Dampak Tarif Trump pada Perekonomian Indonesia

Keputusan tarif ini tidak hanya berdampak pada ekonomi AS, tetapi juga berdampak signifikan pada ekonomi negara lain, termasuk Indonesia.

Dampak Tarif Trump pada Perekonomian Indonesia Tarif Trump | Instagram/@The White House
Ukuran Fon:

Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengumumkan kebijakan tarif baru yang mempengaruhi barang-barang yang diimpor dari seluruh dunia pada Rabu (2/4/2025). Dengan tarif dasar sebesar 10% yang diterapkan pada semua negara, serta tarif lebih tinggi bagi negara-negara tertentu, kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan perekonomian AS dan melindungi lapangan pekerjaan di negara tersebut. Namun, keputusan ini tidak hanya berdampak pada ekonomi AS, tetapi juga berdampak signifikan pada ekonomi negara lain, termasuk Indonesia.

Tarif yang diterapkan oleh Trump bukanlah kebijakan baru dalam era kepemimpinannya. Sejak awal menjabat, Trump telah mengenakan tarif terhadap beberapa negara dengan tujuan untuk mengurangi defisit perdagangan AS dan mendorong lebih banyak produksi dalam negeri. Kebijakan ini, meskipun mendapat dukungan dari sebagian kalangan di AS, mengundang ketidakpastian bagi banyak negara yang terlibat dalam perdagangan internasional, salah satunya Indonesia. Dalam hal ini, Indonesia menjadi salah satu negara yang terkena dampak besar, dengan tarif impor sebesar 32% yang diberlakukan mulai 9 April 2025.

Baca Juga: Mau Ditutup Trump, Berapa Besar Bantuan USAID di Indonesia?

Pemberlakuan Tarif Impor

Tarif impor adalah pajak yang dikenakan pada barang-barang yang diimpor ke suatu negara. Tujuan utama dari tarif adalah untuk melindungi industri domestik dari persaingan barang luar negeri yang dianggap lebih murah. Selain itu, tarif juga berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan pendapatan negara dan mengurangi defisit perdagangan dengan negara mitra.

Dalam hal ini, AS mengenakan tarif baru terhadap Indonesia dan banyak negara lain sebagai bagian dari kebijakan "tarif timbal balik" atau reciprocal tariff, yang diterapkan untuk menanggapi tarif yang lebih tinggi yang dikenakan oleh negara-negara mitra terhadap produk AS.

Daftar Tarif Dagang Trump
Daftar Tarif Dagang Trump | GoodStats

Sebagai salah satu negara dengan kontribusi ekspor besar ke AS, Indonesia dikenakan tarif impor yang cukup tinggi, yakni 32%, yang menjadikannya salah satu negara yang terkena tarif terbesar. Kebijakan ini tentu akan berdampak pada sektor-sektor ekonomi yang bergantung pada ekspor ke AS, seperti elektronik, otomotif, bahan kimia, kosmetik, obat-obatan, hingga produk pertanian seperti minyak kelapa sawit dan karet.

Diikuti negara-negara lain seperti misalnya, China dikenakan tarif 67% dengan tarif timbal balik sebesar 34%, sementara Uni Eropa dikenakan tarif 39% dengan tarif timbal balik sebesar 20%. Vietnam, yang merupakan salah satu negara dengan tarif tinggi, dikenakan tarif 90% dan tarif timbal balik sebesar 46%.

Negara lainnya, seperti Taiwan, Jepang, dan India, dikenakan tarif antara 46 hingga 64%, dengan tarif timbal balik masing-masing mencapai 24 hingga 32%. Thailand dan Korea Selatan dikenakan tarif 72% dan 50%, dengan tarif timbal balik masing-masing sebesar 36% dan 25%. Negara-negara lain seperti Swiss juga terkena tarif impor yang tinggi, masing-masing sebesar 61% dengan tarif timbal balik 31%. Kebijakan tarif timbal balik ini diterapkan untuk menanggapi kebijakan perdagangan negara-negara mitra yang dianggap merugikan AS.

Neraca Perdagangan Indonesia dan AS

Neraca perdagangan Indonesia dengan AS telah mencatatkan defisit yang semakin membesar dalam beberapa tahun terakhir. Data Kementerian Perdagangan Indonesia menunjukkan bahwa defisit perdagangan AS dengan Indonesia pada 2024 tercatat sebesar US$14,34 miliar. Ini menempatkan Indonesia sebagai negara ke-15 dengan defisit terbesar bagi AS.

Seiring dengan meningkatnya defisit perdagangan ini, AS memutuskan untuk memberlakukan tarif impor lebih tinggi kepada Indonesia, yang memicu ketegangan dalam hubungan perdagangan kedua negara.

Neraca Perdagangan Tahun ke Tahun

Neraca Perdagangan Indonesia dan Amerika Serikat
Neraca Perdagangan Indonesia dan Amerika Serikat | GoodStats

Pada tahun 2020, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor Indonesia ke Amerika Serikat tercatat sebesar US$18,62 miliar, sementara impor dari AS mencapai US$8,58 miliar, yang menghasilkan surplus perdagangan Indonesia sebesar US$10,04 miliar.

Setahun setelahnya, ekspor Indonesia meningkat menjadi US$25,77 miliar, dengan impor dari AS mencapai US$11,24 miliar, sehingga surplus perdagangan Indonesia tetap mencatatkan angka yang positif, yakni US$14,52 miliar.

Pada tahun 2022, nilai ekspor Indonesia ke AS tercatat sebesar US$28,18 miliar, dengan impor dari AS mencapai US$11,61 miliar, menghasilkan surplus perdagangan sebesar US$16,56 miliar.

Namun, pada tahun 2023, ekspor Indonesia sedikit menurun menjadi US$23,25 miliar, sementara impor dari AS tercatat sebesar US$11,27 miliar, menghasilkan surplus perdagangan yang lebih kecil, yaitu US$11,96 miliar.

Menurut data Kementerian Perdagangan Indonesia, pada 2024, ekspor Indonesia ke AS tercatat mencapai US$26,31 miliar, sementara impor Indonesia dari AS sebesar US$11,96 miliar. Dengan demikian, Indonesia mencatatkan surplus perdagangan sebesar US$14,34 miliar, meskipun pada saat yang sama AS mengalami defisit yang signifikan terhadap Indonesia.

Dampak pada Perekonomian Indonesia

Penerapan tarif 32% bagi Indonesia akan mempengaruhi sejumlah sektor ekonomi yang terkait dengan perdagangan internasional. Ekspor Indonesia ke AS mencapai sekitar 10,3% dari total ekspor tahunan Indonesia, yang menjadikannya sebagai salah satu pasar ekspor terbesar kedua setelah China.

Oleh karena itu, kebijakan tarif ini berpotensi besar mengurangi volume ekspor Indonesia ke pasar AS. Sebagai akibatnya, para produsen dan eksportir Indonesia yang bergantung pada pasar AS untuk produk-produk seperti mesin, bahan kimia, dan elektronik diperkirakan akan menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan daya saing.

Tidak hanya itu, sektor ketenagakerjaan juga akan terdampak, mengingat banyak pekerja yang terlibat dalam industri yang orientasinya pada ekspor ke AS. UMKM yang bergantung pada permintaan ekspor dari AS, seperti industri kerajinan tangan dan produk pertanian, juga berpotensi menghadapi penurunan permintaan yang signifikan.

Baca Juga: Amerika Serikat Jadi Penyumbang Dana Terbesar WHO

Penulis: Daffa Shiddiq Al-Fajri
Editor: Editor

Konten Terkait

10 Negara dengan Peluang Hidup Terbaik 2025

Swiss jadi negara dengan indeks peluang hidup tertinggi, dengan skor mencapai 84%.

Ada Indonesia, Ini Negara yang Paling Sering Dilanda Gempa Bumi

Indonesia jadi negara kedua yang paling sering mengalami gempa besar, sejak 1990 hingga Maret 2025, tercatat ada 173 kejadian gempa besar di Indonesia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook