Indonesia Hadapi Ancaman Kepunahan Burung Tertinggi Di Dunia

Indonesia dinobatkan sebagai negara dengan risiko spesies burung terancam punah tertinggi di dunia dengan persentase mencapai 12 persen dari total global 2022.

Indonesia Hadapi Ancaman Kepunahan Burung Tertinggi Di Dunia Kakatua sumba (Cacatua citrinocristata) masuk dalam kategori kritis IUCN/Flickr.com

Organisasi multinasional di bidang konservasi sumber daya alam atau International Union for Conservation of Nature memperkirakan lebih dari 147.500 spesies yang ada di dalam daftar merah dengan lebih dari 41.000 spesies diantaranya terancam punah. Hal ini dijabarkan dalam laporan melalui situs resminya.

Angka ini kemungkinan akan bertambah seiring waktu mengingat masih ada sekitar 28 persen spesies yang belum diteliti oleh IUCN dari jumlah target mencapai 160 ribu spesies. Selain berfungsi untuk menilai temuan baru, laporan daftar merah IUCN juga bertujuan untuk menilai kembali status beberapa spesies yang sudah ada. Misalnya, mengukur peningkatan spesies (downlisting) pada skala kategori daftar merah karena upaya konservasi.

Dari temuan IUCN pada tahun 2022, spesies amfibi memiliki potensi kepunahan terbesar dengan persentase mencapai 41 persen dari jumlah spesies yang diteliti. Diikuti oleh spesies hiu dan pari sebesar 38 persen, lalu tumbuhan runjung (conifers) yang mencapai 34 persen. Di posisi keempat ada tumbuhan koral sebesar 33 persen. Selanjutnya ada spesies mamalia yang mencapai 27 persen serta spesies burung sebesar 13 persen.

Tingkat ancaman kepunahan spesies fauna dan flora menurut IUCN | Goodstats

Meskipun menjadi spesies dengan tingkat ancaman kepunahan terendah dibanding persentase spesies lain yang diteliti, namun angka ini semestinya dapat menyita perhatian terhadap tingginya risiko kepunahan burung di seluruh dunia. Mirisnya, Indonesia bahkan dinobatkan sebagai negara yang mengalami ancaman kepunahan burung tertinggi di dunia pada tahun 2022.

Tingkat ancaman kepunahan burung di Indonesia 2022

Melansir Burung Indonesia, spesies burung di Indonesia dari tahun ke tahun kian mengalami kenaikan. Hingga awal tahun 2022, total burung di Indonesia sudah mencapai 1818 spesies. Ini terjadi karena adanya penggabungan dan pemisahan spesies burung.

Sejalan dengan meningkatnya spesies burung, sayangnya Indonesia mengalami risiko tertinggi terhadap kepunahan burung di dunia. Menurut laporan dari BirdLife International dan IUCN, tingkat kepunahan spesies burung di Indonesia mencapai 12 persen dari keseluruhan burung terancam punah di dunia.

Achmad Ridha Junaid selaku Biodiversity Officer Burung Indonesia menyebutkan bahwa terdapat sebanyak 177 spesies burung yang masuk kategori terancam punah pada 2022. Rinciannya terdiri dari 96 spesies kategori rentan (Vulnerable/VU), 51 spesies kategori genting (Endangered/EN), serta 30 spesies kategori kritis (Critically Endangered/CR).

Adapun, salah satu spesies burung yang masuk dalam kategori kritis berdasarkan laporan Burung Indonesia adalah kakatua sumba (Cacatua citrinocristata). Spesies ini merupakan hasil pemecahan dari kakatua kecil jambul kuning yang berstatus kritis.

“Tiap tahunnya, BirdLife International dan IUCN melakukan kajian ulang status keterancaman sejumlah spesies menanggapi perubahan tingkat ancaman, perubahan populasi, revisi taksonomi, maupun adanya data-data terbaru terkait spesies yang dikaji,” jelas Achmad Ridha.

Selain itu, Burung Indonesia juga mengungkap tiga spesies lain yang mengalami peningkatan status keterancaman, diantaranya maleo senkawor (Macrocephalon maleo), puyuh sengayan (Rollulus rouloul), dan pergam hijau (Ducula aenea).

Diketahui terdapat dua pertiga tempat peneluran maleo senkawor yang sudah tidak lagi dikunjungi oleh individu dewasa dalam tiga generasi terakhir. Ini mengindikasikan adanya penurunan populasi spesies burung ini.

“Hutan dataran rendah yang terus berkurang di dalam area persebarannya membuat maleo senkawor semakin terancam terhadap kepunahan, kini statusnya kritis,” ungkap Ridha.

Populasi burung puyuh sengayan diperkirakan telah menurun sebanyak 30 persen dalam tiga generasi terakhir akibat kehilangan habitat dan aktivitas perburuan liar. Puyuh sengayan kini masuk salah satu daftar spesies kategori terancam punah global dalam status rentan. Sementara, pergam hijau masuk dalam kategori mendekati terancam (Near Threatened/NT) karena populasinya yang kini semakin mengkhawatirkan.

Adanya penambahan spesies burung di Indonesia

Keanekaragaman burung di Indonesia sendiri terus mengalami perubahan dari waktu ke waktu seiring berkembangnya ilmu pengetahuan. Sejak awal tahun 2021 hingga awal 2022, terdapat penambahan spesies burung sebanyak delapan spesies. Tiga diantaranya berasal dari pemaparan spesies baru, dua berasal dari catatan perjumpaan baru untuk Indonesia, dan tiga sisanya merupakan penambahan atas revisi pada taksonomi burung.

Tiga spesies yang baru dideskripsikan antara lain, sikatan kadayang (Cyornis kadayangensis), kacamata meratus (Zosterops meratusensis), serta burungbuah satin (Melanocharis citreola). Sikatan kadayang dan kacamata meratus merupakan dua spesies burung yang ada di Pulau Kalimantan. Habitat kedua burung ini diperkirakan hanya berada di Pegunungan Meratus di atas ketinggian 1.000 mdpl.

“Meskipun keduanya disebutkan hadir cukup melimpah secara lokal, namun hilangnya habitat yang berkelanjutan dan perburuan mengancam populasi mereka di alam. Maka dari itu, peneliti yang mendeskripsikan kedua spesies tersebut mengusulkan agar keduanya dikategorikan sebagai spesies terancam punah dalam kategori rentan,” kata Ridha.

Sementara itu, penambahan dua spesies baru adalah kancilan ekor-hitam (Pachycephala melanura) dan tepus-permata mahkota (Ptilorrha geislerorum). Kedua burung ini dilaporkan memiliki persebaran utama di luar batas Indonesia. Namun, hasil pengamatan terbaru menunjukkan bahwa keduanya juga tersebar di tanah air.

Kancilan ekor-hitam memiliki persebaran utama di Australia dan Papua Nugini. Adapun, kehadiran jenis burung ini di Indonesia terkonfirmasi melalui pengamatan platform Sains Warga (e-Bird) dengan lokasi pengamatan yang berada di Pulau Komolom, Papua Barat. Sedangkan, tepus-permata mahkota sebelumnya diketahui hanya di wilayah Papua Nugini. Namun, ternyata juga ditemukan di Pulau Yapen, Papua.

Selanjutnya, tiga spesies yang merupakan revisi klasifikasi atau taksonomi burung meliputi kangkok ranting (Cuculus optatus), sikatan tanajampea (Cyornis djampeanus), serta kakatua sumba (Cacatua sulpurea citrinocristata). Ketiga spesies ini menambah daftar spesies burung di Indonesia setelah mendapat predikat sebagai spesies utuh.

Penulis: Nada Naurah
Editor: Iip M Aditiya

Konten Terkait

Survei Intage: Orang Indonesia Rata-Rata Habiskan Rp1,41 Juta Sebulan buat Si "Anabul"

Intage Group lakukan survei untuk menangkap pola pasar dan tren kepemilikan hewan peliharaan di 4 negara, termasuk Indonesia pada 2023 lalu.

Platform Belanja Online yang Paling Disukai Masyarakat saat Ramadan

Fenomena belanja online selama Ramadan tidak hanya menjadi sebuah tren, tetapi juga mencerminkan keberagaman dan keunikan preferensi konsumen di era digital.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

Dengan melakukan pendaftaran akun, saya menyetujui Aturan dan Kebijakan di GoodStats

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook
Student Diplomat Mobile
X