Teknologi saat ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan anak muda di era modern. Survei menunjukkan bahwa 90,8% anak muda di Indonesia menggunakan media sosial setiap hari. Fakta ini menciptakan pertanyaan penting: apakah penggunaan media sosial lebih bersifat hiburan atau justru menjadi beban bagi kesehatan mental mereka?
Survei bertajuk Dampak Media Sosial Terhadap Kesehatan Mental Anak Muda 2024 berlangsung pada 25 Oktober hingga 11 November 2024. Survei ini merupakan tugas akhir dalam program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) GNFI batch 7 dengan topik Applied Data Analyst & Visualization for Digital Journalism.
Pengumpulan data dilakukan secara online melalui Google Form yang disebarkan kepada 207 responden anak muda berusia 18-24 tahun yang aktif menggunakan media sosial. Hasilnya, sebagian besar responden mengakui terhubung dengan berbagai platform media sosial untuk keperluan hiburan, koneksi sosial, dan akses informasi.
Meskipun media sosial menawarkan manfaat seperti memperkuat hubungan dengan teman dan keluarga, ada juga risiko yang perlu diperhatikan. Penggunaan yang berlebihan dapat memicu kecemasan, perbandingan sosial, dan dampak negatif terhadap kesehatan mental.
Sebanyak 57,7% responden mengaku menggunakan media sosial selama lebih dari 4 jam per harinya, sementara 29% lainnya hanya menggunakan media sosial selama 2-4 jam per hari. Menariknya, sekitar 13% responden mengakui hanya menggunakan media sosial selama 1-2 jam per hari, sedangkan 5,3% responden tercatat menggunakan media sosial kurang dari 1 jam per hari.
Instagram terpilih menjadi media sosial yang paling banyak digunakan di Indonesia dengan persentase penggunaan mencapai 82,6%. Selain Instagram, platform lain yang juga populer di kalangan anak muda adalah TikTok (74,4%), Twitter (X) (31,9%), Facebook (17,4%), dan berbagai media sosial lainnya dengan raihan 15,5%.
Dampak Negatif Media Sosial
Walaupun media sosial menawarkan beragam manfaat, tidak dapat dipungkiri bahwa ada dampak negatif yang signifikan yang dirasakan oleh pemakainya. Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat memunculkan sederet efek negatif yang memengaruhi aktivitas dan produktivitas sehari-hari.
Salah satu dampak negatif dari penggunaan media sosial yang paling mencolok adalah munculnya kecemasan. Survei menunjukkan bahwa 68,6% responden mengaku kadang-kadang merasa cemas ketika menggunakan media sosial.
Kecemasan ini sering kali disebabkan oleh perasaan tertekan untuk selalu terlihat baik dan diterima oleh orang lain. Kecemasan muncul ketika mereka melihat unggahan teman atau kerabat yang membagikan momen bahagia atau pencapaian yang mengesankan. Hal ini lantas mendorong pikiran-pikiran negatif, membuat diri sendiri seolah jauh lebih buruk dibanding orang lain.
Responden yang merasa terjebak dalam siklus seperti ini sering merasa depresi dan cenderung mengisolasi diri dari lingkungan luar. Mereka kehilangan rasa percaya diri dan kebahagiaan yang seharusnya didapatkan dari interaksi sosial yang positif. Ketika anak muda merasa tidak cukup baik, mereka mungkin menghindari interaksi sosial dan menghabiskan lebih banyak waktu di media sosial. Siklus ini hanya akan memperburuk perasaan cemas dan terasing.
Hasil survei ini menunjukkan bahwa penggunaan media sosial di kalangan anak muda Indonesia memiliki dua sisi yang saling berlawanan. Di satu sisi, media sosial menjadi hiburan, penghubung, dan pembuka akses informasi yang dibutuhkan anak muda. Namun di sisi lain, penggunaan media sosial berlebihan dapat mengakibatkan gangguan kesehatan mental seperti kecemasan.
Dengan memahami dampak negatif ini, masyarakat dapat lebih jelas melihat bagaimana pemakaian media sosial menjadi beban bagi kesehatan mental anak muda. Melalui kesadaran akan dampak negatif yang ditimbulkan, masyarakat dapat mengambil langkah-langkah untuk menjaga lebih kesehatan mental dan memanfaatkan media sosial secara positif, tanpa terjebak perbandingan yang merugikan.
Mari bersama-sama lebih bijak dalam berinteraksi di dunia digital, sehingga anak muda dapat menikmati manfaat media sosial tanpa terjebak dalam suasana emosional yang merugikan diri mereka sendiri.
Baca Juga: Media Sosial Jadi Media Informasi Utama Masyarakat Indonesia
Penulis: Angel Gavrila
Editor: Editor