Jakarta Masuk Daftar, Ini 7 Kota Besar di Asia yang Berpotensi Tenggelam Pada 2030!

Greenpeace melaporkan, Jakarta menjadi salah satu kota besar di Asia yang diprediksi akan tenggelam pada 2030 mendatang

Jakarta Masuk Daftar, Ini 7 Kota Besar di Asia yang Berpotensi Tenggelam Pada 2030! Ilustrasi banjir | Peter Gudella/Shutterstock

Asia merupakan salah satu wilayah yang sangat rentan terhadap dampak dari perubahan iklim, naiknya permukaan air laut, dan banjir. Merujuk pada laporan Greenpeace, permasalahan tersebut amat berisiko pada jutaan orang yang tinggal di daerah dekat dengan laut.

Greenpeace melihat risiko di tujuh kota regional yang merupakan kota-kota besar di Asia. Disimpulkan bahwa ada lebih dari 15 juta orang yang akan terdampak kenaikan permukaan laut dan banjir pada 2030 mendatang. Bahkan, kenaikan permukaan laut yang ekstrem dan banjir di tujuh kota tersebut berpotensi memberikan dampak pada produk domestik bruto (PDB) senilai US$724 miliar.

“Dalam dekade ini, kota-kota pesisir di Asia menghadapi risiko tinggi dari kenaikan permukaan laut dan badai yang semakin intensif, yang berdampak pada tempat tinggal, keselamatan, dan mata pencaharian masyarakat,” papar Manajer Proyek Darurat Iklim Greenpeace Asia Timur Mikyoung Kim.

Untuk mencegah risiko banjir pesisir yang parah, Kim menegaskan agar pemerintah harus menerapkan peningkatan pengendalian banjir dan peringatan dini. Selain itu, ditekankan aga pemerintah juga harus menghentikan seluruh pembangunan proyek bahan bakar fosil dengan kaitannya terhadap perubahan iklim.

7 kota besar di Asia yang diprediksi tenggelam pada 2030 | Goodstats

Adapun, Jakarta masuk ke dalam kota yang paling berisiko tenggelam pada 2030 bersama dengan enam kota pesisir lainnya. Greenpeace menyebutkan, sebanyak 1,8 juta orang di Jakarta berpotensi terkena dampak kenaikan permukaan laut dan banjir pesisir.

Dalam menyusun laporan ini, Greenpeace memilih 7 kota di Asia yang menjadi pusat ekonomi di negaranya dan terletak atau dekat pantai untuk menganalisis bagaimana PDB akan terancam oleh banjir pesisir ekstrem pada tahun 2030.

Analisis tersebut sehubungan dengan skenario emisi karbon, di mana Greenpeace mengkaji bagaimana krisis iklim dapat mempengaruhi ekonomi di kota-kota tersebut dalam waktu kurang dari satu dekade. Terdapat 3 komponen yang dikaji untuk menghitung dampak potensial, yakni kenaikan permukaan laut yang ekstrem, jumlah populasi, dan PDB.

Selain Jakarta, kota mana lagi yang diprediksi akan tenggelam pada tahun 2030? Berikut selengkapnya.

1. Bangkok

Foto kuil Wat Phra Kaew di Bangkok, Thailand | Travel Mania/Shutterstock

Ibukota Thailand, Bangkok menjadi kota yang paling berpotensi terkena dampak kenaikan permukaan laut dan banjir pesisir. Greenpeace memprediksi, risikonya bisa berdampak pada sekitar 10,45 juta orang yang tinggal di kota tersebut. selain itu, PDB (PPP) yang terkena dampak menyumbang 96% dari total PDB Bangkok.

Kerentanan Bangkok terhadap banjir makin diperparah oleh fakta bahwa kota ini tenggelam karena derasnya urbanisasi dan penurunan tanah. Tercatat, diprediksi ada lebih dari 96% daratan di Bangkok berada di bawah permukaan air laut jika banjir 10 tahunan terjadi pada 2030.

2. Jakarta

Potret Tugu Monumen Nasional (Monas) | Creativa Images/Shutterstock

Banjir merupakan peristiwa yang selalu terjadi setiap tahun di Jakarta. Faktornya pun bermacam-macam, mulai dari hujan lebat, debit sungai yang tinggi, air pasang, hingga kegiatan manusia. Sementara, drainase air tanah yang berlebihan juga berkontribusi terhadap penurunan muka tanah Jakarta.

Greenpeace dalam laporannya memaparkan, hampir 17% dari total luas daratan Jakarta berada di bawah permukaan air laut yang dapat naik jika banjir 10 tahunan terjadi pada tahun 2030. Lebih lanjut, Greenpeace mencatat bahwa Jakarta bagian utara menjadi wilayah yang paling berisiko tenggelam karena memiliki elevasi yang rendah.

3. Manila

Potret Teluk Manila | Joseph Oropel/Shutterstock

Manila menjadi kota pesisir selanjutnya yang paling berisiko tenggelam pada tahun 2030. Tercatat, sebanyak 1,54 juta orang di Manila berpotensi terkena dampak kenaikan permukaan laut dan banjir pesisir. Selain itu, PDB yang berpotensi terkena dampak menyumbang 87% dari total PDB Manila.

Ibukota Filipina ini dilaporkan memiliki luas daratan yang hampir 87% berada di bawah tingkat permukaan laut jika banjir 10 tahunan terjadi pada 2030. Greenpeace membeberkan, sejumlah destinasi unggulan seperti landmark bersejarah, Binondo, Intramuros, Istana Malacanang, hingga Monumen Nasional Jose Rizal di Taman Luneta berpotensi terendam banjir.

4. Tokyo

Potret Tokyo Tower | Blue Planet Studio/Shutterstock

Tokyo menempati peringkat keempat dalam daftar kota dengan jumlah penduduk yang paling banyak berisiko terkena dampak kenaikan air laut dan banjir pada tahun 2030. Diprediksi, sebanyak 0,83 juta orang dan 7% PDB Tokyo berpotensi terkena dampak pada tahun 2030 mendatang.

Meski ketinggian rata-rata Tokyo adalah 40 meter di atas permukaan laut (dpl), namun sejumlah daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi masih berisiko terkena banjir. Begian timur Tokyo, khususnya daerah antara Sungai Arakawa dan Sungai Edogawa berpeluang terdampak kenaikan permukaan laut dan banjir pesisir pada 2030.                         

5. Taipei

Pemandangan Kota Taipei | Sean Hsu/Shutterstock

Posisi kelima ditempati oleh Taipei dengan jumlah penduduk yang berpotensi terdampak mencapai 430 ribu orang. Sementara, nilai PDB yang berisiko terdampak menyumbang sebanyak 24% dari total PDB kota tersebut.

Tercatat, topan menjadi peristiwa tahunan di Taiwan dengan kekuatan dan skala yang semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Diprediksi, sekitar 177% dari luas daratan Taipei berada di bawah permukaan air laut jika banjir 10 tahunan terjadi pada 2030.

Adapun bagian barat Taipei, khususnya daerah di sepanjang Sungai Tamsui akan terkena dampak yang lebih besar dibandingkan daerah lain di Taipei apabila permukaan air laut naik. Selain itu, Distrik Datong yang bersejarah dan stasiun utama kota ini juga berpotensi tenggelam pada 2030.

6. Seoul

Pemandangan Sungai Han di Seoul, Korea Selatan | Sayan Uranan/Shutterstock

Menduduki posisi keenam dalam daftar, sekitar 0,13 juta orang yang berada di Seoul diprediksi terkena dampak kenaikan permukaan laut dan banjir pesisir pada tahun 2030 mendatang. Greenpeace memaparkan, sekitar 3% daratan Seoul akan berada di bawah permukaan air laut jika banjir 10 tahunan terjadi.

Lebih lanjut, sebagian besar wilayah yang berisiko terkena dampak kenaikan permukaan air laut berada di bagian barat Seoul, terutama Gangseo-gu di sisi selatan Sungai Han dan kedua sisi sungai Anyangcheon. Selain itu, Taman Ekologi Rawa Gangseo yang menjadi lokasi populer untuk mengamati spesies burung yang berimigrasi juga berpotensi mengalami banjir.

7. Hong Kong

Potret Pelabuhan Victoria di Hong Kong | FS11/Shutterstock

Berdasarkan temuan Greenpeace, sebanyak 90 ribu orang yang tinggal di Hong Kong berpotensi terkena dampak kenaikan permukaan air laut dan banjir pesisir. Sementara, sekitar 2% dari luas daratan Hong Kong diprediksi berada di bawah permukaan air luat jika banjir 10 tahunan terjadi pada 2030.

Hong Kong terdampak oleh bencana siklon tropis tahunan, yang menyebabkan gelombang badai dan cuaca ekstrem. Tercatat, Hong Kong bagian barat laut, termasuk Cagar Alam Mai Po berada di ketinggian yang sangat rendah dan rentan terhadap kenaikan permukaan laut.

Penulis: Nada Naurah
Editor: Iip M Aditiya

Konten Terkait

Hasil Pilpres AS: Trump Menang di 29 Negara Bagian, Kamala 19

Hasil Pilpres Amerika Serikat menunjukkan bahwa Trump sudah menang di 29 negara bagian dengan memperoleh 294 suara dari dewan pemilih.

Waspada Residu Pestisida dalam Anggur Shine Muscat, Ini Tanggapan Pemerintah

Anggur shine muscat menghebohkan masyarakat Indonesia akibat temuan residu pestisida yang tinggi saat diuji di Thailand. Berikut tanggapan pemerintah.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook