Dating Apps: Antara Cari Jodoh dan Risiko Gangguan Mental

Melalui Dating Apps, seseorang bisa mencari pasangan secara lebih fleksibel. Namun, aplikasi ini juga bisa menambah teman bahkan menyebabkan gangguan mental.

Dating Apps: Antara Cari Jodoh dan Risiko Gangguan Mental Tinder menjadi aplikasi kencan online terpopuler di Indonesia pada awal tahun 2024 | Mika Baumeister/Unsplash

Di zaman yang serba canggih ini, teknologi hadir dalam setiap aspek kehidupan manusia. Mulai dari bidang komunikasi, pendidikan, kesehatan, hingga hiburan. Teknologi mendekatkan jarak dan waktu sehingga semua orang dapat terhubung dengan mudah.

Melalui aplikasi kencan online alias Dating Apps, mencari pasangan hidup menjadi lebih fleksibel karena kita bisa saling mengenal lawan jenis secara online. Kita bisa menyeleksi calon pasangan kita tersebut tanpa memakan jarak dan waktu. Lalu, jika merasa cocok, kita bisa melanjutkan tahap pengenalan secara langsung.

Berdasarkan survei Populix yang dilakukan pada 15-22 Januari 2024 terhadap 1.165 responden di Indonesia dengan proporsi 52% perempuan dan 48% laki-laki, yang kemudian dikerucutkan kepada 732 responden pengguna aplikasi kencan online, tercatat 63% responden menggunakan Dating Apps pada awal tahun 2024. 

Dalam survei tersebut, Tinder menjadi aplikasi dengan pengguna terbanyak, yakni sebanyak 38%. Aplikasi dengan jargon “Swipe Right” ini diakses secara global yang mencakup lebih dari 190 negara.

Selanjutnya, aplikasi kencan online kedua dan ketiga yang paling banyak diakses adalah Tantan dengan pengguna sebanyak 33% dan Bumble sebanyak 17%. Di antara Dating Apps itu, terdapat juga aplikasi kencan online yang bersifat islami seperti Taaruf ID dengan persentase 7% dan Muslima.com sebanyak 5%.

Di balik keseruan menggunakan Dating Apps, ternyata aplikasi ini dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental seseorang. Dalam jurnal penelitian berjudul Swipe-based Dating Applications Use and Its Association with Mental Health Outcomes: a cross-sectional study yang dipublikasikan di National Library of Medicine, ditemukan bahwa 49% pengguna Dating Apps mengalami gangguan mood yang juga memperburuk gejala depresi. 

Dilansir dari Halodoc, beberapa gangguan mental yang disebabkan oleh aplikasi kencan online tersebut adalah:

1. Tekanan Psikologis

Gangguan mental ini disebabkan karena pengguna merasa tertekan, cemas, hingga depresi. Bahkan, mereka menghadapi stress tiga kali lipat lebih besar dibandingkan orang yang tidak bermain Dating Apps. Hal ini bisa terjadi ketika pengguna tersebut mencari validasi dari rekan match-nya.

2. Citra Tubuh yang Buruk

Sistem online dalam aplikasi Dating Apps menciptakan citra dari masing-masing penggunanya. Penampilan fisik menjadi pertimbangan besar untuk bisa saling match dalam Dating Apps. Pertimbangan-pertimbangan ini akan membuat pengguna mempertanyakan kelayakan diri untuk di-swipe right.

3. Budaya Seks Kasual

Dengan adanya aplikasi kencan online, budaya seks tanpa komitmen atau seks kasual dapat meningkat di mana hal ini mengganggu kestabilan emosi dan meningkatkan risiko penyakit menular seks.

4. Trust Issue

Background rekan match di Dating Apps adalah suatu hal yang cukup sulit dicari kebenarannya. Tidak sedikit dari para pengguna yang bertemu dengan rekan match yang ternyata adalah penipu, suka berbohong, dan anti-komitmen. 

Meski memiliki risiko yang cukup besar pada kesehatan mental, nyatanya para pengguna Dating Apps tidak serta-merta bermain aplikasi ini untuk mencari pasangan. Bahkan, dalam survei Populix yang mayoritas respondennya berada di Pulau Jawa ini ditemukan bahwa tujuan utama para pengguna mengakses Dating Apps adalah untuk mencari teman mengobrol, yang memiliki persentase 56%. 

Sementara itu, hanya 27% saja dari mereka yang memang menggunakan Dating Apps untuk mencari pasangan. Sisanya, sebanyak 48% menggunakan aplikasi ini karena penasaran, dan 46% karena ingin bersenang-senang.

Sebanyak 50% responden juga mengaku bahwa meski mendapatkan pasangan melalui Dating Apps, hubungan mereka tidak berlangsung lama. Hanya 7% pengguna yang kencannya berlanjut sampai menikah. 

Adapun, untuk mengakses Dating Apps, Populix menemukan bahwa mayoritas para pengguna, yakni sebanyak 55% mengeluarkan biaya kurang dari Rp100.000 per bulannya untuk berlangganan premium pada aplikasi-aplikasi tersebut.

Lalu, sebanyak 37% dari pengguna tersebut merogoh dana sekitar Rp100.000-Rp200.000 dan sebanyak 7% yang menghabiskan Rp200.000-Rp300.000. Hanya satu persen saja yang mengeluarkan biaya lebih dari Rp300.000.

Penulis: Wiena Amalia Salsabilla
Editor: Iip M Aditiya

Konten Terkait

Apa Pendapat Publik Soal Putusan MK Atas Sengketa Pemilu 2024?

Dalam beberapa survei, opini publik soal sengketa Pemilu 2024 menunjukkan keberagaman. Salah satu latar belakang yang berpengaruh adalah pilihan di Pemilu lalu.

Menormalisasi Skincare bagi Kaum Pria

Tidak hanya wanita, skincare dibutuhkan oleh semua kalangan, termasuk laki-laki. Bahkan penggunaan skincare justru lebih dibutuhkan oleh laki-laki.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

Dengan melakukan pendaftaran akun, saya menyetujui Aturan dan Kebijakan di GoodStats

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook
Student Diplomat Mobile
X