Permasalahan ketimpangan gender tidak hanya terjadi di Indonesia. Gender gap atau ketimpangan gender menjadi kasus global yang semakin sadar untuk diperbaiki. Perbaikan secara serius untuk menghilangkan ketimpangan gender dapat memberikan peluang yang sama terhadap para perempuan agar dapat berperan di segala aspek kehidupan.
World Economic Forum merilis sebuah laporan bertajuk Global Gender Gap Report 2023 yang bertujuan untuk melihat kemajuan kesetaraan gender di beberapa negara dari tahun ke tahun. Laporan ini membandingkan empat aspek berupa peluang terhadap ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan kepemimpinan politik.
Dalam laporan tersebut, secara keseluruhan Indonesia memiliki skor 69,7% sehingga menempatkan Indonesia di posisi ke 87 dari 146 negara. Perlu diketahui, semakin besar skor yang miliki oleh suatu negara, semakin kecil kesenjangan yang terjadi di wilayah tersebut, atau bahkan mencapai penuh paritas – sama sekali tidak terdapat kesenjangan gender.
Menurut laporan Kesenjangan Gender Global tahun 2023 tersebut juga diketahui belum ada negara yang mencapai gender penuh paritas. Meski demikian, sembilan negara teratas, yakni Islandia, Norwegia, Finlandia, Selandia Baru, Swedia, Jerman, Nikaragua, Namibia, dan Lituania telah menutup setidaknya 80% kesenjangannya.
Islandia dengan skor 91,2% selama 14 tahun berturut-turut telah menduduki peringkat teratas. Hal ini menjadikan Islandia sebagai satu-satunya negara yang telah menutup lebih dari 90% kesenjangan gendernya.
Di Indonesia, kesenjangan gender terjadi terhadap peluang akan partisipasi dalam ekonomi. Kesenjangannya mencapai 66,6%. Salah satu kesenjangannya mengenai peluang untuk menjadi legislator, manajer, atau pejabat tinggi lainnya, yang mencapai 46,3%. Skor tersebut memosisikan Indonesia menjadi peringkat ke 87.
Proporsi pria dalam posisi C-level ke atas, dua kali lipat dari jumlah wanita. Jumlah perempuan yang menjadi legislator atau pejabat tinggi lainnya hanya 31,67%, sedangkan jumlah pria mencapai 68,33%. Perbedaan komposisi jumlah antara pria dan wanita tersebut menjadikan kesenjangan gender di bidang ekonomi cukup signifikan.
Dalam laporan tersebut juga dijelaskan, kesenjangan komposisi tersebut dipengaruhi oleh tingkat pengangguran perempuan yang cukup tinggi. Tingkat pengangguran wanita secara global lebih tinggi dibanding pria, yakni 4,5% untuk wanita dan 4,3% untuk pria.
Data global yang disediakan oleh LinkedIn menunjukkan ketidakseimbangan terus-menerus keterwakilan perempuan dalam angkatan kerja dan kepemimpinan di seluruh dunia industri. Sampel yang diambil dari 163 negara menunjukkan perempuan menyumbang 41,9% angkatan kerja pada 2023. Akan tetapi, jumlah perempuan yang menempati posisi kepemimpinan senior (Direktur, Wakil- Presiden (VP) atau C-suite) hanya mencapai 32,2%.
Penulis: Aslamatur Rizqiyah
Editor: Iip M Aditiya