Ramadan kali ini sangat kelam bagi warga Palestina, karena berada di tengah agresi Israel. Dilansir dari CNNIndonesia.com, serangan jatuh di Kota Rafah menjelang Ramadan kemarin.
“Ramadan tahun ini akan menyedihkan karena perang,” ungkap Diab Al Zaza, salah seorang warga Gaza, Palestina.
Sejak agresi Israel ke Palestina pada 7 Oktober 2023, diperkirakan lebih dari 31.000 warga Palestina meninggal dunia. Tak hanya itu, ribuan orang mengalami kelaparan. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan tingkat kelaparan di Gaza sudah mencapai 100%.
Pemerintah Indonesia sudah mengambil sikap untuk mengecam kekerasan yang terjadi di Palestina. Kekerasan tersebut telah melanggar hukum humaniter internasional.
“Indonesia mengecam keras tindak kekerasan yang terjadi di Gaza karena telah mengakibatkan penderitaan dan semakin banyaknya korban sipil, termasuk perempuan dan anak, Indonesia juga mengutuk serangan Israel terhadap Rumah Sakit Al-Ahli,” tutur Presiden Joko Widodo dalam situs Kementerian Sekretariat Negara.
Berdasarkan Global Peace Index (GPI) 2023, tingkat kedamaian Palestina menduduki peringkat ke 134 dengan skor 2583. Tak hanya di Palestina, pertempuran juga terjadi di Sudan, yang bermula sebelum pemberontakan pada 2019 lalu.
Pertempuran tersebut adalah pertempuran saudara antara pasukan militer Sudan di bawah komando Abdel Fattah al-Burhan dan pasukan paramiliter Rapid Support Forces di bawah komando Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo.
Pertempuran itu terjadi karena adanya pro-kontra pengembalian nilai demokrasi negara dari tangan militer. Akibatnya, negara di sekitar Sudan ikut terdampak konflik. Beberapa negara pun ingin mendapat pengaruh di negara tersebut.
Dari catatan GPI 2023, kedamaian dunia secara rata-rata hanya meningkat 0,42%. Meningkatnya kedamaian terjadi di 84 negara dan di 79 negara lainnya kedamaian justru memburuk.
Afghanistan masih memiliki indeks kedamaian terendah dengan skor 3448. Di bawah kekuasaan Taliban, sejumlah aturan yang dinilai kejam telah membatasi para warga, terutama perempuan dan anak-anak.
Dikutip dari dw.com, aturan tersebut diantaranya membatasi partisipasi politik perempuan dan anak, membatasi akses pendidikan, pasar tenaga kerja, bahkan akses untuk bergerak.
Salah seorang warga Afghanistan, Khushal Asefi, telah meninggalkan negaranya sejak Taliban mengambil alih.
“Masyarakat Afghanistan mengalami demoralisasi dan kelelahan. Perekonomian menurun dan lebih dari 20 juta orang hidup di bawah garis kemiskinan. Para warga berjuang keras untuk bertahan hidup,” jelas Asefi, yang juga seorang jurnalis dan mantan Direktur Pelaksana Ariana Radio & Television.
Dari aspek keamanan dan keselamatan, Afghanistan menjadi negara dengan kondisi terburuk, skornya mencapai 4136. Keadaan ini disusul Yaman dengan skor 3,900. Kemudian posisi ketiga adalah Suriah dengan skor 3842, Sudan Selatan dengan skor 3835, dan Rep. Demokratis Kongo dengan skor 3749.
Sementara itu, dari aspek konflik yang sedang berlangsung, skor Yaman menjadi yang tertinggi, yaitu 3486. Ukraina, Suriah, Rusia, dan Afghanistan juga mengisi skor-skor tertinggi pada aspek ini.
Keadaan berbalik di Islandia, Mauritius, Singapura, Uruguay, dan Malaysia di mana keberlangsungan konflik hanya berada di rentang skor 1000-1005.
Dari ketiga aspek kunci GPI 2023 ini, keberlangsungan konflik menjadi satu-satunya yang mengalami penurunan. Sejak 2008 hingga 2023, penurunan ini terjadi dalam 14%.
Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri bahwa konflik ini berakibat pada kematian warga, salah satu yang tertinggi adalah kematian akibat perang sipil di Suriah pada 2014 silam.
Angka kematian tersebut juga sempat kembali meningkat akibat adanya perang di Afghanistan, Irak, Nigeria, dan Rep. Afrika Tengah. Bersamaan dengan itu, konflik eksternal dan intensitas konflik internal juga terus mengalami peningkatan.
Aspek militerisasi masih didominasi negara Israel, Rusia, Amerika Serikat, Korea Utara, dan Prancis. Islandia dan Malaysia kembali hanya memiliki skor rendah, bersama Hungaria, Portugal, dan Slovenia.
Di tengah kedamaian yang mengancam beberapa negara, Islandia masih bertengger di posisi teratas dengan skor 1124. Sementara itu, Indonesia berada di posisi ke-53 tepat di bawah Senegal, dengan skor 1829.
Apabila dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, Indonesia berada di peringkat ke-6. Kondisi paling parah dialami Myanmar dengan skor 2741.
Penulis: Ajeng Dwita Ayuningtyas
Editor: Editor