Libur Lebaran merupakan momen yang paling dinanti oleh masyarakat Indonesia, tidak hanya karena nuansa religiusnya, tetapi juga sebagai waktu berkumpul bersama keluarga di kampung halaman.
Tradisi mudik menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan ini, menyebabkan lonjakan besar dalam mobilitas masyarakat ke berbagai daerah. Fenomena ini menjadikan libur Lebaran sebagai salah satu periode paling sibuk dalam kalender transportasi nasional.
Setiap tahun, kepadatan arus transportasi menjadi pemandangan umum menjelang dan selama libur Lebaran. Jalan tol dan jalur utama antarkota dipenuhi kendaraan pribadi, sementara stasiun, bandara, terminal, hingga pelabuhan ramai dipadati pemudik.
Lonjakan volume penumpang ini bukan hanya terjadi pada satu moda, melainkan pada seluruh jenis transportasi, dari darat, laut, hingga udara. Pemerintah dan operator transportasi pun harus bekerja ekstra untuk mengantisipasi dan mengatur alur perjalanan agar tetap aman dan lancar.
Beragamnya pilihan transportasi menjadi salah satu faktor yang mendorong meningkatnya mobilitas saat libur Lebaran. Masyarakat dapat memilih sesuai kebutuhan dan kemampuan, mulai dari kereta api, bus antarkota, kapal laut, hingga pesawat terbang.
Namun, meskipun banyak pilihan tersedia, tingginya permintaan tetap memicu kepadatan dan antrean panjang, terutama pada titik-titik krusial seperti pelabuhan penyeberangan.
Pelabuhan-pelabuhan besar seperti Merak dan Ketapang kerap mengalami lonjakan penumpang dan kendaraan yang menunggu giliran untuk menyeberang ke pulau seberang.
Hasil Survei BKT Kemenhub menunjukkan bahwa Pelabuhan Tanjung Perak menjadi yang paling padat, dengan total penumpang mencapai 292,81 ribu orang. Angka ini menegaskan posisi Surabaya sebagai salah satu simpul utama pergerakan transportasi nasional, terutama untuk wilayah timur Indonesia.
Menyusul di posisi kedua adalah Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta, yang mencatatkan 275,2 ribu penumpang. Sebagai pelabuhan terbesar di Indonesia, lonjakan aktivitas di Tanjung Priok menjadi cerminan arus mudik dari pusat ke berbagai daerah tujuan di luar Jawa.
Selain itu, Makassar New Port yang berada di posisi ketiga dengan 238,81 ribu penumpang juga memperlihatkan peran penting kota Makassar sebagai penghubung kawasan Indonesia Timur.
Kepadatan tak hanya terjadi di pelabuhan besar di Pulau Jawa dan Sulawesi, tetapi juga merata hingga ke pelabuhan-pelabuhan di wilayah lainnya.
Waingapu, Balikpapan, Lembar, dan Baubau mencatat jumlah penumpang yang signifikan, masing-masing di atas 160 ribu. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan transportasi laut saat Lebaran merata di seluruh penjuru Indonesia, dan bukan hanya terpusat di kota-kota besar.
Data dari Survei BKT Kementerian Perhubungan menunjukkan lonjakan signifikan pada jumlah penumpang di pelabuhan-pelabuhan Indonesia selama libur Lebaran 2025.
Tanjung Perak kembali muncul sebagai pelabuhan tersibuk, kali ini dalam kategori tujuan, dengan jumlah penumpang mencapai 766,38 ribu orang.
Hal ini menandakan bahwa Surabaya bukan hanya titik berangkat, tetapi juga menjadi destinasi utama bagi para pemudik, kemungkinan besar karena faktor konektivitas wilayah Jawa Timur yang luas serta kedekatan dengan kota-kota besar di sekitarnya.
Makassar New Port juga mencatat jumlah penumpang tujuan yang tinggi, yakni 588,12 ribu orang. Fenomena ini menunjukkan peran strategis Makassar sebagai hub logistik dan transportasi kawasan Indonesia Timur.
Sementara itu, Tanjung Emas di Semarang mencatat 317,02 ribu penumpang tujuan, mengindikasikan tingginya minat pemudik untuk kembali ke kawasan Jawa Tengah.
Menariknya, beberapa pelabuhan kecil seperti Sioban, Rambang, dan Teluk Betung juga tercatat menerima ratusan ribu penumpang. Ini menunjukkan bahwa arus mudik laut tidak hanya terfokus di kota besar, tetapi juga menyebar ke berbagai daerah yang mungkin menjadi kampung halaman para perantau.
Baca Juga: Angka Kecelakaan Mudik Lebaran 2025 Menurun
Penulis: Brilliant Ayang Iswenda
Editor: Editor