Manusia hidup bergantung pada alam. Tanpa adanya hubungan saling membantu antara makhluk hidup dengan lingkungan sekitarnya, maka keberlanjutan takkan pernah tercapai. Tanpa alam, manusia takkan bisa bertahan hidup. Untuk itulah, masalah lingkungan masih menjadi problem utama di Indonesia.
Rasanya, masih sulit untuk menanamkan kenyataan bahwa masalah lingkungan adalah masalah semua orang. Bukan hanya masalah pemerintah, bukan hanya masalah aktivis lingkungan, bukan hanya masalah orang kaya, melainkan masalah semua orang.
Melansir laporan Ipsos Global Trends edisi Februari 2023, kekhawatiran terkait masalah lingkungan mulai meningkat secara konstan sejak pandemi COVID-19. 80% masyarakat dunia setuju bahwa akan terjadi bencana alam besar kecuali ada perubahan perilaku dari masyarakat terkait masalah lingkungan.
"Namun, terdapat perbedaan yang cukup signifikan antar negara-negara di dunia, mana yang peduli terhadap perubahan iklim dan yang tidak. Dan negara yang orang-orangnya jarang membicarakan masalah lingkungan ini justru menjadi negara yang paling banyak melakukan perubahan," ungkap Ipsos.
Sayangnya, masalah lingkungan tak pernah menjadi prioritas utama masyarakat dunia. Selalu ada masalah lain yang lebih besar dan urgensinya tinggi, COVID-19, krisis ekonomi, dan lain-lain, membuat manusia lama kelamaan melupakan terkait masalah lingkungan ini.
Ipsos turut mengungkapkan bahwa Indonesia merupakan negara yang paling peduli terkait masalah lingkungan. Sebanyak 92% responden setuju dengan pernyataan bahwa apabila tidak ada perubahan kebiasaan, maka akan terjadi bencana alam besar di kemudian hari. Nilai itu jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata global di nilai 80%.
Hal ini menunjukkan bahwa masih ada harapan untuk turut ambil peran dalam menjaga keberlanjutan sumber daya alam. Mayoritas masyarakat Indonesia setuju bahwa masalah lingkungan harus lebih diperhatikan.
Menjelang Pemilu 2024, isu lingkungan menjadi salah satu isu yang disoroti oleh seluruh paslon capres dan cawapres. Program Manager Natural Reseource and Economic Governance, Transparency International Indonesia, Ferdian Yazid, berharap bahwa isu lingkungan yang disuarakan semasa kampanye ini bukan semata-mata hanya untuk kepentingan kampanye saja.
“Misalkan dia sebelum pemilu, bilangnya pro-lingkungan, tapi setelah pemilu ternyata, bahasanya demi mengademkan (mendinginkan) suhu politik, tidak tahunya yang tadi awalnya musuhan pas pemilu, pas pasca-pemilu tiba-tiba malah berkoalisi,” ungkap Ferdian, mengutip VOA Indonesia.
Ke depannya, diharapkan pemimpin yang terpilih bisa merealisasikan agenda-agenda perubahan dan juga perlindungan terhadap lingkungan dan iklim.
Penulis: Agnes Z. Yonatan
Editor: Editor