Hari Waspada Cacing 2024: Infeksi Cacing Masih Menjajah Indonesia

Jumlah kasus penyakit infeksi cacing di Indonesia masih cukup tinggi. Bahkan, kasus kaki gajah melebihi 8.000 kejadian di 2022. Masyarakat harus lebih waspada.

Hari Waspada Cacing 2024: Infeksi Cacing Masih Menjajah Indonesia Ilustrasi Cacing | Shutterstock

Hari Waspada Cacing diperingatkan pada tanggal 23 Juli setiap tahunnya. Peringatan ini bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat Indonesia terkait bahaya infeksi cacing. 

Sebagai negara dengan iklim tropis hangat, Indonesia sangat rawan dengan infeksi cacing. Ditambah lagi akses terhadap pelayanan kesehatan yang tidak merata, berbagai wilayah di Indonesia diperkirakan masih mengalami infeksi cacing. 

Hari Waspada Cacing sendiri pertama kali dirayakan pada tahun 2010 silam. Hasil survei saat itu menyatakan bahwa sebanyak 30% anak Indonesia menderita penyakit infeksi cacing. Jumlah tersebut termasuk salah satu yang tertinggi di kawasan Asia Tenggara.

Infeksi Cacing di Indonesia

Terdapat empat jenis infeksi cacing yang banyak terjadi di Indonesia, mulai dari filariasis, taeniasis, schistosomiasis, dan penyakit cacing tanah.

1. Filariasis

Filariasis (kaki gajah) merupakan salah satu jenis infeksi cacing yang paling banyak ditemukan di Indonesia. 65% kasus kaki gajah ditemukan di Asia Tenggara. Bahkan, kasus kaki gajah ini selalu ditemukan di setiap provinsi di tanah air.

Daftar provinsi dengan kasus kaki gajah terbanyak di Indonesia.
Daftar provinsi dengan kasus kaki gajah terbanyak di Indonesia, Papua memimpin | GoodStats

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebutkan jumlah penderita kaki gajah mencapai 8.635 pada tahun 2022 lalu.

“Kasus filariasis yang tercatat (pada tahun 2022) sebanyak 8.635 orang. Kami ada datanya by name by address,” ungkap Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Imran Pambudi, mengutip Suara Surabaya,

Lebih lanjut, dari total 236 kabupaten/kota yang menjadi daerah endemis filariasis di Indonesia, baru 32 kabupaten/kota yang memiliki sertifikasi eliminasi filariasis. Artinya, masih ada 178 kabupaten/kota yang menjadi daerah rawan kaki gajah.

Infeksi cacing satu ini tidak dapat dipandang sebelah mata. Secara global, terdapat satu miliar orang yang tinggal di 72 negara endemis filariasis, dan 120 juta di antaranya telah terinfeksi kaki gajah. Bahkan, jumlah yang mengalami cacat mencapai 36 juta jiwa.

World Health Organization (WHO) menetapkan target untuk menurunkan kasus kaki gajah di Indonesia hingga tahun 2020, meski targetnya tidak tercapai. Kini, WHO berupaya untuk menurunkan jumlah kasus kaki gajah di negara endemis filariasis hingga 80% sebelum 2030.

2. Taeniasis dan Sistiserkosis

Penyakit infeksi cacing yang terjadi di Indonesia berikutnya adalah taeniasis dan sistiserkosis. Taeniasis dan sistiserkosis adalah infeksi yang diakibatkan cacing pita. Jenis-jenis cacing pita yang banyak ditemukan di Indonesia adalah Taenia saginata dari daging sapi, Taenia solium dari daging babi, dan Diphyllobothrium latum dari ikan.

Di Indonesia, kasus infeksi cacing taeniasis dan sistiserkosis cukup jarang terjadi. Kebiasaan masyarakat Indonesia yang enggan mengonsumsi daging mentah membuatnya terlepas dari risiko infeksi cacing taeniasis dan sistiserkosis.

Meski begitu, kasus infeksi cacing ini masih ditemui di Sumatra Utara, Lampung, Jakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi, hingga Bali dan Papua.

Infeksi cacing taeniasis dan sistiserkosis kebanyakan disebabkan oleh kebersihan lingkungan yang kurang diperhatikan dan adat istiadat di daerah setempat yang mewajibkan konsumsi daging babi atau sapi dalam keadaan setengah matang. Perlu adanya edukasi dan sosialisasi untuk mencegah infeksi cacing pita ini.

3. Schistosomiasis

Penyakit cacing lainnya yang turut ditemukan di Indonesia adalah dari cacing parasit schistosomiasis. Cacing ini hidup di air dan karenanya, penduduk yang sering minum air kotor dari lembah maupun sungai berisiko tinggi terkena infeksi cacing ini. 

Infeksi cacing schistosomiasis banyak ditemukan di Lembah Lindu, Lembah Napu, dan Lembah Bada di Sulawesi Tengah. 

4. Infeksi Cacing Tanah

Infeksi cacing terakhir yang ditemukan di sejumlah wilayah di Indonesia adalah infeksi cacing tanah. Sesuai dengan namanya, infeksi ini disebabkan oleh kelompok cacing yang hidup di tanah, bahkan penularannya juga melalui tanah. Cacing tersebut antara lain cacing gelang dan cacing cambuk.

Hingga saat ini, secara global terdapat 1,45 miliar penderita infeksi cacing ini, 70% berada di Asia. Di Indonesia, infeksi cacing ini cenderung ditemukan di daerah pedesaan, terutama anak-anak. Nusa Tenggara Timur menjadi salah satu provinsi paling rawan infeksi cacing ini.

Siasat Tanggulangi Penyakit Infeksi Cacing

Melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 15 Tahun 2017 tentang Penanggulangan Cacingan, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah cacingan.

  1. Pemberian obat pencegahan massal pada anak usia prasekolah dan sekolah.
  2. Perbaikan kualitas air dan lingkungan bersih.
  3. Sosialisasi perilaku hidup bersih dan sehat.

Adapun pemberian obat cacingan dilakukan sebagai berikut.

  1. Apabila prevalensi tinggi (di atas 50%), obat diberikan dua kali per tahun.
  2. Apabila prevalensi sedang (20-30%), maka obat diberikan satu kali per tahun.

Itulah dia beberapa penyakit infeksi cacing serta cara pencegahan yang dapat dilakukan. Di Hari Waspada Cacing ini, selalu waspada terhadap makanan yang masuk ke dalam tubuh dan jaga terus kebersihan diri. 

Meski infeksi cacing tidak sampai membahayakan nyawa, penyakit cacing tetap berbahaya bagi kesehatan karena dapat menyebabkan gangguan saluran pencernaan, infeksi saluran kemih, hingga peradangan pada vagina wanita.

Baca Juga: Penduduk Indonesia yang Mengeluh Sakit Terus Menurun dalam 5 Tahun Terakhir

Penulis: Agnes Z. Yonatan
Editor: Editor

Konten Terkait

Apa Saja Sektor yang Perlu Diprioritaskan oleh Pemerintah Prabowo-Gibran?

Dengan kebersamaan dan kolaborasi, pemerintah diharapkan mampu memastikan setiap kebijakan berdampak langsung pada peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Dominasi Mahyeldi-Vasko pada Survei Elektabilitas Pilkada Sumatra Barat 2024

Elektabilitas Mahyeldi-Vasko memiliki selisih yang cukup tinggi dibandingan pasangan calon Epyardi-Ekos.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook