Energi merupakan fondasi utama dalam kehidupan sehari-hari, digunakan untuk berbagai keperluan seperti bekerja, belajar, dan masih banyak lagi. Energi menjadi pendorong di balik segala aktivitas manusia. Tanpa adanya energi, peradaban manusia tidak akan berkembang seperti saat ini. Energi tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti penerangan dan pemanasan, tetapi juga berperan penting dalam sektor industri, transportasi, komunikasi, dan berbagai bidang lainnya.
Saat ini, dunia masih sangat bergantung pada sumber energi tak terbarukan, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam. Sesuai namanya, sumber energi ini bisa habis suatu saat nanti dan cenderung berdampak buruk bagi bumi. Alternatif yang lebih baik adalah dengan beralih ke energi terbarukan. Lalu, apa itu energi terbarukan?
Energi terbarukan adalah sumber energi yang berasal dari sumber daya alam yang tidak terbatas atau dapat diperbarui, seperti sinar matahari, angin, air, dan biomassa. Contoh penggunaan energi terbarukan di rumah tangga adalah panel surya untuk menghasilkan listrik, kompor gas dari biogas, pemanas air tenaga matahari, dan masih banyak lagi. Pengelolaan energi terbarukan biasanya menghasilkan jejak karbon yang lebih sedikit. Oleh karena itu, energi terbarukan bisa dijadikan pijakan dalam pembangunan berkelanjutan.
Sebagai bagian dari tugas akhir program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) Batch 7 di PT. Garuda Nyala Fajar Indonesia dengan topik Applied Data Analyst and Visualization for Digital Journalism, telah dilakukan survei bertajuk Perilaku Konsumsi Energi Terbarukan oleh Rumah Tangga 2024.
Survei ini dilaksanakan secara online menggunakan Google Form pada 25 Oktober hingga 12 November 2024 dengan melibatkan 212 responden, di mana 93,39% berasal dari Pulau Jawa dan sisanya dari luar Pulau Jawa. Tujuan survei ini adalah untuk mengumpulkan data terkait perilaku konsumsi energi terbarukan di kalangan rumah tangga di Indonesia.
Pemahaman Tinggi, Implementasi Rendah
Hasil survei menunjukkan bahwa pemahaman masyarakat mengenai energi terbarukan cukup tinggi, sekitar 83,1% responden menyatakan telah mengetahui konsep energi terbarukan. Namun, implementasinya masih relatif rendah, di mana hanya 25,94% responden yang telah menggunakan energi terbarukan di rumah tangga mereka, sedangkan 74,06% responden lainnya belum mengadopsi teknologi energi terbarukan.
Rendahnya tingkat adopsi energi terbarukan pada rumah tangga dapat dikaitkan dengan beberapa faktor. Sebanyak 34,43% responden menyatakan adanya kendala biaya, 33,49% responden menyatakan kurang informasi, kemudian 21,23% responden menyatakan infrastrukturnya terbatas, serta 4,25% responden mengungkapkan ketidakpercayaannya terhadap teknologi.
Terdapat perbedaan yang cukup signifikan dalam kesediaan masyarakat untuk beralih ke energi terbarukan. Sebanyak 50% responden mengaku belum memiliki informasi yang cukup untuk memutuskan apakah mereka bersedia membayar lebih mahal untuk mengadopsi energi terbarukan. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan informasi mengenai manfaat dan biaya energi terbarukan.
Sementara itu, 27,36% lainnya bersedia membayar lebih mahal, yang menunjukkan kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan. Di sisi lain, 22,64% responden menyatakan tidak bersedia membayar lebih mahal untuk mengadopsi energi terbarukan.
Mengapa Warga Indonesia Mau Beralih ke Energi Terbarukan?
Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi keputusan responden untuk beralih ke energi terbarukan. Faktor paling dominan adalah keuntungan lingkungan, yang mencakup 27,83% responden, diikuti oleh efisiensi energi sebesar 25%, serta dukungan atau subsidi pemerintah sebesar 21,70%.
Untuk meningkatkan adopsi energi terbarukan, perlu adanya sinergi antara pemerintah dan sektor swasta. Ada beberapa solusi yang dapat dijadikan pilihan untuk meningkatkan adopsi energi terbarukan. Pertama, intensifikasi kampanye edukasi yang menyoroti dampak positif energi bersih terhadap lingkungan. Salah satu caranya adalah bekerja sama dengan stasiun televisi untuk membuat program-program edukasi yang menarik dan informatif tentang energi terbarukan.
Kedua, dukungan finansial dari pemerintah, seperti subsidi atau skema pembiayaan tertentu, yang dapat mengatasi kekhawatiran masyarakat terkait biaya awal investasi. Selain itu, penyediaan teknologi energi terbarukan yang efisien dan berkualitas tinggi, serta kemudahan akses terhadap teknologi tersebut juga dapat meningkatkan minat masyarakat. Dengan menggabungkan ketiga aspek ini, adopsi energi terbarukan dapat meningkat dan mendorong transisi energi yang lebih cepat.
Penggunaan energi terbarukan membawa sejumlah manfaat yang berarti. Pertama, energi terbarukan secara signifikan mengurangi polusi udara dan kerusakan lingkungan yang seringkali terkait dengan ekstraksi dan pembakaran bahan bakar fosil.
Tidak hanya itu, dengan memanfaatkan sumber daya alam yang berlimpah seperti matahari, angin, dan air, energi terbarukan dapat mengurangi ketergantungan pada sumber energi yang terbatas. Dalam jangka panjang, biaya produksi energi terbarukan cenderung lebih rendah, terutama setelah investasi awal untuk infrastruktur. Dengan demikian, transisi ke energi terbarukan tidak hanya baik untuk lingkungan, tetapi juga berpotensi memberikan manfaat ekonomi.
Baca Juga: Bagaimana Jika Penggunaan Energi Fosil Digantikan dengan Energi Terbarukan?
Penulis: Azizah Khusnul Fauziah
Editor: Editor