Keberadaan influencer telah menjadi bagian penting dalam ekosistem digital global, termasuk di Indonesia. Menurut Influencer Marketing Hub, jumlah perusahaan influencer meningkat dari 1.120 unit pada 2019 menjadi 6.939 per 2024.
Indonesia jadi negara dengan jumlah influencer terbanyak pada 2024, dengan estimasi jumlah influencer mencapai 863 ribu, setara dengan 3,6% dari total influencer dunia. Jumlah postingan konten influencer di Indonesia mencapai 3,1 juta sepanjang 2024, jadi yang tertinggi keempat di dunia.
Brasil menduduki peringkat pertama negara dengan jumlah influencer terbanyak pada 2024, dengan estimasi mencapai 3,83 juta, setara 15,8% dari total influencer global. Di posisi kedua ada Amerika Serikat dengan 3,78 juta (15,6%), diikuti India dengan 1,99 juta (8,2%) dan Iran dengan 1,21 juta (5%).
Di bawah Indonesia, ada Turki dengan jumlah influencer mencapai 755 ribu (3,1%). Inggris menyusul di urutan ketujuh dengan total 720 ribu influencer (3%), disusul Italia dengan 653 ribu (2,7%), Jerman dengan 520 ribu (2,1%), dan Prancis dengan 513 ribu (2,1%).
Industri influencer marketing diproyeksi akan terus meningkat, dengan nilai mencapai US$32,55 miliar pada 2025, naik 35,62% dibanding tahun 2024 yang sebesar US$24 miliar. Influencer dipandang sebagai jalur pemasaran ampuh untuk membangun reputasi dan kekuatan brand dalam jangka panjang, serta untuk menjangkau audiens seluas mungkin.
Di Indonesia, populasi anak muda yang besar dan penetrasi internet yang semakin meluas membuat industri influencer berkembang pesat. Pengguna media sosial juga terus bertambah, membuat banyak merek mulai beralih ke influencer sebagai strategi pemasaran strategis. Pengaruh Instagram, TikTok, hingga YouTube semakin kuat di kalangan anak muda, membangun audiens dan memonetisasi kreativitas.
Meski terus meningkat, tidak semua usaha mau merogoh kocek dalam untuk menggunakan jasa influencer. Pada 2024, alokasi budget untuk influencer mencapai 85,8% dari total biaya pemasaran, yang kemudian diprediksi turun menjadi 75,6% pada 2025.
Penggunaan jasa influencer yang efektif dapat membantu meningkatkan penjualan, meski tetap harus disesuaikan dengan target pasar. Tidak semua brand bisa memanfaatkan influencer. Pada 2025 ini, 63,8% perusahaan berencana untuk bekerja sama dengan influencer dalam strategi pemasaran, 26,8% masih belum menentukan, dan 9,4% mengaku tidak akan menggunakan influencer. Keuntungan yang belum jelas dan sulitnya memilih influencer yang tepat masih menjadi tantangan yang dihadapi banyak brand.
Apalagi kini sudah banyak yang memanfaatkan kecerdasan artifisial (AI) untuk memasarkan produknya, yang dinilai jauh lebih murah dan efektif, mengancam keberadaan influencer. Per 2025, 60,2% responden mengaku aktif menggunakan AI untuk optimisasi strategi pemasaran.
Baca Juga: Indonesia Jadi Negara dengan Pengikut Influencer Medsos Terbanyak
Sumber:
https://influencermarketinghub.com/influencer-marketing-benchmark-report/
Penulis: Agnes Z. Yonatan
Editor: Editor