Digitalisasi merupakan salah satu pilar yang diperlukan untuk tetap bertahan di tengah ketidakpastian global. Berkaitan dengan ini, pemerintah Indonesia terus mendorong pengembangan ekonomi digital, terlebih persebarannya di seluruh wilayah di Indonesia.
Mengutip laporan East Ventures (EV) bertajuk Digital Competitiveness Index 2023: Equitable Digital Nation teranyar, pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya telah berupaya dalam membantu masyarakat di tiap daerah. Misalnya, upaya digitalisasi pada UMKM membuat penetrasi internet pada kegiatan distribusi, promosi, dan pemanfaatan e-commerce meningkat.
Adapun, upaya untuk meningkatkan penetrasi internet merupakan prasyarat utama untuk menjadikan faktor demografi menjadi penggerak pertumbuhan digital ekonomi Indonesia. Menurut laporan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), tingkat adopsi internet di Indonesia menunjukkan tren positif secara konsisten dari tahun ke tahun.
Tercatat, sekitar 78,19% masyarakat Indonesia atau sebanyak 216,53 juta orang telah menjadi pengguna internet pada rentang tahun 2022-2023. Angka tersebut meningkat dibanding periode tahun 2021-2022, yakni sebesar 77,02%.
"Pada tahun ini, ada peningkatan menjadi 78,19% untuk penetrasi pengguna internet di Indonesia," ungkap Ketua Umum APJII Muhammad Arif dalam acara perilisan di Jakarta, dikutip dari Antaranews.
Lantas, bagaimana persebaran digitalisasi di Indonesia? Daerah mana yang memiliki skor indeks daya saing digital tertinggi? Berikut selengkapnya.
DKI Jakarta Jadi Wilayah dengan daya saing digital tertinggi
Nilai ekonomi digital Indonesia diproyeksikan telah mencapai US$77 miliar pada 2022 lalu. Ini diprediksi akan terus mengalami pertumbuhan hingga mencapai US$220 – 360 miliar di tahun 2030 mendatang.
Berdasarkan laporan, indeks daya saing digital nasional secara umum meningkat selama empat tahun berturut-turut dengan skor median sebesar 38,5 poin pada tahun 2023. Sementara, pada tahun 2022 skornya tercatat sebesar 35,2. Peningkatan skor median tersebut menunjukkan adanya perbaikan daya saing digital di provinsi peringkat menengah ke bawah.
“Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, spread atau jarak nilai terbesar dan terkecil meningkat menjadi 53,2 karena pemekaran Provinsi Papua dan Papua Barat,” tulis EV dalam laporannya.
Sementara, peringkat teratas indeks daya saing digital antar provinsi di Indonesia terlihat masih didominasi oleh provinsi di Pulau Jawa. Kemudian, posisi tengah umumnya ditempati oleh provinsi dari Pulau Sumatera dan Kalimantan. Sedangkan, posisi terbawah masih didominasi oleh provinsi dari wilayah Timur.
Menurut laporan EV, DKI Jakarta merupakan daerah dengan daya saing digital tertinggi di Indonesia. Skornya mencapai 76,6 di tahun 2023, meningkat dari tahun sebelumnya yang mencetak skor 73,2 pada 2022.
DKI Jakarta mendapatkan skor tertinggi dalam indikator kewirausahaan dan produktivitas, yaitu 100 poin. Selain itu, wilayah tersebut juga mencetak skor luar biasa pada indikator infrastruktur dengan skor nyaris sempurna, yakni 98,2 poin.
Sayangnya, Jakarta masih rendah dalam indikator kapasitas pemerintah daerah dan regulasi dengan skor sebesar 37,4 poin pada tahun 2023. Adapun, indikator ini ditinjau berdasarkan pertumbuhan angka harapan hidup, angka partisipasi kasar SMA/SMK dan perguruan tinggi, serta penurunan angka kemiskinan yang belum menyeluruh.
Sementara, Jambi menjadi provinsi dengan tingkat pertumbuhan skor daya saing digital paling tinggi. Tercatat, skornya sebesar 31,9 pada tahun 2022, lalu naik menjadi 39,8 di tahun 2023. Capaian tersebut membawa Jambi menduduki peringkat ke-14 setelah Provinsi Kalimantan Selatan, dari tahun sebelumnya yang berada di posisi ke-30.
Penurunan signifikan terjadi di Provinsi Sulawesi Tenggara, yang mencatatkan skor 35,7 pada 2023, dari skor 36,1 di tahun 2022. Peringkat provinsi lainnya di Pulau Sulawesi juga tercatat menurun dan beberapa diikuti oleh penurunan skor.
“Hal ini terjadi karena pertumbuhan digitalisasi di Sulawesi tidak sebesar pertumbuhan di provinsi lain di Indonesia,” ungkap laporan EV.
Daya saing digital provinsi Indonesia berdasarkan tiga sub-indeks
Daya saing digital provinsi Indonesia dapat dilihat berdasarkan tiga sub-indeks input, output, dan penunjang. Secara umum, skor ketiga sub-indeks tersebut meningkat di tahun 2023 dengan kenaikan tertinggi terjadi pada sub-indeks penunjang.
Mengutip EV, sub-indeks penunjang menilai aspek pendukung perkembangan ekonomi digital daerah, seperti infrastruktur, keuangan, serta kapasitas pemerintah daerah. Pilar keuangan meningkat seiring dengan berkembangnya adopsi e-wallet sebagai metode pembayaran di beberapa provinsi secara signifikan.
E-wallet menjadi metode pembayaran yang paling banyak digunakan di Indonesia dengan persentase sebesar 81% pada tahun 2023. Diikuti oleh virtual account dengan 60%. Selain itu, ada juga metode transfer bank dan cash/COD (cash on delivery) dengan persentase masing-masing mencapai 55%.
Sementara, sub-indeks input menilai ekonomi digital berdasarkan sisi kesiapan sumber daya manusia, tingkat penggunaan teknologi digital, dan pengeluaran terkait teknologi digital. Termasuk pengeluaran pribadi maupun biaya yang dikeluarkan untuk mempekerjakan karyawan.
Dari segi skor, median sub-indeks meningkat dari 3,2 poin menjadi 40,1 poin. Kenaikan itu dipengaruhi oleh skor ketiga pilar di dalamnya yang juga meningkat. Kenaikan terbesar didominasi oleh pilar penggunaan TIK seiring dengan meningkatnya skor indikator rasio penduduk yang memiliki ponsel sebesar 13,9 dan rasio penduduk yang memiliki akses internet sebesar 17,8.
“Kenaikan pilar penggunaan TIK juga turut berdampak pada meningkatnya pilar pengeluaran untuk TIK. Rata-rata pengeluaran rumah tangga untuk keperluan TIK seperti membeli pulsa dan kuota internet meningkat. Selain itu, upah karyawan TIK per kapitanya turut membaik,” tulis EV.
Sedangkan, sub-indeks output mengukur perkembangan digitalisasi terhadap perekonomian, tingkat kewirausahaan, dan produktivitas serta kondisi ketenagakerjaan sektor yang terpengaruh digitalisasi di Indonesia. Di antara dua sub-indeks lainnya, sub-indeks output memiliki kenaikan terkecil, yakni 0,3 poin menjadi 31,2 pada tahun 2023.
Penulis: Nada Naurah
Editor: Iip M Aditiya