Anggaran subsidi energi akan dipangkas sebesar Rp1,1 triliun untuk APBN 2025. Awalnya, subsidi energi ditargetkan senilai Rp204,5 triliun pada RAPBN 2025, kemudian dipangkas menjadi Rp203,4 triliun.
Menurut pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani, hal ini disebabkan karena adanya estimasi perubahan kurs rupiah per dolar AS yang disepakati. Perubahan kurs rupiah ini sangat penting, mengingat aktivitas impor energi, seperti minyak dan gas, mayoritas menggunakan dolar AS dalam bertransaksi.
“Subsidi (energi) berubah mengikuti (estimasi kurs) rupiah dalam kesepakatan Panja, dari Rp16.100 menjadi Rp16.000,” papar Sri Mulyani dalam Rapat Kerja dengan Badan Anggaran DPR RI, (4/9), mengutip Antara.
Minyak mentah Indonesia pada 2025 tetap bernilai US$82 per barel. Rincian alokasi subsidi dari APBN 2025 di antaranya untuk BBM tertentu disepakati Rp26,7 triliun, turun Rp40 miliar dari RAPBN.
Kemudian, untuk elpiji tabung 3 kilogram, alokasi subsidi mencapai Rp87 triliun, turun Rp600 miliar dari RAPBN. Alokasi subsidi listrik sedikit lebih tinggi, yaitu Rp89,7 triliun setelah dipangkas Rp500 miliar.
Perubahan ini hanya menyangkut nilainya, namun volume subsidi yang dibagikan akan tetap sama besarnya antara RAPBN dan APBN yang disepakati.
Dalam APBN 2025, total volume BBM bersubsidi yang dialokasikan mencapai 19,41 juta kiloliter. Rinciannya, subsidi minyak tanah mencapai 0,52 juta kiloliter dan subsidi minyak solar mencapai 18,89 juta kiloliter. Selain itu, sebanyak 8,17 juta metrik ton elpiji tabung 3 kilogram akan dibagikan.
Dengan demikian, total subsidi energi tahun 2025 menjadi yang tertinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Muncul Narasi Pengurangan Subsidi untuk Pembatasan BBM
Rumor lain muncul imbas kabar pengurangan nominal subsidi energi. Masyarakat khawatir pengurangan tersebut dimaksudkan untuk membatasi pemakaian BBM subsidi. Namun, hal ini ditepis oleh Kepala Pusat Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara BKF Kementerian Keuangan Wahyu Utomo.
“Belum ada ke arah sana (pembatasan BBM subsidi) sih. Sampai saat ini masih belumlah. Yang 2025 hanya karena faktor penyesuaian kurs,” jelas Wahyu Utomo, dilansir dari Kompas.
Akan tetapi, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyatakan, volume subsidi energi ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan target 2024. Sebelumnya, subsidi energi ditargetkan mencapai 19,58 juta kiloliter. Penurunan ini bertujuan agar penyaluran BBM bersubsidi lebih tepat sasaran.
“Harapannya, jangan ada lagi mobil-mobil mewah memakai barang-barang subsidi,” jelas Bahlil di Ruang Rapat Komisi VII DPR RI, (27/8), mengutip Tempo.
Baca Juga: 10 Negara dengan Harga BBM Termurah di Dunia
Penulis: Ajeng Dwita Ayuningtyas
Editor: Editor