Kesehatan anak menjadi prioritas utama bagi masyarakat Indonesia. Kesadaran akan pentingnya imunisasi sejak balita merupakan langkah paling pertama dalam membangun imunitas tubuh. Hal ini menjadi kunci utama dalam menjaga generasi penerus bangsa dari berbagai risiko penyakit.
Indonesia terus mengalami perkembangan dalam upaya pemberian imunisasi kepada balita, sebagai langkah menjaga kesehatan dan kekebalan masyarakat Indonesia.
Dalam hal ini, terdapat empat imunisasi yang cukup penting bagi balita di Indonesia. Imunisasi tersebut diantaranya BCG (Bacillus Calmette-Guérin), DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus), Polio, serta Campak.
Pemberian keempat imunisasi ini merupakan bentuk komitmen bersama untuk melindungi masa depan yang lebih sehat dan sejahtera.
BCG sudah 88,9%, campak masih di bawah 70%
Badan Pusat Statistik merilis data mengenai Indikator Kesehatan 1995-2023. Rilis ini mencakup capaian imunisasi balita tahunan di Indonesia. Dalam data tersebut, terlihat bahwa imunisasi BCG menjadi yang tertinggi presentasenya dibanding imunisasi lainnya.
Pada tahun 2023, capaian imunisasi BCG telah menembus angka 88,9%. Meski begitu, angka ini terlihat mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya yang sempat berada di angka 90,13%.
Presentase tertinggi kedua berada di imunisasi Polio. Kali ini capaian angkanya telah mencapai 85,94% di tahun 2023. Angka ini mengalami kenaikan sebanyak 2,04% dibanding tahun sebelumnya.
Selanjutnya, terdapat imunisasi DPT yang pada tahun 2023 telah tercapai sebesar 84,68%. Capaian ini terlihat menurun dibanding tahun 2022 yang sempat berada di 86,5%.
Program imunisasi yang masih perlu mendapat perhatian adalah imunisasi campak. Hal ini dikarenakan imunisasi campak memiliki capaian yang cukup lebih rendah dibanding ketiga imunisasi lainnya. Pada tahun 2023, capaian imunisasi campak berada di angka 69,92%. Angka ini bahkan telah mengalami penurunan sebanyak 0,22% dibanding pada tahun 2022.
Tiga provinsi capaian imunisasi campak terendah ada di Sumatera
Rendahnya angka pencapaian imunisasi campak menjadi perhatian bagi berbagai pihak. Data lain dari Badan Pusat Statistik membahas mengenai capaian vaksinasi campak untuk balita per provinsi di Indonesia.
Dalam rilis tersebut, sebanyak tiga provinsi yang memiliki cakupan imunisasi campak paling rendah ada di Pulau Sumatera. Posisi pertama diisi oleh Aceh dengan capaian 49,72%. Provinsi ini menjadi satu-satunya provinsi di Indonesia dengan capaian imunisasi campak untuk balita yang berada di bawah 50%.
Posisi Aceh diikuti oleh Sumatera Barat dengan capaian 55,64%, kemudian Jambi dengan capaian di angka 57,62%.
Selebihnya, angka capaian imunisasi campak untuk balita berada di atas 60%. Maluku Utara menjadi pemilik peringkat keempat dengan presentase 63,9%, kemudian Kalimantan Barat dengan presentase 64,34%, serta Sulawesi Barat dengan presentase 64,43%.
Waspada, capaian imunisasi rendah dapat berakibat KLB
Kementerian Kesehatan melalui pemberitaan Kompas menyebutkan bahwa telah terdapat 3.341 jumlah kasus campak secara akumulasi di tahun 2022.
Kasus-kasus ini tersebar di 223 kabupaten-kota, dari 31 provinsi di tanah air. Angka ini diklaim mengalami kenaikan sebanyak 32 kali lipat dibanding angka di tahun 2021.
Fakta ini membawa kita ke kekhawatiran akan terjadinya KLB (Kejadian Luar Biasa) pada penyakit yang imunisasinya tidak dilaksanakan secara optimal.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI dr. Mohammad Syahril menyatakan bahwa capaian imunisasi harus digenjot untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.
“Tentunya hal ini sangat mengkhawatirkan dan rentan terjadinya kejadian luar biasa. Karena rendahnya cakupan imunisasi pada anak dan bayi mengakibatkan tidak terbentuknya Herd Immunity, tentunya nanti akan berpotensi terjadinya Outbreak atau KLB,” kata Mohammad Syahril dalam Kemenkes.
Penulis: Pierre Rainer
Editor: Iip M Aditiya