Energi terbarukan adalah sumber daya alam yang dapat diperbarui sehingga tidak akan habis sepanjang waktu, seperti matahari, angin, air, biomassa, dan panas bumi. Sumber energi ini berbeda dengan energi fosil seperti minyak bumi, gas alam, dan batu bara yang terbentuk dari sisa-sisa makhluk hidup yang telah terurai selama jutaan tahun dan jumlahnya terbatas.
Energi terbarukan menawarkan solusi berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan energi dunia tanpa merusak lingkungan atau menghabiskan sumber daya alam yang tak tergantikan.
Perbandingan antara energi fosil dan energi terbarukan menunjukkan beberapa perbedaan mendasar. Energi fosil adalah sumber energi yang saat ini paling banyak digunakan di seluruh dunia karena ketersediaannya yang melimpah dan biaya produksi yang relatif rendah.
Namun, pembakaran bahan bakar fosil menghasilkan emisi karbon yang berkontribusi terhadap perubahan iklim dan polusi udara. Di sisi lain, energi terbarukan menghasilkan emisi karbon yang jauh lebih rendah atau bahkan nihil, serta tidak menyebabkan polusi udara.
Meskipun teknologi untuk energi terbarukan masih berkembang dan biaya awal instalasinya tinggi, manfaat jangka panjangnya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia sangat signifikan.
Menurut survei yang dilakukan oleh Ipsos Global pada Januari-Februari 2024, 52% responden percaya bahwa peralihan dari energi fosil ke energi terbarukan akan berdampak positif pada kualitas udara. Hal ini karena energi terbarukan, seperti tenaga surya dan angin, tidak menghasilkan emisi polutan yang berbahaya seperti yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar fosil.
Perbaikan kualitas udara ini akan membawa manfaat kesehatan yang signifikan bagi masyarakat, termasuk penurunan kasus penyakit pernapasan.
Selanjutnya, 50% responden menyatakan bahwa transisi ke energi terbarukan akan membantu dalam menangani perubahan iklim. Energi terbarukan menghasilkan emisi karbon yang jauh lebih rendah dibandingkan energi fosil, sehingga beralih ke sumber energi ini dapat mengurangi jejak karbon global dan memperlambat laju perubahan iklim.
Selain itu, 49% responden menganggap bahwa lingkungan akan mendapat manfaat signifikan dari penggunaan energi terbarukan. Tidak seperti penambangan dan pengeboran bahan bakar fosil yang berpotensi merusak habitat alam dan ekosistem, energi terbarukan memanfaatkan sumber daya yang ada di alam tanpa mengganggu keseimbangan ekosistem.
Oleh karena itu, adopsi energi terbarukan dapat membantu melestarikan keanekaragaman hayati dan menjaga kualitas lingkungan alam.
Ketahanan pasokan energi juga menjadi perhatian penduduk dunia. Energi terbarukan menawarkan sumber energi yang dapat diperbaharui dan tersebar luas, sehingga dapat mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar fosil dan meningkatkan keamanan energi nasional.
Dengan diversifikasi sumber energi, negara-negara dapat meningkatkan resiliensi terhadap fluktuasi harga dan ketidakpastian pasokan energi global.
Dampak positif lainnya yang disebutkan oleh 29% responden adalah pertumbuhan ekonomi. Investasi dalam teknologi energi terbarukan dapat mendorong inovasi, menciptakan peluang bisnis baru, dan meningkatkan produktivitas ekonomi.
Pemanfaatan energi terbarukan juga dapat mengurangi biaya jangka panjang yang berhubungan dengan kerusakan lingkungan dan kesehatan akibat penggunaan energi fosil.
Terkait dengan pasar tenaga kerja, 25% responden percaya bahwa peralihan energi ini akan berdampak positif pada pekerjaan dan industri. Sektor energi terbarukan memerlukan tenaga kerja yang terampil untuk instalasi, pemeliharaan, dan pengembangan teknologi, sehingga dapat melahirkan lapangan kerja baru dan mendorong pertumbuhan industri hijau.
Namun, pekerja di sektor energi fosil tidak begitu saja diabaikan. Para pekerja tersebut wajib mendapatkan pelatihan ulang dan dukungan untuk beradaptasi.
Selanjutnya, sebanyak 23% responden mengharapkan bahwa energi terbarukan dapat membuat tagihan energi lebih terjangkau. Meskipun biaya awal instalasi teknologi energi terbarukan sangat tinggi, biaya operasionalnya sering kali lebih rendah dibandingkan dengan energi fosil, sehingga cocok digunakan untuk jangka panjang.
Namun, hanya 14% responden yang melihat dampak signifikan transformasi energi ini pada biaya hidup secara keseluruhan. Walau penggunaan energi terbarukan dapat menurunkan beberapa komponen biaya hidup seperti tagihan energi, efek pada biaya hidup secara menyeluruh mungkin lebih kompleks dan membutuhkan waktu.
Pengurangan biaya dalam penggunaan energi terbarukan ini cenderung terkompensasi oleh peningkatan biaya lainnya yang terkait dengan transisi teknologi dan perubahan infrastruktur.
Secara keseluruhan, hasil survei ini menunjukkan bahwa transisi dari energi fosil ke energi terbarukan memiliki dampak luas yang mencakup aspek lingkungan, ekonomi, dan sosial.
Meskipun terdapat tantangan dan biaya awal yang signifikan, manfaat jangka panjangnya dapat membawa perubahan positif bagi kualitas hidup dan keberlanjutan planet ini.
Baca Juga: Islandia Jadi Juara Penghasil Energi Terbarukan, Indonesia Peringkat Berapa?
Penulis: Brilliant Ayang Iswenda
Editor: Editor