur ayam yang tidak sedikit, menjadi perlu untuk melihat data mengenai pola konsumsi telur ayam masyarakat di Indonesia, beserta faktor lainnya yang mempengaruhi hal tersebut.
Konsumsi telur ayam di tanah air masih belum sebanyak itu
Sebuah data dikeluarkan oleh OECD-FAO Agriculture Outlook 2022-2031 dalam sebuah rilis Badan Pusat Statistik. Data tersebut membahas mengenai perbandingan konsumsi telur ayam di Indonesia dengan negara lain di kawasan Asia tenggara. Dalam data tersebut terlihat bahwa konsumsi telur ayam Indonesia masih berada di bawah rerata dunia. Indonesia sendiri tercatat menghabiskan konsumsi 6,3 kilogram telur ayam perbulan perkapita, sementara rerata dunia berada di angka 10,5 kilogram perbulan perkapita.
Di kawasan Asia Tenggara, Malaysia memimpin data konsumsi telur ayam dengan angka 19,656 kilogram perbulan perkapita. Posisi kedua diisi oleh Thailand dengan angka 12 kilogram perbulan perkapita.
Posisi Indonesia sendiri terlihat lebih unggul dibanding negara seperti Vietnam dan Filipina yang memiliki angka konsumsi telur ayam perbulan perkapita di bawah lima kilogram.
Padahal, tidak ada fluktuasi berlebihan di harga telur ayam Indonesia
Sebuah data lainnya telah kami himpun dari Kementerian Perdagangan mengenai harga telur ayam ras di tanah air. Data terkini menyebutkan bahwa pada Bulan November 2023, harga telur ayam ras berada di kisaran Rp29.267 perkilogramnya. Harga ini terlihat malah mengalami penurunan dibanding empat bulan sebelumnya.
Penurunan berturut-turut ini terjadi sejak Agustus 2023, dimana harga telur ayam ras berada di angka Rp31.759 perkilogramnya. Angka ini mengalami penurunan dibanding bulan sebelumnya yang memiliki harga di Rp32.108 perkilogramnya.
Dalam konteks harga per provinsi, berikut adalah data mengenai provinsi dengan harga telur ayam ras tertinggi November 2023 mengutip Kementerian Perdagangan dalam Katadata:
- Kalimantan Utara: Rp40.670 perkilogram
- Papua: Rp36.918 perkilogram
- Maluku Utara: Rp33.091 perkilogram
- Papua Barat: Rp32.559 perkilogram
- Maluku: Rp32.473 perkilogram
- Kalimantan Tengah: Rp32.366 perkilogram
- Sulawesi Utara: Rp32.150 perkilogram
- Nusa Tenggara Barat: Rp32.100 perkilogram
- Gorontalo: Rp32.000 perkilogram
- Sulawesi Tengah: Rp31.525 perkilogram
Presiden Joko Widodo pernah kritisi anggaran untuk stunting: harusnya mayoritas untuk beli telur
Presiden Republik Indonesia dalam waktu yang lalu pernah mengkritisi anggaran untuk percepatan penghapusan stunting. Menurutnya, skema penyerapan anggarannya terlalu banyak dimanfaatkan untuk kegiatan yang tidak langsung tepat sasaran, dan tidak langsung dibelikan bahan pangan seperti telur.
"Saya cek di Kemendagri, APBD suatu daerah, tidak perlu saya sebutkan namanya, anggaran untuk stunting Rp 10 miliar. Ketika diperiksa detail ternyata dipakai Rp 3 miliar untuk perjalanan dinas, untuk rapat Rp 3 miliar, penguatan pengembangan macam-macam itu Rp 2 miliar. Ternyata yang benar-benar untuk beli telur hanya Rp 2 miliar. Kapan stunting akan selesai kalau caranya seperti ini," tegur Joko Widodo dalam sebuah rapat yang keterangannya dimuat di BeritaSatu.
Banyak hal yang masih harus dibenahi dalam percepatan peningkatan gizi masyarakat Indonesia.
Penulis: Pierre Rainer
Editor: Iip M Aditiya