Kusta merupakan penyakit yang sering menyerang kulit dan jaringan saraf perifer. Penyakit ini disebabkan oleh Mycobacterium leprae, yang tidak hanya menyerang kulit namun juga menyerang mata dan selaput bagian dalam hidung. Kusta juga sebenarnya bisa ditularkan lewat udara ketika pengidapnya bersin atau batuk. Bakteri penyebab kusta dapat hidup beberapa hari di udara. Meski begitu, kusta sejatinya bukan penyakit yang mudah menular. Waktu inkubasinya juga cukup beragam, antara 40 hari hingga 40 tahun.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat terdapat 17.251 kasus kusta di Indonesia sepanjang tahun 2023. Jumlah tersebut meningkat dari tahun 2022 yang sebanyak 14.821 kasus. 90% kasus kusta termasuk tipe multibasiler, dan 8,2% menyerang anak-anak.
Lebih lanjut, 5,7% penderita kusta mengalami disabilitas tingkat 2. Hal ini membuktikan bahwa penularan kusta masih belum ditangani dengan baik di Indonesia. Bahkan di tahun 2022 lalu, Indonesia sempat menjadi negara dengan kasus kusta terbanyak ke-3 di dunia, dengan total 12.612 kasus baru.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Imran Pambudi mengungkapkan, urutan pertama negara dengan kasus kusta terbanyak dipegang oleh India, kemudian disusul oleh Brasil. Apabila ditotalkan, ketiga negara ini menyumbangkan hampir 80% dari total kasus kusta di dunia.
Penyakit kusta bisa disembuhkan dengan menggunakan antibiotik. Namun begitu, pasiennya tidak bisa sembuh total. Bagian tubuh yang sudah rusak akibat bakteri penyebab kusta tersebut tidak akan bisa sembuh secara permanen.
Sementara itu, Kemenkes juga mencatat angka prevalensi kusta nasional mencapai 0,62 kasus per 10.000 penduduk.
Imran menambahkan bahwa prevalensi kusta tertinggi pada tahun 2023 terjadi di Indonesia Timur. Dipimpin oleh Papua Barat dengan angka prevalensi sebesar 13,6 kasus per 10.000 penduduk. Nilai itu 22 kali lipat lebih tinggi dibandingkan rata-rata prevalensi nasional. Papua menyusul dengan prevalensi sebesar 10,77 kasus per 10.000 penduduk. Di urutan ketiga ada Papua Barat Daya dengan 8,2 kasus per 10.000 penduduk.
Kemenkes sendiri menargetkan angka prevalensi kusta menjadi lebih kecil dari 1 kasus per 10.000 penduduk. Irman lebih lanjut menambahkan akan fokus ke daerah-daerah di Indonesia Timur.
"Provinsinya paling banyak di daerah Papua umumnya masih tinggi kasusnya, kemudian di daerah Sulawesi Barat, dan Gorontalo, masih lumayan," ujarnya pada acara konferensi pers di kantor Kemenkes RI, Selasa (5/3/2024), mengutip Detik.
Stigma negatif yang menyelimuti penyakit kusta juga sempat disuarakan oleh Imran. Ia menyayangkan pandangan masyarakat yang menganggap kusta sebagai penyakit kutukan yang mengerikan. Bahkan beberapa pasiennya ada yang dipasung dan diasingkan.
Penulis: Agnes Z. Yonatan
Editor: Iip M Aditiya